Hari Minggu kemarin adalah salah satu hari bersejarah buat gue. Kenapa? Karena hari sabtu kemarin gue datang di suatu acara yang sepanjang hidup gue, baru kali itu gue datangin.
Gue datang di acara ini, gaes.....
Ya. Sekarang gue telah tumbuh menjadi wanita dewasa yang jelas butuh wawasan tentang ini. Dan gue adalah orang yang percaya bahwa segala hal di dunia ini ada ilmunya. Dan karena gue masih terbilang sangat cetek ilmu tentang ini, maka gue mendaftar bersama teman kerja gue, Miss Irma Nurmala namanya. Dengan selongsong niat untuk bisa meraih keberkahan di masa depan, gue mengamini dan mencerna tiap tiap poin yang dikatakan Kang Abhay dan Oki Setiana Dewi.
Pernikahan. Apa yang ada di benak kalian tentang pernikahan? Mungkin bagi kalian yang masih belasan tahun, pernikahan adalah sesuatu yang masih jauuuuuh di sana. Walo beberapa di antara kalian udah punya pacar pun pasti berpikiran, "I have long way to go, I have many adventures to explore." alias belum pingin. Dan bagi kalian yang sudah menginjak 20an masih ada di tahap sedikit pingin, sedikit membayangkan tapi tetep...jalan untuk kalian mengeksplorasi diri masih terbentang. "I want freedom" Karena itu yang gue rasain juga di umur umur segitu.
Tetapi sekarang, gue ada di titik dimana gue udah siap untuk melebur dengan seseorang dan menamai ikatan itu menjadi 'kita'. Gue sudah ada di titik,
"Oke, I want a marriage, the happy one." |
Dan jelas kebahagiaan yang nantinya akan kita rengkuh nggak serta merta langsung instan ada di depan mata. Karena ini tentang dua orang yang berbeda dari latar belakang, pola pengasuhan sampai pola pikir dan perilaku. Lalu, yang menjadi pertanyaan gue selanjutnya setelah gue sudah yakin dengan pilihan gue untuk siap menikah adalah,
"Bagaimana menjadi bagian dari keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah?"
Dan dari Kang Abhay, seorang motivasinger, juga Oki Setiana Dewi (tau dong siapa Oki Setiana Dewi) , gue mendapatkan pencerahan.
Tapi, Kang Abay itu siapaa?? Oke, ini dia!
Abay adalah Motivasinger Pertama di Indonesia. Dia juga merupakan seorang Penulis. Misinya adalah menyampaikan kebenaran dan kebaikan melalui lagu dan tulisan. Dengan mengambil Genre Pop; Abay mencoba mewarnai kehadirannya di Industri Musik Positif di Indonesia. Abay juga merupakan seorang pencipta/penulis lagu. Hampir semua lagu-lagunya diciptakan oleh Abay sendiri.
Hal pertama yang dibahas di seminar itu adalah,
Apa tujuan menikah????
Karena udah bosen bobo sendiri??
Karena udah bosen hidup sama orang tua dan ingin melarikan diri?
Karena timeline di FB udah penuh sesak dengan foto lamaran, pernikahan sampai foto USG?
Atau karena ingin bahagia??
Itu adalah alasan gue banget. Tapi, ternyata tujuan menikah itu seharusnya adalah ibadah. Mengapa ibadah? Karena segala sesuatu baik yang kita lakukan bersama pasangan akan dibayar dengan pahala. Dulu gue nggak kepikiran sampai situ, gaes.
"Nah, kalau kita menikah karena ingin lepas dari orang tua, sama saja nanti kalian memindahkan permasalahan dengan orang tua menjadi permasalahan dengan suami. Toh ridho anak ada di ridho orang tua." Kang Abay menjelaskan, gue cuman bisa ngangguk ngangguk.
"Oh, jadi gitu..."
"Dan kalau kalian tujuan menikah adalah hanya sekedar ingin bahagia, maka kehidupan kalian selanjutnya akan diliputi oleh kekecewaan. Loh, kok suamiku ternyata begini, kok istriku ternyata jorok sekali. Karena pernikahan bukan drama Korea...pernikahan itu bukan hanya tentang manis manisnya saja, tapi nanti akan banyak getir getirnya.." Oki Setiana Dewi menjelaskan dengan penuh semangat. Gue manggut manggut episode ke 2.
"Tapi, kalau didasari dengan niat ibadah, maka kekurangan pasangan akan diterima dengan ikhlas dan lapang dada. Lha kan tujuannya ibadah, maka penerimaan itu nantinya akan menjadi bagian dari ibadah dan menuai pahala.." Ini harus dikasih warna merah, gaes. POIN PENTING.
"Bener juga," Gue baru tahu.
Dulu, gue justru takut menikah. Di bayangan gue, menikah itu identik dengan pengekangan. Gue yang suka sekali berpetualang akan terhenti langkahnya. Gue harus patuh terhadap suami. Karena itu memang tugas istri. Patuh.
Sedangkan tugas suami adalah menafkahi lahir, batin, dan ilmu. Itu mengapa para istri sangat disarankan menikahi suami yang secara ilmu lebih banyak tahu, terlebih soal agama. Wah, gue mendadak pinter. Padahal itu semua kata Oki Setiana Dewi.
Dan biar sebelum menikah ada penyelarasan visi misi ke depan, semisal tentang apa yang suami inginkan dari istri dan sebaliknya, atau apa apa saja yang istri inginkan setelah menikah; taruhlah kata dia masih ingin bekerja atau masih ingin meneruskan S2, penting sekali untuk calon pasangan itu bikin PERJANJIAN PRA NIKAH. Isinya adalah poin poin kesepakatan antara pihak calon suami dan calon sitri biar nanti begitu menikah, mereka udah tau porsi masing masing dan keinginan masing masing. Nggak ada lagi tuh perbedaan prinsip yanng bisa jadi memicu pertengkaran. Dan suami istri masing masing masih bisa berkembang, walau sekarang status mereka sudah berbeda!
Dulu, pernikahan di mata gue adalah akhir dari hidup gue, akhir dari penjelajahn gue. Tapi, begitu gue lebih banyak baca buku dan lebih banyak tahu, gue sadar kalau menikah adalah tentang menyempurnakan separuh agama, menggenapkan setengah Dien dan itu yang akan membuat hidup kita jauuuuuh lebih menantang.
Makanya menikah itu susah dan berliku karena hadiahnya adalah penggenapan separuh agama. Kalau gampang, hadiahnya mah palingan bed cover.
Dan dari situ gue rasa gue harus berilmu. Gue juga baru tahu ada beberapa tips untuk bisa meraih keluarga penuh berkah tanpa banyak masalah. Nantinya, katanya, banyak sekali faktor yang bisa berpotensi mengguncang biduk rumah tangga. Salah satunya adalah faktor ekonomi. Dari beberapa buku yang gue baca pun punya anggapan yang sama. Dan, untuk bisa mengatasi hambatan ekonomi itu keluarga kita harus :
1. JAUH DARI RIBA
Riba berarti menetapkan bunga/melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok, yang dibebankan kepada peminjam.
Masih menurut Kang Abay, jauhi segala sesuatu yang menyangkut riba. Dalam Islam sendiri riba itu hukumnya haram, gaes... Untuk bisa mengalirkan rejeki yang halal dan penuh berkah, jadi nggak boleh terbelit riba.
2. BIASAKAN DIRI MEMBELI SESUATU DENGAN CASH
Nah, jadi kita harus biasakan beli sesuatu dengan cara cash. Entah beli sepeda motor, mobil, bahkan rumah.
"Kalau kita belum mampu membelinya dengan cash, itu berarti kita memang belum pantas mendapatkannya. Jadi, kita harus lebih giat bekerja lagi."
Gue yang cuman butiran debu cuman angguk angguk tanda mengerti. Well, it makes sense. Orang yang punya hutang tidurnya nggak akan tenang. Bisa bisa suasana rumah jadi tegang karena suami istri harus bayar ini dan itu, padahal kadang buat kehidupan sehari hari saja pas pasan. Dan itu bisa jadi sumber pertengkaran. Berbeda cerita kalau kita nggak punya utang. Makan kenyang, tidur nyenyak dan buang BAB lancar.
3. BIASAKAN HIDUP SEDERHANA.
Yang gue bisa liat di era social media ini orang berbondong bondong beli ini dan itu, ke sini dan ke situ semata mata demi dipamerkan di dunia maya itu nanti dianggap ada. Semacam haus pengakuan/eksistensi diri Lalu, dari sebuah foto akan memancing orang untuk membelinya juga.
"Dia aja bisa beli ini, gue juga harus bisa dong."
Temannya punya ini, kita juga harus punya. Temannya ke sini, kita harus bisa piknik jauhan, ke luar negeri kalau bisa. Tapi sebenernya, kualitas hidup kita nggak bisa diliat dari seberapa mahal barang yang bisa kita beli. Orang dengan pemikiran macam itu nggak akan puas, gaes. Dan hidup terasa begitu banyak beban karena sebenarnya lebih besar pasak daripada tiang. Demi gaya hidup.
Kang Abay bilang, belilah apa yang kalian butuhkan, bukan apa yang kalian inginkan. Set up the priority and save up money.
Di titik ini gue merasa setuju banget. Kebahagiaan di dunia ini tidak ditentukan oleh kekayaan duniawi semata, tapi lebih kepada kekayaan hati. Kenapa gue mendadak jadi dewasa begini? WOW WOW WOW!
4. ALOKASIKAN WAKTU UNTUK ORTU, KELUARGA, DAN YANG MEMBUTUHKAN DALAM BENTUK ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH.
Yang gue tangkap dari penjelasan Kang Abay adalah, memberikan sebagian harta/penghasilan kita adalah kunci keberkahan rejeki. Dan, mengalokasikan itu beda dengan menyisakan. Mengalokasikan itu dari awal gajian kita udah misah misahin nih mana yang buat makan sehari hari, buat tabung dan buat ortu. Tapi kalau menyisakan itu kita ngasih kalau sisa uangnya. Kalau enggak, yo wes bulan depan coba lagi.
Seminar PRA NIKAH kali ini banyak banget ngasih ilmu ke butiran upil macam gue ini, gaes. Semakin gue cari tahu soal menikah, semakin gue tahu kalau gue nggak banyak tahu. Gue adalah orang yang sangat percaya bahwa segala sesuatu itu pasti ada ilmunya, pasti didasari oleh ilmu. Dan untuk bisa melakukan sesuatu dengan lebih baik, kita harus berilmu.
Menulis ini, gue sebenarnya sedang melakukan uji coba/life research terhadap hidup gue sendiri.
Apakah nantinya gue bisa mempraktekan sedemikian rupa?
Apakah nantinya keluarga yang akan gue bangun bisa meraup sakinnah, mawaddah, warrahmah?
Apakah nantinya gue bisa menerima kelebihan dan kekurangan yang ada di pasangan gue dan juga sebaliknya?
Apakah nantinya gue bisa merasakan nikmat pernikahan bersama orang yang gue yakini?
Ah, gue jadi ingat soal YAKIN dan CINTA. Oki Setiana Dewi mengatakan bahwa sesungguhnya yakin itu ada di atas cinta. Di Taaruf, jelas kita belum cinta dengan calon pasangan. Tapi, dengan diperkenalkan dan melihat CVnya, dengan obrolan tentang visi misi ke depan, dengan banyak rakaat yang dilalui, kita bisa membangun keyakinan. Dari keyakinan itu, kita bisa membangun cinta. Bidih, dibayangin sih kayak indah dan gampang ya gaes, prakteknya itu....
"Gue bisa nih hidup sama orang ini."
"Selaras nih visi misi gue dengan orang ini."
"Toh, cinta itu nggak cukup bikin pacarmu itu yakin nikahin kamu. Banyak juga yang udah pacaran sampai 8 tahun, 9 tahun tapi akhirnya putus dan kembali menjadi orang asing."
Gue langsung tertohok. Itu kan nyesek maksimal. Gue aja dulu yang pacaran 5 tahun terus putus aja butuh waktu bertahun tahun buat move on, pake acara nangis nangis macam kalau nggak ada dia hidup gue nggak ada warnanya pisan.
"Cinta sejati itu hanya ada setelah pernikahan."
Itu adalah kata kata Oki Setiana Dewi yang paling gue ingat dan gue yakini. Walo gue cinta banget sama pacar gue dulu, dibandingkan dengan cinta yang gue rasakan nanti setelah menikah, it's surely nothing.
"Now, I'm really grateful with what I aim, with what I'm gonna have in my life. I know it would be hard. But I really really really look forward for it. I wanna do something right. I wanna be the best version of me to love someone that I really really really want to live with. I wanna have a bright bright future together with someone I put my hope in.
So, I really pray that what we plan in the future can really work well. There will be obstacles, but it will make us a lot stronger as a spouse, partner."
Kali ini gue lagi nulis di lab bahasa, sore sore, sambil minum kopi, dan dengerin lagunya Endah N Rhesa yang judulnya "Wish You Were Here". Sumpah syahdu banget gaes, sampai gue bisa nulis sepanjang ini tentang sesuatu yang dulu anti banget gue bahas. Kayak dulu gue mikir,
"Lo itu bahas kayak begituan, ngarepin sesuatu kayak di Drama Korea, udah ditulis sedemikian rupa tapi ternyata yang terjadi itu sebaliknya. Apa nggak nyesek disaksikan banyak orang yang baca?"
"Lo tuh jangan baca ngarepin hal yang melibatkan orang lain. Udah yang penting nikah aja punya anak kayak orang lain. That's how others live their life. You just try to live the same way."
Tapi, sekarang gue sadar kalau gue nggak bisa beranggapan begitu. Gue harus menatap masa depan dengan penuh keyakinan, gaes. Gila banget nggak pembahasan gue kali ini. Namanya juga manusia boleh berusaha dan berdoa, Tuhan yang menentukan.
Kalo lo, udah siap menikah belum, gaes?
Alhamdulillah sy laki usia 24 sudah nikah kok mbak, alhamdulillah msh tetep touring (istilah jalan2 jg kali yaa hehe)
BalasHapuswoww amazing!
HapusTadi habis baca yana surat cinta simalakama, terus baca ini, kok jadi kesannya kebanting gitu, Kak Mey. Hahaha. Akhirnya ada postingan 'menjurus' di blog ini, lama-lama ada postingan parenting, lama-lama... emang ya hidup berproses Kak Mey!
BalasHapusHm, kontemplasi setelah 'siap nikah ngga, ya' itu mungkin, 'aku udah jadi ibu yang baik belum ya buat anak-anakku'. Mikirin hal2 begini ngga boleh nanti2 emang, harus dipersiapkan sejauh mungkin biar semakin matang dan siap.
Asyik.
iya, lama lama udah punya anak aja nanti ya jangan jangan hehehehe
Hapusiya, kamu benar! Semoga kita bisa menjadi orang yang berilmu ya Ma, aamiin :)
Setuju!
BalasHapusAku maunya pacaran setelah menikah aja :)
aamiin
HapusMantap ini tentang menikah, eh tapi belum umurnya aku nikah :(
BalasHapusBicara tentang pernikahan, pasti ada kisah perjalanan mencari jodoh. Ada yang asem, ada yg manis. Tapi aku setujuh bahwa menikah itu menyempurnakan ibadah.
BalasHapusKeren kak postnya. Alhamdulillah aky belum berpacaran sebelum menikah