Siapa di sini yang sudah divaksin? Atau justru ada yang takut untuk divaksin? Hmm...Kalau aku pribadi jauh lebih takut terkena Covid daripada divaksin sih. Apalagi di rumah aku punya anak balita dan Ayah yang sakit stroke dan tidak bisa ikut vaksin juga. Kalau bukan kita yang melindungi diri kita sendiri dan orang orang terdekat kita, lalu siapa lagi?
Alasan itu juga yang membuat aku dan Pace benar benar berusaha untuk bisa divaksin walau saat itu kami sedang tinggal sementara di Jogjakarta. Beruntung, pemerintah tidak membatasi pemberian vaksin pada warga lokal saja, tetapi juga pada warga yang memang berdomisili di sana walau KTPnya bukan KTP Jogjakarta. Nah, itu mengapa cerita mendapatkan vaksin versi kami cukup berliku liku.
Tapi, kenapa sih kita harus divaksin? Apa manfaat vaksin itu sendiri?
Dilansir dari kompas.com, setidaknya ada 4 manfaat vaksin Covid-19 :
1. Mencegah mengalami gejala Covid-19 yang berat.
Vaksin ini ibarat helm. Memakai helm tidak berarti kita tidak akan mengalami kecelakaan. Tapi, memakai helm at least mencegah akibat yang lebih parah jikalau kita mengalami kecelakaan. Mungkin kalau pakai helm, kepala kita bisa pecah terkena benturan. Nah, dengan helm kepala kita jadi terlindungi dan kita masih bisa selamat.
Mendapatkan vaksin pun juga belum tentu menghindarkan kita dari virus corona. Tapi jika Qadarullah kena, at least gejala yang ditimbulkan tidak akan parah atau naudzubillah sampai mengantarkan kita kepada kematian.
2. Melindungi orang lain
Vaksinasi Covid 19 bisa mencegah kita menyebarkan virus corona ke orang lain dengan adanya herd immunity atau kekebalan kelompok.
Kekebalan kelompok merupakan situasi di mana sebagian besar
masyarakat terlindung atau kebal terhadap penyakit tertentu sehingga
menimbulkan dampak tidak langsung (indirect effect), yaitu turut terlindunginya
kelompok masyarakat yang rentan dan bukan merupakan sasaran vaksinasi.
3. Menghentikan penyebaran Covid.
Dan dengan adanya herd community jelas akan menghentikan penyebaran Covid yang kini sudah sangat mengkhawatirkan. Maka, dengan vaksinasi, penyakit yang disebabkan oleh virus ini pun dalam jangka panjang bisa berangsur hilang dan musnah.
4. Membantu melindungi generasi selanjutnya.
Manfaat lebih jangka panjang lagi adalah jelas untuk membantu melindungi kesehatan generasi kita dari virus ini. Dengan adanya vaksinasi, lalu memutus rantai penyebarannya dan memusnahkan virusnya, maka generasi selanjutnya akan bisa hidup sehat tanpa harus hidup berdampingan dengan virus corona.
Nah, lalu sekarang bagaimana cara mendapatkan vaksin di kota domisili kami, yaitu Jogjakarta dengan kondisi kami yang masih berumur 30an. Alhamdulillah, kota kota besar sudah membuka vaksinasi massal yang bisa diikuti oleh siapapun dan darimanapun asal memenuhi persyaratan yang ada.
Nah, berikut ihtiar kami kemarin saat mencari vaksinasi massal di Jogja
1. Mengurus surat domisili
Pace yang hilir mudik mengecek informasi vaksinasi di Instagram atau pun internet mendapat informasi kalau ingin divaksin di bukan asal KTPnya, maka kita harus mengurus surat domisili terlebih dahulu. Okay baique, akhirnya Pace mengurus surat itu mulai dari meminta surat pengantar dari pemilik kos karena kemarin kami tinggal di kost Emilia.
Ada nih, review penginapannya di sini karena tiap ke Jogja kami selalu nginap di sini. Jadi ini tuh semacam homestay dan kost gitu.
Review Emilia Kost Exclusive and Homestay, Jogjakarta
Terus, Pace membawa surat itu ke RT RW setempat untuk meminta surat pengantar dari RT RW. Tak lupa kami juga membawa KTP dan Kartu keluarga asli ya. Untuuuung, udah punya. Sempat ditolak juga lho karena formatnya salah jadi kami bikin lagi surat pengantar dari pemilik kost. Alhamdulillah yang kedua nggak pake direvisi langsung lulus dan mengantarkan kami ke kelurahan. Di sanalah surat domisili kami dapatkan. Alhamdulillah.
2. Selalu mengecek syarat dan jadwal vaksinasi massal setempat
Ini adalah tugas Pace yang selalu mengecek di instagram ataupun internet. Tapi, kemarin itu rata rata yang bisa divaksin adalah yang sudah lansia atau orang dewasa yang membawa dua lansia lainnya. Ada juga yang harus membawa karty BPJS yang mana kami sekeluarga belum bikin.
Singkat cerita, akhirnya kami nemu nih informasi di Puskesmas Depok 3 yang syaratnya bisa kami penuhi. Tapi, kami telaaaaaat. Quota sudah penuh. Lemes lagi deh.
Tapi, malamnya, ternyata instagram Puskesmas ini mengumumkan bahwa ada banyak orang yang ditolak karena umurnya masih di bawah 30 tahun. Yup, salah satu syaratnya adalah berusia 30 tahun dan menggunakan vaksin Astrazeneca. Dari situlah kami langsung meluncur ke link yang diberikan oleh Puskesmas depok 3 untuk mengisi quota yang masih kosong.
3. Mengisi form di daftarvaksin.slemankab.go.id
Link itu mengarahkan kami pada laman daftarvaksin milik kabupaten Sleman. Secepat kilat kami mengisi semua isian takut takut kalau quota langsung habis dalam waktu sekejab. Yes, bisa tersimpan.
Sekarang kami tinggal menunggu pengumuman siapa saja yang bisa divaksin di tanggal yang sudah ditentukan itu. Esok harinya kami terus mengecek dan alhamdulillah nama kami berdua ada walau di waktu yang berbeda.
Yup, untuk menghindari kerumunan dan penumpukan pasien, Puskesmas ini memberlakukan antrian dengan waktu yang berbeda beda. Jadi, Pace duluan lalu sejam kemudian baru giliranku. Bismillah, kami yakin ingin vaksin demi terus sehat dan membersamai tumbuh kembang Julio. Masih banyak mimpi yang ingin kami gapai bersama, banyak tujuan destinasi yang sudah kami bayangkan selama ini. Sehat yok sehat!
4. Datang ke puskesmas dan daftar di Aplikasi Pedulilindungi
Senangnya bisa mendapat vaksin di sini karena pelayanannya bagus dan ramah. Para perawat dan dokternya sigap banget dan cepat bahkan sampai waktunya belum sampai eh antriannya udah sampai alias kecepetan.
Kami yang harus membawa Julio ikut serta karena nggak ada yang jagain juga di kos, memilih menunggu di kantin samping puskesmas. Pas banget sampai sana, nomor Pace sudah di depan mata. Pace langsung masuk dan 15 menit kemudian sudah selesai. Gantian nih Pace yang jagain Julio di kantin dan aku langsung masuk karena nomor antrianku juga sudah dipanggil.
Nah, alur vaksinasi saat di Puskesmas adalah sebagai berikut :
Cek suhu tubuh dan tensi -- Pendaftaran -- Analisa kesehatan -- Proses penyuntikan vaksinasi -- Observasi pasca vaksinasi
Sebelumnya aku sudah mendaftar via Aplikasi Pedulilindungi nih cuman entah mengapa gagal terus. Nah, akhirnya di proses pendaftaran itu perawat membantu mendaftarkanku di Pedulilindungi. Kita memang harus terdaftar di situ karena nanti kita men-download sertifikat vaksinasi dan mendapatkan notifikasi untuk vaksinasi kedua di aplikasi itu.
Analisa kesehatan sendiri berupa pertanyaan terkait kesehatan kita, kayak kita gagal ginjal nggak, punya autoimun nggak, alergi obat obatan nggak, dan lain sebagainya. Begitu dinyatakan lulus alias sesuai dengan standar penerimaan vaksinasi, kami mendapat kartu vaksinasi dan langsung menuju ke ruang penyuntikan.
Alhamdulillah, aku dan Pace sudah divaksin.
Setelah istirahat sebentar di kantin dan kami merasa baik baik saja, kamipun pulang ke kos.
5. Gejala Paska Vaksinasi
Seharian setelah divaksin itu kami merasa baik baik saja. Hanya tangan terasa pegal. Tapi, saat tidur di malam hari, aku ngerasa badanku panas tapi kata Pace kok nggak. Jadi semacam panas dalam. Badan sakit semua sampai tidur itu rasanya ngambang antara sadar dan nggak sadar gitu.
Bangun tidur pun mager banget karena badan terasa kurang bertenaga, capek dan sakit semua. Pace sepertinya punya gejala yang lebih light dari aku sih, walau katanya badannya juga sakit sakit.
Alhamdulillah gejala yang kami rasakan paska vaksinasi hanya itu. Setelahnya, kami bisa bermain bersama Julio dengan riang gembiraaaa.
6. Men-download Sertifikat Vaksinasi di Aplikasi Pedulilindungi
Pace sendiri begitu sampai rumah, langsung mendapat SMS berikut link menuju ke e-sertifikatnya di aplikasi Peduli Lindungi. Tapi, aku mendapatkan notifikasi dan e-sertifikatnya sekitar 1-2 minggu kemudian. Selain e-sertifikat, kita juga mendapatkan notifikasi kapan vaksin kedua dilaksanakan.
Rasanya sudah lumayan lega setelah divaksin ya, Mans. Kayak udah ada tameng di tubuh kita jikalau Qadarullah nanti terkena Covid-19. Tapi, tetap dong patuhi protokol kesehatan dan terus jaga kesehatan.
InsyaAllah bulan depan kami mendapatkan vaksinasi tahap kedua. Semoga stok vaksin masih terus tersedia dan kita bisa mendapatkan vaksinnya ya. Doain ya teman teman.
Tunggu update-an ku bulan depan di pengalaman vaksinasi tahap ke-2 di Jogjakarta. See ya!
comment 0 comments
more_vertTerimakasih sudah mampir ke sini ya... Yuk kita jalin silaturahmi dengan saling meninggalkan jejak di kolom komentar.
Terimakasih .... :)