Writing, please do your magic! Kali ini aku tidak akan menulis tentang review, tips edukasi atau pun mengajar online. Aku tidak akan menulis tentang tips parenting. Aku akan menulis sesuatu yang belum pernah aku tulis sebelumnya, dengan harapan apa yang ada di pundakku bisa sedikit ringan.
Jika biasanya orang orang bilang, Twitter, please do magic, kali ini..
Writing, please do your magic. Hidup dengan memboyong ransel emosi yang memang sudah membludak sejak remaja, ikut kemana mana sampai dewasa, dan kini masih ada walau sudah menikah dan beranak. Aku pikir aku baik baik saja, tetapi ternyata semakin hari aku menemukan bahwa aku tidak baik baik saja. Let's say trauma masa lalu, luka masa remaja, innerchild buruk, apapun kau sebut. Otak dan hatiku penuh akan itu. Apa yang aku saksikan di keluarga terdekat saat aku remaja sampai dewasa, yang serupa sinetron Indosiar itu ternyata menyisakan bongkahan kerak di hatiku, sebasar semangka atau melon. Ternyata luka luka yang ditorehkan orang terdekat saat aku seharusnya bertumbuh menjadi Meykke seperti gadis gadis remaja normal lainnya, menganga dan berdarah sampai sekarang.
"Kenapa harus aku?"
"Kenapa keluargaku tidak seperti A, atau B atau C?"
"Karena Mba Meykke orang yang spesial. Yang Allah pilih untuk bisa dan mampu menjalani keistimewaan itu." kata Psikolog tempo hari. Allah memberi ujian karena Allah tau, hambanya mampu.
Overthinking, trust issue, negative thinking, insecure, memiliki high anxiety. Setiap hari otakku bergelut sendiri, menciptakan hiruk pikuk yang kadang membuatku begitu lelah. Terlebih apa yang aku jalani saat ini bagiku tidak mudah.
Aku tak ingin begini, aku ingin menjalani hari hari dengan selalu merasa positif, tanpa kecurigaan, tanpa 'jangan jangan..', tanpa kekhawatiran akan masa depan, tanpa luka dari masa lalu, tanpa pikiran buruk yang merajalela. Membuat pundakku berat, hidup tak nyenyak, dan terkadang lupa bersyukur.
Aku tahu setiap manusia pasti mempunyai ujiannya masing masing. Every human has their own battle. Tapi, jika yang bertarung adalah pikiran sendiri, leher sering kaku, kepala kerap pusing dan ah, entahlah.
Hidupku ini, aku tidak ingin memberikan beban kepada siapapun. Aku ingin bisa berkontribusi untuk suamiku, anakku, keluargaku, rekan rekan, siapa saja, bangsa ini. Sungguh, dalam hidupku ini tidak ingin menyusahkan siapapun, menjadi beban untuk mereka. Lebih baik aku menguap dan hilang daripada harus menjadi beban untuk siapapun itu. Aku tidak bisa membebani mereka dengan cerita cerita ku ini, dengan beban beban yang aku pikul, dengan kesusah payahan yang aku rasakan, dengan perang demi perang yang terjadi di pikiranku sendiri.
Hidup memang berat ya bun. Terkadang aku cari cari tombol pause, tapi kok nggak ada. Bisa tidak beberapa detik saja aku pause dan tidak memikirkan apapun itu. Bisa tidak aku mengesap kopi barang sejenak tanpa memikirkan apapun, tanpa peperangan dalam kepalaku, tanpa pikiran ini dan itu.
Aku sudah berusaha untuk sibuk. Aku mengajar online 5 kelas per hari, aku berkomunikasi dengan teman temanku, aku berusaha sadar bahwa aku berdaya, berguna dan berharga. Aku tahu ini akan terlalui kok. Aku tahu ini akan berlalu. Aku tahu hidup ini hanya sementara. Aku tahu semua akan baik baik saja.
Sudah ya, bund. Mau ngajar dulu. Terimakasih sudah membaca ceritaku. Silahkan tinggalkan kalimat mutiara di bawah. Hidup ini, up and down adalah hal yang biasa ya bun..
MasyaaAllah keren mba kegiatan hariannya sampai mengajar 5 kelas
BalasHapusMenulis memang salah satu cara membuat hati lega ya, Mba
Dengan menulis, kita bisa mengekspresikan hal2 yg kadang tak bisa kita ucapkan
Semoga senantiasa diberikan kebahagiaan dan kelapangan ya mba
Sebagai sesama wanita, doa terbaik yg bisa kuberikan ❤️❤️❤️
piknik yuuuuk
BalasHapusKeren sekali mbak. Bener banget hidup ini up and down pun diri kita kadang banyak pikiran overthinking semacam itu. Bahkan gak jarang suka membandingkan diri dengan orang lain. Padahal setiap orang punya waktunya sendiri buat mencapai tujuan. Semoga kita semakin berdaya dan punya value lebih serta selalu bahagia ❤️
BalasHapusPeluk mba meyke, bukan mba aja yang merasakan hal seperti itu. Sekarang generasi ibu muda seperti kita yang terjebak d era medsos jadi malah suka banding2kan dan ingatan masa lalu jadi makin terbayang2 mungkin kita ingin agar anak kita dan keluarga kita hidup lebih baik dan berbagia. Semangat untuk kita ya sehat lahir batin aamiin
BalasHapusSemangat Mba. In Syaa Allah selalu terjaga emosinya.
BalasHapusSetiap orang ada pada masalah masing2 masing dan berbeda.
Saya sepakat banget dengan kalimat every human have their own battle, dan batlle nya pasti beda. Sesuai dengan takarannya. Hidup memang penuh dengan berbagai persoalan ya Mbak? jadi tetap bersemangat menyelesaikan semua pekerjaan kit satu persatu, berusaha memberi waktu buat diri sendiri aja. Semangat ya Mbak.
BalasHapusRehat sejenak kepinggir sebentar, untuk kedepannya bisa maju beribu-ribu langkah lagi. Semangat ya mba
BalasHapusKeren kak. Nggak semua orang bisa berani show up seperti ini. Semangat terus kak.
BalasHapusPeluk Mbak Meykke, semoga selalu dalam keadaan baik-baik saja ya Mbak, setidaknya sampai saat ini Mbak masih begitu dibutuhkan oleh sekitar Mbak, harus jadikan ini sebagai nilai tambah untuk Mbak. Sehat-sehat ya Mbak :)
BalasHapusSemua cerita mbak meykke mewakili perasaan saya. Di tengan banyaknya beban dan tanggung jawab ingin rasanya sekali saya berhenti sejenak. Tapi me time bagi saya ternyata sulit. Karena yg me time cuma raga sedangkan pikiran tak bisa sejenak saja rileks. Saling do'a ya mbak semoga Allah memberi kita kekuatan🤲
BalasHapus