“Nah to nah to, jatuh khan? Apa Ayah bilaaaaang?”
“Kalau nggak nurut Ibu tinggal ya? Kasih nggak itu. Kotoooooooor, Allohu Akbaaaaaaaar!!!!”
Sounds familiar nggak? Kalau saya kok familiar banget, Astaghfirullah. Saat Julio bobok gini, suka banget ngeliatin wajahnya, tangannya yang mungil, kakinya yang kecil tapi cekatan, mimik wajah polosnya lalu senyum senyum sendiri seraya berkata,
“MasyaAllah Tabarakallah, terimakasih ya Allah telah kau anugerahkan anak soleh, baik, sehat cerdas seperti dia....Nggak nyangka banget punya anak begini...”
Rasanya bersyukur maksimal. Nah, begitu dia bangun lalu main lalu susah makan misalnya. Makan kok dilepeh terus. Nanti main kok lempar lempar barang, diajak jalan sambil kena sinar matahari kok malah mau dolan ke kebon orang, mulai deh si Ibu keluar tanduknya. Ditambah lagi misal si Ibu capek, atau habis diomeli suaminya atau lagi dongkol karena hal lain. Yang ada anak jadi sasaran. Cuma jatuh karena jalan kok cepat cepat
aja langsung,
aja langsung,
“Sukurin apa Ibu bilaaang, nah kan nah kan nah kaaaaaaannnn!!!!”
Hmmm, banyak kali waktu yang saya lalui bersama Julio yang kemudian saya sesali saat melihat dia tidur pulas sambil nyenyen di lengan saya. Dan kemudian saya berpikir untuk bisa instropeksi dan evaluasi diri supaya Julio bisa mempunyai kecerdasan emosional yang baik saat dewasa; tidak seperti saya. Biar saya dan suami saya yang terus berusaha mati matian lepas dari innerchild buruk akibat pola pengasuhan salah dan mencari 1000 cara untuk bisa menyembuhkannya, Julio jangan. Biar dia tumbuh dengan cinta kasih dan penuh suka cita, supaya dia bisa menjadi pribadi yang lembut, baik, dan memiliki sifat positif.
Makanya, akhirnya saya tergerak untuk bisa bergabung dalam komunitas Institut Ibu Professional. Di sini, saya juga bisa mengikuti banyak kulwap secara gratis yang tentunya sangat berguna untuk self-development saya sebagai seorang istri, juga Ibu.
Salah satu kulwap yang baru saja saya ikuti dan sangat bermanfaat dan Sayang kalau nggak dibagi bagi adalah Manajemen Emosi Dalam Menghadapi Anak oleh Bunda Una. Di kulwap ini Bunda Una memberi kunci dan cara mengatasi emosi saat menghadapi anak.
Baca juga :
Innerchild dan 4 Tahapan Berdamai Dengan Masa Lalu
Penyebab Matrescence dan Cara Menghadapinya, Ibu Muda Wajib Tahu!
Baca juga :
Innerchild dan 4 Tahapan Berdamai Dengan Masa Lalu
Penyebab Matrescence dan Cara Menghadapinya, Ibu Muda Wajib Tahu!
Ternyata teman teman, basic life skill yang harus dimiliki oleh setiap orang tua baik Ibu ataupun Ayah adalah berlatih mengenal dan mengendalikan emosi. Kenapa harus banget gitu? Karena tidak ada sekolah dan kurikulum tentang pengasuhan anak sebelumnya. Di sekolah kita hanya diajari tentang bagaimana kecambah tumbuh, bagaimana buaya berkembang biak, bagaimana terjadinya pembuahan, tapi nggak pernah diajari bagaimana mengasuh anak kelak.
Padahal setiap orang tua pasti ingin menjadi orang tua dengan kecerdasan emosional yang bagus demi bisa membersamai anak anak dengan penuh kasih sayang dan rasa nyaman, ya kan? Dan kuncinya adalah ILMU.
Sesungguhnya, sebagai seorang Ibu kita sudah bisa mengenal emosi anak sejak dia lahir. Naluri kita akan terasah untuk mengenal tangisan bayi kita; baik tangisan lapar, tangisan ngantuk, tangisan kesakitan, dan lain sebagainya. Dan ternyata Ibu yang menyusui bayinya dapat mengenal dan memahami kebutuhan bayinya lebih cepat.
Lalu, saat anak tumbuh semakin besar, semakin banyak akal, semakin banyak ingin mengeksplorasi sekitar, lalu melakukan hal hal yang membuat kita jengkel, apa yang harus kita lakukan?
Terlebih saat pandemi seperti ini dan semua aktivitas dilakukan di rumah. Kadang anak merasa jenuh lalu rewel, orang tuanya pun juga merasa bosan dan jadi stress. Anak ngapain dikit aja salah. Untungnya kita bisa melakukan banyak hal atau kegiatan di rumah bersama keluarga seperti yang Mbak Marita tulis di sini. Sangat membantu!
Terlebih saat pandemi seperti ini dan semua aktivitas dilakukan di rumah. Kadang anak merasa jenuh lalu rewel, orang tuanya pun juga merasa bosan dan jadi stress. Anak ngapain dikit aja salah. Untungnya kita bisa melakukan banyak hal atau kegiatan di rumah bersama keluarga seperti yang Mbak Marita tulis di sini. Sangat membantu!
Bu Una menuturkan, Lakukan sebuah kesadaran, sehingga dengan bentuk kesadaran kita sebagai orang tua mampu mengenali emosinya dan tentu akan berpikir sebelum bertindak. Nah, begitu kita sadar, kita mampu melakukan reframing/ teknik membingkai ulang suatu peristiwa dengan sudut pandang yang lebih positif.
Misalnya, saat anak kita bertengkar satu sama lain. Alih alih mencubit keduanya, memarahi habis habisan, atau berteriak teriak, apa yang HARUS kita lakukan?
- Coba kenali dulu emosi kita, apakah kita terpancing emosi dengan melihat keadaan yang tidak nyaman itu.
- Dengarkan detak jantung kita. Jika cepat, artinya kita sedang dikuasai amarah.
- Saat tahu kita marah, kita DIAM dulu. Lalu, SADAR NAFAS. Karena apapun yang kita lakukan saat emosi menguasai, pasti SALAH. Jadi, kita perlu menenangkan diri terlebih dahulu.
Setelah itu, lakukan langkah langkah untuk membuat emosi kita stabil dulu sebelum bertindak. Caranya?
- Tarik nafas panjang, lalu buang perlahan dan lakukan perlahan.
- Diam dan mencari lokasi aman dulu untuk meredakan emosi.
- Ubah posisi tubuh senyaman mungkin.
- Berwudhu, ademin hati dengan air.
- Lakukan reframing.
Nah, jika orang tua tenang dalam menghadapi aneka rupa tingkah ajaib anak, anak pun akan ikut tenang atau mudah tenang. Beda cerita jika kita marah marah atau bahkan berteriak dan menjadi orang tua yang bermasalah. Anak pun akan lebih lebih menjadi jadi dan tidak terkendali. Bahkan jika kita sedang bermasalah pun anak jadi serba salah. Ini dikit salah, itu dikit salah. Tanpa kita sadari, saat kita bermasalah, anak lah yang menjadi pelampiasan amarah. Astaghfirullah.
Untuk itu, perlu banget mengenali emosi diri sendiri. Bebaskan diri dari sampah emosi negatif yang terbentuk karena pengalaman buruk masa lalu. Ada beberapa cara membersihkan hati dan pikiran, semisal tazkiyatun nafs, melakukan jurnaling, sadar nafas, reframing dan lain sebagainya.
Orang tua yang bisa mengenali emosinya akan bertindak bijak dan tidak gegabah. Hasilnya, sikap, lisan dan perbuatannya akan terjaga dan bisa memberi solusi dan kenyamanan bagi anaknya. Orang tua yang mampu mengenali emosi anaknya akan mampu bersikap dan memberi respon yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan anaknya. Hasilnya, anak pun akan tumbuh bahagia.
Orang tua yang bijak tahu bahwa apapun perilaku anak tidak lain tidak bukan untuk meraih perhatian dan ingin mendapat kenyamanan dan perlindungan dari orang tuanya. Begitu kita mengenali di balik perilaku anak, kita akan memberikan perlindungan. Bukan sebaliknya, mengancam, menghakimi atau memarahi anak. Jangan sampai ada sinaps yang pecah karena ancaman orang tuanya.
Siapa sih yang tidak mau punya anak dengan kecerdasan emosi yang baik? Emosi itu menular, mans, Ibu yang memiliki emosi yang positif akan mampu menularkan emosi dan energi positifnya kepada anak anaknya.
Jadi, jika orang tua ingin anak anaknya mempunyai kecerdasan emosi yang baik, mampu mengelola emosinya, baik dan santun sikapnya, maka sebagai orang tua kita juga harus mencontohkannya terlebih dulu pada diri kita dan pada sikap kita terhadap anak anak.
Terlebih, apapun kekurangan dan kesalahan kita, mereka selalu punya ruang yang luas untuk memaafkan dan menerima kita kembali. Bagaimana pun kita membentaknya, beberapa menit kemudian dia tetap mau memeluk kita, tersenyum kepada kita, memandang kita dengan penuh cinta.
Duh, sedih saya jadinya.
Lapangkanlan hati kita,
Mudahkanlah memaafkan,
Terima anak kita seperti apa adanya mereka
InsyaAllah mereka akan menjadi anak yang bahagia dan mampu membahagiakan kedua orang tuanya pula.
Semakin baik emosi orang tua, semakin baik hubungannya dengan anak, semakin bahagia pula orang tua dalam mengasuh buah hatinya.
Happy mom, happy life, happy family,
Rusna Meswari, S.K.M., M.Sc.
Semoga kita bisa menjadi orang tua bahagia yang melahirkan dan menumbuhkan anak anak yang bahagia pula. Semoga Allah memampukan kita. Aamiin ya Rabb
hme,, enaknya bisa bercanda sama anak ya mbak. walau ngeselin tapi gemes
BalasHapusYa ampun, duluuu aku juga gitu mbak. Terus dengan berproses akhirnya mampu bersabar seluas samudra. Saat heboh, tahan ngomong. Alias diam. Lama-lama nggak panik ungkap kata2 negatif...
BalasHapusJulio lucu banget ya kak, gemesss hehehe. Ternyata jadi orangtua itu ga mudah ya, harus banyak sabar. Harus bisa mengendalikan emosi juga. Aku ngurusin keponakan satu hari aja udah ribet, apalagi orangtua yang setiap hari ngurusin anaknya.
BalasHapusAku jg pernah belajar and baca gitu. Jika kita mendidik anak, harus berdamai dgn perasaan sendiri dulu. Kenali emosi diri, baru bisa mendidik anak. Mindfullness parenting istilahnya.
BalasHapusMasih jd PR aku bgt dalam mendidik anak, terkadang aku masih suka terbawa emosi kalo anak gak mau nurut apa kata orgtua.
Semoga someday aku bs menjadi orgtua yg bahagia menerima kelebihan dan kekurangan anak :)
Wihiii, saya malah ngeklik yang innerchild. Bener banget, orang tua sebelum memutuskan untuk memiliki anak harus ngilmu dulu yang bener, supaya anaknya ga menderita punya ortu yang ga capable. Menjadi orangtua adalah sebuah tanggung jawab besar dalam kehidupan, n, ga bisa sembarangan.
BalasHapusbenar bengat nih, kita harus paham dengan emosi kita agar tak salah marah jika memarasi sang anak. mereka ini butuh perhatian lebih dan maunya bermain terus hahaha
BalasHapusDoa yang sama untuk kita semua, para orang tua di dunia ini. Semoga selalu diberi kesabaran dalam mendidik buah hati tercinta.
BalasHapusKalo kita punya persoalan, terus gabung sama teman-teman yang punya persoalan mirip, rasanya jadi biasa aja, kak. Sharing is caring tuh emang benar.
BalasHapusJadi orang tua itu emang kudu ekstra sabar, walaupun sering ngomel tapi tetap sayang anak
BalasHapusBermanfaat sekali ilmunya. Saya juga masih sering dengar kalimat2 yang semestinya tidak diucapkan pada anak. Semoga aku bisa jadi ortu yang lebih baik besok
BalasHapusMengendalikan emosi. Meskipun tahu teorinya, tapi praktiknya tuh, masya Allaaaah... butuh perjuangan banget.
BalasHapusPaling berat memang mengenadalikan emosi kita, Mbak. Ya harus dimulai dengan mengenali emosi kita sendiri. Saya pernah meledak duluuu pas anak tantrum tapi saya akhirnya menyesal sendiri. Setelah baca buku parenting juga, kudu banyak bersabar, melatih untuk tak cepat marah dan memahami keterbatasan mereka dalam berkomunikasi.
BalasHapusIlmu parenting yg didalamnya ada mengendalikan emosi dll emang nggak pernah diajarkan di bangku sekolah ya. Padahal penting banget. Beruntung di jaman sekarang banyak komunitas yg mmebuat kita bisa saling belajar & sharing ya
BalasHapusTerima kasih tipsnya, semoga bisa diterapkan suatu saat nanti karena kita semua akan menjadi orang tua
BalasHapusSeperti tertampar saya membaca tulisan ini mbak. Ingat dulu waktu anak saya masih kecil. Emosi saya memuncak ketika melihatnya rewel atau berbuat yang tidak saya sukai. Kini ada rasa penyesalan...karena sedikit banyak apa yang saya lakukan bisa menular ke anak. Terimakasih sharingnya mbak...setelah membaca ini saya jadi tahu bagaimana seharusnya bersikap yang bijak kepada anak.
BalasHapussalut banget dengan ibu yang mampu meredamamarah dan bersabar menghadapi anak. kuncinya emang harus bener bener memahanmi karakter anak dan memperlakukan mereka dengan penuh kasih sayang namun tegas.
BalasHapusBatasan yang diberikan juga kudu jelas jadi anak paham mana yang salah dan benar
Amin... semoga kita bisa jadi orangtua yang pandai mengatur emosi. Penting banget sih ini emang. Kalau orangtua bisa mengendalikan emosi, pola pengasuhannya pun akan lebih baik. Dan... anak pasti meniru orangtua, ketika bisa sabar dan mengasuh dengan benar, pasti hal baik banyak yang ia rekam
BalasHapusKudu tenang yg jd orangtua yg punya anak kecil. Jgn sampai kita melakukan hal yg kt sesali di kemudian hari.
BalasHapusDuuuuh tertohok banget baca ini
BalasHapusAku kadang berubah jadi singa di saat-saat tertentu menghadapi anak
Duuuh... semoga menjadi lebih sabar lagi
Masih banyak PR dalam mendidik anak
Yaa anak anak mah gitu. Emang kadang rasanya menguji kesabaran saja setiap harinya...
BalasHapusBtw aku mau praktek in kunci nya ah mbak, biar tetap sabar ngadepin anak
Tidak hanya mengadapi anak (ya saya sendiri memang belum punya anak sih, hehe) tapi mengontrol emosi juga penting untuk diri kita dan lingkungan sekitar sih, tips nya saya terapkan dikehidupan sehari-hari mbak, senang sekali bisa mampir di artikel ini :)
BalasHapusAku setuju. Aku yang membersamai anak 3 yang masih kecil-kecil membutuhkan anger management yang baik supaya saat marah bisa terkendali. Menurutku yang juga penting adalah stress managementnya sih mbak. Kalau ibunya nggak stress insyaAllah mendidik anak dengan bahagia.
BalasHapusSaya pun sering marah sebelum kenal ilmu parenting, Bun. ALhamdulillah sekarang sudah bisa kendalikan emosi. Dan itu memang butuh latihan dan niat yang kuat Untuk menjadi orang tua yang lebih baik ya harus berniat ke arah itu. Ingin sabar menghadapi anak ya harus latihan. Nice artikel mbak, thanks ya udah berbagi
BalasHapusWah menarik sekali ini. Sebagai keluarga baru postingan ini tentu bakal berguna buat saya ketika punya anak kelak.
BalasHapusWalaupun orang tua sering marah kepada anak-anaknya, namun sebenarnya itu adalah bentuk wujud kasih sayang beliau kepada si buah hati...
BalasHapusSound familiar mbak. PR deh mengelola emosi. Lebih sulit dari mengelola keuangan.inner child bisa kebawa bawa ternyata ya di pola pengasuhan anak.
BalasHapusnice sharingnya mba...manajemen emosi memang perlu banget, dan ibu jg ga boleh kurang istirahat kalau buat saya ngaruh banget, biasa kalau lg emosi justru saya ga mau dekat sama anak2 dului sengaja ngunci diri di kamar trus istirahat bentar, baba nya biasa paham, langsung ambil alih
BalasHapusdari artikel ini saya byk belajar dari seorang ibu yg curhat akan pengalaman menghadapi anaknya. ternyata bukan sabar dari keinginan fisik (menampar,mencubit dll) tapi justru kesabaran hati dalam berucap itulah yg paling penting menurutku
BalasHapusMakasih banyak mba sharing nya.. smoga saya bisa mengamalkan ilmu yg mbak share ☺️
BalasHapus