Aku pernah baca dari ibupedia.com tentang masa kritis
hubungan pernikahan. Tahun pertama adalah tahap realisasi dimana tahun ini
pasangan dihadapkan pada fase menyesuaikan diri dengan kebiasaan pasangan,
menyamakan tujuan finansial, mendiskusikan hubungan dengan keluarga besar dan
lain sebagainya. Lalu tahun ke tiga dan keempat adalah fase comfort zone yang
berbahaya. Why? Karena di tahun ini kita mulai menganggap pasangan sebagai hal
yang biasa dan tidak mengistimewakannya lagi seperti saat awal pernikahan.
Nah, mulai di tahun ketiga dan keempat ini komunikasi menjadi
rawan seret, cara berbicara dan nada pun berubah, cara memperlakukanpun bisa
jadi juga berubah tak semanis yang dulu dulu.
Hmm...berkaca pada fakta tentang masa kritis inilah akhirnya
menggerakkan hatiku untuk bisa tahu lebih dalam cara untuk bisa meminimalisir
miss-komunikasi dan hal hal yang bikin hubungan kami menjadi hambar sejak dini.
Berkaca pula dari hubungan orang orang terdekat yang juga tidak bisa dijadikan
contoh sebagai hubungan yang harmonis, hangat dan penuh cinta.
Alhamdulillah, beberapa saat yang lalu saat ikut
kulwap/kuliah whatsapp Bengkel Diri Edisi khusus Cara Mengatasi Luka. Dan di
dalamnya juga dijelaskan tentang lima formula bagaimana menjalin komunikasi
antar pasangan demi terciptanya sakinnah mawaddah warrahmah. As we know,
pernikahan adalah ladang belajar plus memborong pahala seumur hidup jadi harus
banget kita tahu ilmunya, yekaaan.
FORMULA KOMUNIKASI SEHAT BERUMAH TANGGA
1.RESPECT/SIKAP SALING MENGHARGAI
Sepele kayaknya ya tapi sungguh ternyata ini adalah modal
besar untuk komunikasi sehat berpasangan, teman teman.
“Ah nggak papa lah bilang kek begitu, orang sama suami
sendiri ini.”
“Biarinlah nadanya gitu, orang sama istri ini.”
Lah kadang kita sering terbalik ya. Sama orang lain aja nada
bicara halus tutur kata sopan indah rupawan eh giliran sama suami/istri sendiri
ngomongnya asal asalan, nada bicara udah fluktuaktif kayak bursa saham, sering
ngegas nggak pake ngerem. Here I learn, don’t take your wife/husband for
granted!
Atau sering nih aku lihat ada istri yang fotoin suaminya
lagi mainan HP/main PUBG nih yang lagi ngehits. Alih alih ditegur secara
langsung, sang istri malah foto ala paparazzi suaminya yang gelendotan di kasur
sambil pegangin HP lalu diupload di IG story sembari bikin caption, “Dunia
serasa milik sendiri.” Atau “Ngegame aja teroooooos teroooooos...”
Suaminya mana ditag lagi. Keliahatan sepele, memang. But it
has a big impact, indeed. Suami jadi ngerasa nggak dihargai karena menganggap
istri kok malah sebar aib suami sendiri. Sang istri juga dongkol dan merasa
nggak dihargai karena suami malah asyik sendiri dengan gamenya dan dia
dianggurin aja.
Atau yang parah adalah tjurhat di media sosial tentang
kelakuan suami/istri sendiri.
“Nggak usah pulang aja ya, rumah udah aku kunci
@budiprakasa”
And it really happened walau namanya bukan si Budi juga sih.
Prahara rumah tangga telah disaksikan oleh segenap follower Fbnya. Dan dari
sini sikap saling menghargai akan semakin terkikis. So well, it’s a BIG NO NO!
Karena menurut kulwap kemarin, respek itu adalah koentji dan
modal dasar membangun komunikasi yang sehat dengan pasangan. Dengan ada rasa saling menghargai, kita akan
selalu berusaha menjaga perasaan pasangan. Nggak ada lagi nih komenan,
“Ah wes beeeen...wes ben...kapoooook!!”
2. APPRECIATION/PENGHARGAAN/PUJIAN
“Wah, istriku udah pintar masak ya sekarang. Bikin mie
rebus, mienya udah nggak benyek. Good job, Istri!”
“Suami, makasih ya selama ini udah bekerja keras untuk aku
dan anak anak. I love you to the outermost galaxy and back.”
“Pace, you mean the whole wide world for us.”
Semua pujian ini ternyata nggak sekedar lip-service semata
lho teman teman. Sepeleeeee, memang. Untuk sebagian orang, pujian macam ini
mudah dilakukan, tetapi untuk sebagian yang lain oh betapa sungguh susah hanya
melontarkan pujian karena memang nggak biasa.
Yang ada kebanyakan pasangan ini kalau ngasih komen/kritikan
pedas aja mulut langsung nerocos kayak udah hafal di luar kepala.
“Kamu ini ya jadi istri nggak becus.”
“Ini semua juga gara gara kamu cari uang nggak bisa!”
Naudzubillah.
Etapi menurut pemateri kemarin, pujian positif yang
diberikan untuk pasangan ini sangat membantu mewujudkan komunikasi yang sehat.
Suami/istri jadi merasa bahwa perjuangan mereka itu ‘dilihat’ dan dihargai.
“Ah, usahaku nggak sia sia. Aku akan lebih giat berusaha
biar dia lebih bahagia.”
Lha murid aku aja kalau aku kasih pujian,
“Waaah, hebat ya udah berani maju ke depan dan nebak jenis
jenis buah dalam Bahasa Inggris..”
Besoknya begitu aku tanya siapa yang mau
maju pasti dia dengan semangat angkat tangan. Anak aja begitu dikasih pujian
jadi semangat luarrr biasa, apalagi pasangan yekaaaan?
3. UNDERSTANDING/SIKAP SALING MEMAHAMI
Menikah adalah tentang bagaimana kita bisa memahami segala
perbedaan yang ada di antara pasangan. Yes, memahami orang lain dengan latar
belakang keluarga, pendidikan dan pola asuh yang jelas berbeda dengan kita itu
memang PR banget. Apalagi dengan suku dan budaya yang berbeda. Hmmm...
Memang, butuh waktu seumur hidup untuk bisa memahami
seseorang sekalipun itu pasangan. Itu pun kita nggak akan bisa memahami orang
lain 100%, lagi lagi sekalipun itu pasangan. But at least, we’re trying to
understand, raitt? It’s worth-trying, khan demi keluarga yang sakinnah mawaddah
warrahmah.
Dan menurut pemateri, memahami di sini bisa dijabarkan
semisal memahami tentang apa yang pasangan suka dan nggak suka, apa yang
membuatnya senang, apa yang membuatnya kesal dan coba kita hindari, apa love
language dia and so on. Dengan mencoba saling memahami dan mengerti, keadaan
rumah tangga jadi lebih kondusif dan minim drama.
4. SUPPORT/DUKUNGAN
Jelas, mendukung apa yang suami/istri sedang perjuangkan
adalah hal yang seharusnya dilakukan oleh pasangannya. Misal kita sebagai istri
bisa mendukung suami dengan kata kata, doa dan pelayanan saat dia capek. Bisa
juga jadi pendengar yang baik dan sahabat yang bisa bertukar ide dan gagasan,
dan lain sebagainya.
Atau sebagai warga LDM juga bisa saling mendukung dengan
semisal tanya,
“Gimana papernya, sayang? Semoga bisa publish sesuai
deadline ya..”
“Dapat job review terbaru apa sekarang nih mace?”
Kalau buat aku pribadi, dukungan dari Pace (suami) itu macam
mesiu alias bahan bakarku untuk melakukan sesuatu termasuk ngeblog ini.
Dukungan yang paling aku suka dari pace adalah saat dia baca baca blogku. It
means a lot for me!
Pace juga sering ngasih ide tentang konten konten edukasi di
blog. Materi Bahasa Inggris yang sekarang jadi salah satu konten dengan
pageview banyak itu juga ide dari pace. Dan aku juga berharap dukungan yang aku
berikan juga bisa berarti dan bisa menjadi modal semangat Pace di sana.
5. LOVE/CINTA
Jadi, ibarat piramida, respect ada di dasar segitiga
ditumpuk oleh appreciation, understanding dan support yang semakin mengerucut
dengan LOVE sebagai puncaknya.
Masih menurut pemateri, love ini sebagai pemanis. Dengan
rasa cinta antar pasangan, saat berduaan dengan pasangan lalu pegangan tangan
gitu berasa kayak pegangan songket lisstrik ; nyetrum! Atau saat ketemu setelah
berbulan bulan nggak ketemu bagi warga LDM bisa tiba tiba ketarik di video klip
lagu India ; berbunga bunga! Jadi, selalu ada love sparksnya alias nggak anyep
anyep bae.
Dan menurut aku pribadi, love jugalah yang menjadi dasar
kita melakukan formula sebelumnya. Saat kita sayang dan cinta orang, pasti kita
juga ingin bikin dia bahagia khan ya? Caranya gimana? Ya ngasih dukungan,
sebisa mungkin ngertiin dia, ngasih pujian dan yang paling penting adalah
menghargainya sebagai pasangan kita.
Hmm, ngomong mah gampang bener ya man teman. Tapi
aplikasinya MasyaAllah, egoisme diri kadang jauuuuh lebih besar.
Aku sendiri pun jujur memahami diri sendiri aja belum katam.
Honestly, masih banyak monster monster dalam diri yang kadang masih sering
muncul. Banyak pikiran pikiran kalut
yang sering lompat lompat di kepala nggak karuan. Dulu, sometimes aku ngerasa
aku butuh entah ketemu psikolog, atau at least ikut trauma-healing or stuff atau
diruqyah gitu kek karena aku butuh jadi diriku yang netral dulu sebelum menikah.
Dan sekarang aku udah nikah. Dan aku masih butuh. Itu juga alasan aku rajin banget ikutan
kulwap tentang kesehatan mental dan ilmu rumah tangga. Because I need to fix
myself. That’s it.
Dan at least kita sekarang udah punya lima formula yang bisa
jadi guidance kita untuk bisa mencintai pasangan dengan benar karena Allah plus
tahu cara berkomunikasi dengan baik. Jadi kalau mau ngata ngatain pasangan
misalnya, eh jadi ingat.
“Ingat Mey, sama suami harus respek. Direm Mey....direm..”
Masih banyak materi kulwap yang aku ikutin tentang ilmu
rumah tangga dan ilmu keagamaan plus pengembangan diri dari Bengkel Diri dan
nantinya InsyaAllah akan aku share secara berkala. Semoga berguna untuk teman
teman ya,
Semangat membina keluarga sakinnah mawaddah warrahmah,
InsyaAllah.
Ini sebenernya bisa diterapkan ke semua jenis hubungan ya mba, tidak hanya pasangan suami istri saja. Tapi juga sama teman serumah, seperti aku dan ibuku sekarang, tinggal berdua saja. Hitung2 belajar buat persiapan kalau menikah ya hehe
BalasHapusTerimakasih ya mba infonya, semoga bisa jadi ilmu tambahan buatku
BalasHapusPelan-pelan satu persatu mulai diterapkan, mksh mb atas share ilmunya ....
BalasHapusIh emang bener deh gimana pun itu komunikasi harus lancar kalau sama suami. Soalnya kalau enggak gitu tak punya me time lah kita 😁
BalasHapusAlhamdulillah, nambah lagi ilmu rumah tangga dan ilmu keagamaan plus pengembangan diri. Suka deh kalau diingatkan kayak gini, soalnya sering lupa ngerem diri, hehehe
BalasHapusBeberapa point di atas, jika diterapkan, mungkin bukan hanya berumah tangga, bisa juga memperbaiki komunikasi yang terjalin di kehidupan sehari hari baik kehidupan bertetangga, di pekerjaan dan di berbagai kegiatan lainnya ya
BalasHapusSetelah lima belas tahun berumah tangga, terkadang tanpa perlu disampaikan pasangan sudah tau kita maunya apa karena lamanya bersama-sama.
BalasHapusSeneng banget kalau baca artikel tentang seni berumah tangga kayak gini. Semakin belajar dan paham jadinya. Doakan aku segera bisa berumah tangga juga ya mbak🙂
BalasHapusNaah.. Yang tentang umbar aib suami itu, saya emang pernah menemukan faktanya :)
BalasHapusDianggapnya biasa saja kali, ya. Padahal mengganggu keharmonisan itu mah. Masak iya sosmed jadi tempat pertama laporan kita :D
Terima kasih sharingnya. Applicable banget walaupun perlu kerja keras bersama, ya :)
Kalau liat diberanda sosmed kadang suka nemu suami or istri gak ragu buka aib pasangannya, ngenes aku tuh liatnya
BalasHapusThanks sharenya mbak, luar biasa :)
Menjaga keharmonisan keluarga tentunya tidak mudah, tapi dengan perjuangan dan mau saling memahami, insyaAllah semuanya bisa terjaga, SAMAWA dan until Jannah
BalasHapusMakasih tips ok nya Mba
Alhamdulillah, dikasih ilmu gratis oleh mbak mey. Makasih ya mbak, ilmunya. Lumayan bisa buat tabungan masa depan.. 😊
BalasHapusBener banget, setiap pasangan yang menukah butuh formula ini buat kelangsungan pernikahannya. Jika ingin langgeng memang keduanya harus saling menghargai, respek, support, dan terus memupuk cinta.
BalasHapusSama kita mbak, selalu suka ikut kuliah² online pengembangan diri. Respek memang kunci segala hubungan dengan sesama manusia ya sepertinya, bukan cuma dengan pasangan saja.
BalasHapusAlangkah damainya dunia ini jika semua orang saling respek dan menghormati.
Aku sukaaa banget baca ini. Senengnya kini banyak media sebagai tempat belajar termasuk tentang komunikasi dengan pasangan.
BalasHapusYess, yuk semangat membina keluarga sakinnah mawaddah warrahmah!
InsyaAllah.
Ditunggu sharing kulwap lainnya ya Mbak Mey
satu lagi mbak, jangan terkesan menggurui kalau komentar tentang kegiatan pasangan hehehe
BalasHapusaku setuju banget sama semua yang mbak sampaikan. jadi keinget film what a wonderful family. istrinya nuntut cerai sebagai hadiah ulang tahun ke 50-nya. alasan yang diungkapkan sebetulnya sepele banget, tapi semuanya kebalikan dari 5 hal yang mbak sampaikan. tapi karna numpuk jadi bom waktu sendiri. tapi dari situ belajar banyak hal sih.
BalasHapusWah ilmu berharga nih buat saya. Bisa buat belajar gimana nanti kalau pas udah nikah.
BalasHapus