Halooooo! Lama tak jumpa. Setelah mondar mandir main ke sana dan ke sini bersama suami dan Julio, kini saatnya aku freeze the moment! Yup, sekarang suami sudah mulai kuliah di Australia. Dengan berbagai drama korona kemarin, Alhamdulillah Pace bisa kembali ke Aussie untuk kembali mengejar mimpi mimpinya. Dan karena korona pula aku masih tertahan bersama Julio di sini. Bukan, jangan salahkan korona. Tapi aku yakin semua keindahan akan datang di saat yang tepat. Untuk sekarang, tinggal di desa nan indah bersama keluarga dan orang tua adalah pilihan yang tepat.
Daripada galau, sembari mendengarkan lagu 'Kota'nya Dere, kali ini aku bakalan nyeritain pengalaman kami bertiga saat tinggal di sebuah kota yang dirindukan semua orang yang pernah ke sana, Jogjakarta. Aku dan suami adalah type orang yang sama, sama sama suka berpetualang. Dan dua bulan Maret dan April 2021, kami menjajal hidup di kota pelajar nan bersahaja, walau di momen yang kurang tepat. Kok bisa?
Yuk aku ceritain.
Baca juga kisah menarik di Jogja lainnya
Traveling ke Jogja Bersama Julio ( Tips Traveling Bersama Bayi )
Berkunjung ke Hutan Pinus, Pengger, Bantul ( saat masih mengandung Julio )
Keelokan Pantai Gue Cemara di Ambang Subuh, Batul. ( saat masih single. Hehehe )
REVIEW SEKILAS HOMESTAY EMILIA
Aku pernah review homestay ini di sini ya.
Emilia Kost Exclusive and Homestay, Penginapan Rasa Hotel
Dan kali ini, aku nggak review homestay nya tapi aku mau review kost eksklusifnya. FYI, sesuai dengan namanya; Emilia Homestay and Kost Exclusive, tempat ini nggak hanya untuk menginap hitungan hari, tapi juga hitungan bulan dengan fasilitas dan layanan yang mantap. Walau, untuk kostnya juga harganya mantap. Tapi sebelum kita ngomongin soal harga, coba kita intip fasilitasnya dulu yes.
Setelah berunding dengan Pace, kami memutuskan untuk ngekos di homestay ini saja setelah di hari yang sama kami juga menginap di sana. Pagi hari sebelumnya kami memang bertanya tentang harga sewa kos per bulannya. Dengan dalih daripada capek capek cari dan belum tahu juga kualitasnya, plus kami membawa anak umur 2 tahunan yang jelas kenyamanan adalah hal yang utama buat dia ( selagi kami bisa memfasilitasinya ), yowes, kami memutuskan untuk ngekos di sini saja.
Kami lalu berpindah ke lantai atas yang memang khusus untuk kos saja. Ada dua deretan kamar kamar kos yang saling berhadapan. Kami sendiri dapat di kamar terakhir yang kosong, di dekat jendela dimana tepat di depan kamar kami adalah tangga dan sofa. Yang pada akhirnya, aku bisa menggunakan sofa depan untuk mengajar online setiap harinya.
Kamar kos yang kami tinggali ini terdapar fasilitas kamar mandi dalam dengan water heater, AC, TV, kulkas mini, meja belajar,lemari baju dan meja panjang untuk menata perkakas yang kami bawa. Sayangnya, kami kebagian kasur single karena sebenarnya kamar yang ini diperuntukkan untuk 1 orang saja. Alhasil, Pace harus tidur di bawah dengan extra bed. Intinya, ngekos di sini tinggal bawa badan, baju dan uang saja. Semuanya sudah lengkap disediakan.
Yang membuat aku jatuh cinta dengan tempat ini adalah kebersihan, kerapian, barang barang yang dirawat dengan baik, dan layanannya. Kami juga mendapatkan fasilitas room cleaning seminggu sekali. Nah, sayangnya kami nggak bisa masak dan mencuci di dalam kamar. Jadi, kalau masak harus ke shared dapur dan mencuci harus laundry. Jadilah kami hanya masak nasi atau sup saja. Selebihnya, go food!
Untuk menyewa satu kamar di Homestay ini kami harus membayar Rp. 2.250.000/bulan. Sedangkan untuk jasa laundry sekitar Rp.6000/kg. Oiya, kami juga membayar listrik sendiri melalui token yang dipasang di depan masing masing kamar. Tagihan listrik per bulan sekitar Rp. 300.000/bulan.
TERJEBAK PPKM DI JOGJA
Baik rencana utama kami tinggal di sana yang berhubungan dengan projek Pace maupun rencana tambahan berupa eksplorasi Jogjakarta to-the-bone, GAGAL TOTAL. Yang ada setiap harinya adalah ngajar online-nonton TV-main sama Julio-scroll down menu di Gojek-tidur. Baiklah, nggak papa nggak eksplorasi tempat di Jogja, sekarang kita eksplorasi makanannya aja dulu, ucap Pace sembari top up Gopay.
Akibatnya apa? Dua bulan tinggal di Jogja telah menimbun begitu banyak lemak di tubuhku, sebanyak 5 kiloan!
Alhamdulillah kami bisa menyewa slide untuk bermain Julio dan Julio juga masih homeschooling di Alkindi Pre-school. Dunia Julio tetap berwarna. Oiya, kami menyewa slide di @twins_rentaltoys. Harga sewa per bulannya adalah Rp. 150.000. Tapi, bisa juga hanya nyewa setengah bulan kok Bun. Sedangkan, homeschooling Julio dari @alkindi_kids. Biaya untuk 2 tema yang masing masing tema menghabiskan waktu sebulan berkisar 300an ribu.
KULINER JOGJA YANG MENGGODA
Tak ketinggalan berbagai snack seperti bolu kukus dan macam macam roti Tugu Jogja, martabak Bangka Nanie, roti Gembong sampai es duren juga kami jajal. Ah, sayang aku jarang mengabadikan makanan makanan itu.
Banyak makan, sedikit gerak jelas membuat tubuhku memuai. Untuk makan di Jogja, memang semudah itu. Scroll, pilih, bayar, tunggu makanan datang. Menu nya beragam bangetttt dan drivernyapun ada di mana mana.
Alhamdulillah, walau nggak bisa kemana mana, kami tetap kenyang tiap hari. Kuliner Jogja memang menggoda.
Dan Alhamdulillahnya lagi, sebelum PPKM kami sudah sempat jalan jalan, bahkan bertemu dengan temannya Pace yang sudah luamaaaaa nggak bertemu. Tinggal di Jogja juga menyisakan kisah untuk kami bertiga dalam menjalani rumah tangga yang memang nggak mudah ini. Dua kepala dengan pemikiran, cara pandang, ide dan gagasan, bahkan budaya memang susah untuk bersinergi. Susah tapi bukan berarti nggak mungkin. Dan dari susah menjadi agak gampang jelas membutuhkan proses. Tinggal di Jogja itu pun juga proses untuk kami bertiga sebagai seorang suami, istri, Ayah dan Ibu. Eits, di kota ini pula kami malah mendapatkan vaksin pertama, berlanjut dua bulan kemudian justru menjadi alasan kami tuk kembali.
Yup, nantikan kisah selanjutnya ya. Bersambung dulu biar kayak drama Korea.
Wah, Gejayannya daerah mana nih? Saya lumayan lama tinggal di Gejayan. Dan lumayan suka tinggal di sana karena deket kalau mau ke mana-mana, plus transportnya mudah. Tapi Gejayan sudah berubah total. terakhir ke Jogja pas awal pandemi, banyak lokasi yang sudah tidak bisa saya kenali karena sudah jadi hotel, penginapan, kost eksklusif, juga tempat makan. Tapi kalau ngomong betah atau enggak. Saya tetap betah tinggal di Jogja, hehe.
BalasHapusEnjoy banget di Jogja ya mbak, dan semoga apa yang direncanakan dan yang tertunda karena korona, bisa segera terpenuhi. Sehat dan bahagia bersama keluarga disana ya!
BalasHapusBagus banget kak homestay-nya. Kayak hotel tapi kesannya rumah banget ya. Harganya kalo diitung2 dgn kosan biasa ya lebih terjangkau ya. Apalagi ini buat bertiga loh. Lingkungannya juga asri. Begitu juga fasilitas di dalamnya. Bersyukur banget dapat homestay bagus dan terjangkau gitu. Semoga keluarganya sehat selalu ya kak.
BalasHapusPernah jadi bahan obrolan niiih sama anakku. Gimana ya itu yang lagi ke luar kota atau luar negeri lalu terjebak lockdown, PPKM, atau apalah namanya. Iya kalau masih punya duit buat bertahan hidup di daerah orang. Kalau enggak?
BalasHapusSetidaknya, seru buat dikenang ya Mbak. Yang membacanya pun jadi ikut menikmati pengalaman seru itu :)
Alhamdulillah bisa dilewati ya mbak walau sempat gak bisa kemana², tapi dengan bareng keluarga bisa semangat untuk melaluinya, apalagi kulinernya juga bervariasi di sana ya
BalasHapusWah, ngekos di situ kelihatannya nyaman ya. Nggak sempat jalan ke tempat wisata,tapi sempat icip-icip kuliner Jogja. Banyak pilihan dan enak-enak kalo di sini. Aku pun pas PPKM mengandalkan pesan antar online gini.
BalasHapusKak Meykke juara..
BalasHapusMashaAllah~
Tetap bisa produktif bagaimanapun keadannya ya..
Dan makan menu ayam geprek dengan minum susu, aah...so yummii~
Ini bener-bener berasa travelling.
Bedanya, tetep jalani kehidupan normal, kaya laundry, dkk.
Semoga segera bisa berkumpul kembali bersama suami yaa...kak Meykke.
Makanannya Jogja ngangenin semuaaaa euy, aku dlu 3 hari ke Jogja sewa villa pinggir kota, masyaAllahh kangen deh rasanya hihi
BalasHapuswahh liat foto2 kamar, teras dan pelatarannya Emilia Homestay and Kost Exclusive tuh udh bikin adem yaa, kosan rasa staycation ya mba, apalagi di Jogja, kota yang selalu ngangenin dan bikin adem. Family friendly banget juga ya penginapannya, ga worry meskipun terjebak PPKM mba heuheu
BalasHapuswah kuliner jogja ini memang semacam kuliner di bandung, asli uenak-uenak... plus yang paling penting tuh yaa murah-murah
BalasHapusJogya selalu bikin rinduu
BalasHapusMakin rindu pas baca artikel ini
Seru banget pengalaman tinggal di Yogyanya mbak
Wah, lumayan harga kostnya ya Mba sebulan 2jt. Tapi penasaran pengin ngekos di sana.
BalasHapusKalau soal jogja, kuliner pertama yang akan aku cari gudeg.
wah mbak ulasannya bikin aku kangen jogja beneran. Terakhir pulang tahun 2015, huhuhuhu. Btw homestaynya worth it banget mbak kalau memang nyaman dan barangnya bersih. Kami nggak pernah nyoba homestay atau hotel karena punya keluarga di yogya.
BalasHapusWah seruuu. Btw aku udah agak lama kepo kalo nyewa lama gitu yang sampe sebulan. Eh mba bahas ini. Makasih loh mbaa sharingnya.
BalasHapusGak apa-apa LDR dulu ya kak. Demi keindahan lebih sempurna di masa yang akan datang
BalasHapusJogja emang menarik banget ya Mbak. Apalagi kulinernyaa. Dah lama sejak sebelum pandemi g main ke Jogja lagi. Jadi kangen
BalasHapus