Kalau salah satu manfaat menulis itu buat terapi, kali ini aku akan menggunakan opsi itu.
Dan bahkan sudah berapa kali aku menulis satu kalimat pembuka lalu aku hapus lagi. Aku tulis lagi, kemudian aku hapus lagi. Tulis dan hapus lagi. Untuk hidup serupa ini, aku benar benar bersyukur, gaes. Demi hidup hari demi hari yang aku jalani sampai hari ini, sering aku mengucap syukur hingga ujung mukena basah semua.
Kadang bukan hanya tentang nikmat Tuhanku yang mana lagi yang aku dustakan, tetapi karena aku tak pernah menyangka aku bisa berjalan sejauh ini, melangkah selebar ini, bertemu dengan orang orang hebat, mendapatkan perhargaan dari segala penjuru. Untuk bisa di sini, di titik ini, lihat, aku sudah mulai berkaca kaca. Kadang aku berpikir betapa Tuhanku begitu baik padaku, memberikanku kenikmatan berlimpah, memberikan keberanian untuk bisa melompat, menyeberang jurang dan berlari sejauh mungkin.
Untuk teman teman blog yang sudah mengenalku dari banyak tahun yang lalu, berpikir bahwa aku adalah orang yang penuh optimistik, selalu bersemangat dan memiliki energi besar untuk melakukan sesuatu. Mereka tahu perjuanganku dari mulai aku kuliah, lalu lulus dan mulai merantau di kota orang. Lalu, setelah ini mereka akan menjadi saksi saat aku melenggang menuju sesuatu yang akan benar benar mengubah hidupku dan juga statusku.
Tapi sebenarnya aku adalah seorang penakut. Aku sungguh takut akan banyak hal. Banyak hal. Dan yang paling aku takutkan kamu tahu apa? Masa depan. Dan berangkat dari alasan itu, aku selalu melakukan banyak hal mati matian. Selama ini aku bekerja mati matian, melakukan banyak hal baru. Karena apa? Karena aku takut.
Aku takut kalau kalau apa yang aku takutkan akan masa depan benar benar menjadi kenyataan. Aku takut tidak akan mendapatkan pekerjaan yang berpenghasilan banyak begitu lulus kuliah karena kuliah pun orangtua ku harus berusaha begitu keras, lalu aku merantau dan kerja mati matian sebagai seorang guru. Bahkan sekarang aku bekerja dari pagi sampai malam. Karena aku takut kalau tabunganku kurang. Dulu, aku takut aku akan terjebak terus menerus oleh cinta yang move onnya susah bukan kepalang itu, lalu aku melecut diri sendiri dan menjadi modal utama berangkat ke Jakarta. Aku mati matian bekerja sampai malam agar aku nggak punya waktu untuk berdiam diri dan menikmati galau.
Entah sudah berapa banyak malam aku habiskan untuk bergelut dengan pikiranku sendiri. Banyak. Terkadang aku seperti membawa muatan berton ton di atas pundakku. Lalu, saat aku akan tidur, muatan itu seakan terbang, lalu berubah menjadi buku dan terbuka halaman demi halaman, menyodorkan ketakutan ketakutan lain yang mungkin bisa terjadi esok hari atau banyak esok hari lainnya.
Sekarang pun banyak hal yang aku takutkan akan terjadi di masa depan. Banyak. Aku adalah seorang penakut yang lalu karena ketakutannya aku melakukan banyak hal. Dan sekarang ketakutanku adalah bisakah aku?
Ada satu hal ketakutan terbesar sekaligus menjadi hal yang paling ingin aku lakukan saat ini. Ini adalah hal mulia yang hadiahnya penyempurnaan setengah Dien. Ini adalah hal yang sungguh ingin aku lakukan sebaik mungkin. Se-sempurna mungkin. Kenapa? Karena begitu banyak ketakutan yang menjejali pikiranku. Takut yang disebabkan dari pemandangan sehari hari yang sudah mulai aku cicipi dari dahulu kala.
Aku sudah terbiasa melakukan apa apa sendiri, merasakan apapun sendiri, menangis pun tak perlu aku update status betapa malangnya dan sedihnya aku. Itu aku lakukan sendiri sekalian mandi, dan aku adalah salah satu orang yang cengeng. Dikit dikit nangis. Serupa buah durian. Keras dan berduri di luar, tapi lembek di dalam. Kamu tak pernah tahu kalau buah durian itu lembek sebelum kamu bisa membuka kulitnya, bukan?
Tapi ada masanya aku ingin berkolaborasi dengan orang lain, meneruskan hidup berdua. Tapi, menghalau banyak ketakutan ternyata tak semudah itu. Setiap hari aku selalu bergumul dengan pikiranku sendiri, pikiran yang terlalu aktif memberikan kesimpulan dan kemungkinan kemungkinan (buruk) yang bisa saja terjadi di masa depan tiap kali aku menemukan sesuatu yang mengganjal hati. Aku sudah membaca banyak buku, gaes. Aku benar benar ingin menjadi orang yang bisa terbebas dari segala macam ketakutan. Okelah, takut itu perlu, tapi kadar yang ada padaku sungguh sudah terlalu berlebihan.
Tapi ada masanya aku ingin berkolaborasi dengan orang lain, meneruskan hidup berdua. Tapi, menghalau banyak ketakutan ternyata tak semudah itu. Setiap hari aku selalu bergumul dengan pikiranku sendiri, pikiran yang terlalu aktif memberikan kesimpulan dan kemungkinan kemungkinan (buruk) yang bisa saja terjadi di masa depan tiap kali aku menemukan sesuatu yang mengganjal hati. Aku sudah membaca banyak buku, gaes. Aku benar benar ingin menjadi orang yang bisa terbebas dari segala macam ketakutan. Okelah, takut itu perlu, tapi kadar yang ada padaku sungguh sudah terlalu berlebihan.
Dan sekarang, aku harus melakukan sesuatu yang paling aku takutkan seumur hidupku. Aku takut kalau kalau masa depan nanti menyodorkan hal yang enggak aku harapkan. Aku takut kalau kalau apa yang aku takutkan akan menjadi kenyataan. Dan aku takut setiap kali aku takut, aku akan melakukan sesuatu yang menyakiti orang lain.
Lalu, bila aku bertanya padamu, apa yang harus aku lakukan? Ketakutan itu adalah hasil dari pemandangan masa lalu yang terlalu melekat di memori. Ketakutan yang dulunya adalah kenyataan orang lain. Dan aku takut, itu akan terjadi padaku di masa depan. Ketakutan yang kadang membuat diriku merasa begitu kerdil.
Aku takut nantinya aku akan menyakiti orang lain, berikut rasa takut disakiti orang lain.
Aku takut nantinya aku bisa saja mengecewakan orang lain, berikut rasa takut dikecewakan orang lain.
Dan kamu tahu, gaes. Hal yang paling ingin aku lakukan dengan benar, yang paling paling aku inginkan bisa terjadi dalam hidupku dengan cara baik dan benar adalah hal yang paling aku takutkan seumur hidupku. Hal yang akan aku lakukan ini adalah sesuatu yang sungguh sungguh ingin aku lakukan dengan baik dan berhasil. Ini adalah hal yang paling ingin aku lakukan dengan baik melebihi apapun.
Lalu, apa yang harus dilakukan olehku untuk bisa bebas dari rasa takut itu?
Dear is a natural things my friend.coz we're not a machine. God create it. So long as it exist that means you're Alive dear. Everybody has passion, find it, love it and believe me you won't regret it my friend.
BalasHapusi mean "fear"
BalasHapus