I ni adalah karya gue 2 tahun yang lalu. Saat itu, gue lagi ngumpulin materi buat bikin buku solo bergenre Komedi. Dua tahun berselang, dan si buku tak terlahirkan. Now, daripada mengendap di folder, I'll share all the stories I've made for you!! Happy reading!!
Baca juga Ini Soal Nama Episode 1
Baca juga Ini Soal Nama Episode 2
Tapi ini gue serius banget. Gue nggak pernah bercanda. Nama gue memberikan kesulitan tersendiri. Pernah waktu itu gue magang jadi guru SD selama dua bulan di SD dekat rumah. Saat gue perkenalan, gue memasang muka unyu biar mereka ngira gue seumuran sama mereka. Nanti kita bisa main petak umpet bareng. Gue kebetulan ngajar anak SD kelas satu dan dua.
“Halloooo selamat pagiii semuanyaaaaaaaa....nama Ibu adalah Ibu Me-ik-ke...Mulai hari ini Ibu Me-ik-ke akan mengajar bahasa Inggris di kelas kalian yaaa...”
Nah, sejak saat itu gue mulai mengajari kalau buku adalah book dan pensil tidak lain tidak bukan adalah pencil kepada anak anak unyu itu. Namun, ada satu hal yang bikin gue geli cenderung nyeri setiap kali mereka manggil gue.
“Bu Mekel, ini huruf apa??” Ucap salah satu murid bernama Ardan sambil menjinjit dan mencoba menyentuh huruf j yang setelah gue liat tampak kayak bentuk cacing kepanasan.
“Ibu Me-ik-ke, Ardan... Itu huruf J, sayang...” Karena gue lelah, gue jelasin huruf J sambil moonwalk dan pakai topi bundar item, jas hitam, skinny pants sama shining shoes. Gue rencananya mau mancungin dikit hidung gue.
“Yihiii!!!” Gue menghentakkan badan gue, mencoba mengambil posisi.
“Ibu Mekel nggak papa??” Ucap yang lainnya.
“Iya, Ibu Mekel Jeksyen nggak papa...” Gue akhirnya ikhlas dan semua murid memanggil gue dengan sebutan ‘Ibu Guru Mekel’
Lain hari gue ngajar di salah satu les bahasa Inggris. Gue punya murid namanya Bintang, umur 4 tahun. Entah dia ketemu berapa perkara sampai dia manggil gue kayak gini.
“Bintang, what is this? A lion or a cat?”
“Bu Mega ngomong apa sih?” Bintang berceletuk. Rasanya gue jadi pingin ganti baju merah sambil berorasi.
“Indonesia MERDEKA!! Saudara saudara, inilah saatnya kita bangun negara kita. Kita ciptakan Indonesia yang adil, makmur, sejahtera dan damai. Nasib Indonesia ada di tangan kita!! Jadi, pilih nomor ini!!” Apaan apaan ini. Tapi, karena gue adalah guru yang baik hati, tidak sombong, suka menolong dan rajin menabung setiap pagi karena serangan fajar, gue hanya tersenyum simpul sambil mengusap dada sebanyak 33 kali.
Tidak berhenti disitu, nama gue juga sering memicu isu gender. Sumpah, ini sedih banget. Jadi waktu itu gue mau beli kartu perdana buat modem gue lewat salah satu website online yang kadang pengiklannya suka muncul dari balik lemari, kulkas, atau jamban WC. Lalu, saat si empu rumah melongo, dia dengan muka nggak bersalah bilang.
“Anda punya barang yang nggak kepakai dan bisa dijual di XXL?”
“Nggak tuh..” Si empunya rumah menjawab dengan masih mempertahankan posisi melongo.
“Yakin? Coba liat di gudang.” Lalu, dia cari cari barang di gudang. Ternyata dia benar! Ada ember bekas, gitar bekas, mesin jahit bekas dan juga bekas pacar.
“Anda punya bekas pacar tak terpakai? Jual aja di XXL. Cara tepat jual cepat!”
Nah, setelah gue mencari cari di XXL.com yang dulu adalah tokoganteng.com, gue akhirnya menemukan penjual kartu perdana online yang gue cari berikut nomor yang bisa dihubungi.
“Halo Mas, aku Meykke. Mau beli kartu perdana four dua biji gimana ya?”
Dua menit kemudian Whatsapp gue dijawab.
“Owh, bisa banget Mas. Tinggal transfer aja 100 ribu di blahblahblah..”
Sekonyong konyongnya gue ganti DP Whatsapp dari yang tadinya gambar sunset di pantai Senggigi menjadi foto selfie ter-alay gue lengkap dengan ekor eye liner yang nyambung ke lubang telinga saking panjangnya. Bibir gue merah merekah, tak kalah dengan dua bilah pipi gue yang juga gue warnai oranye biar cantik. Mana bulu mata abis gue jepit pake tank biar lentiknya bisa sampe tujuh turunan. Jari gue letakkan tepat di moncong mulut dengan wajah gue bentuk sehina mungkin. Jelas dong gue nggak terima dipanggil Mas.
Setelahnya, gue kembali melakukan penelitian dengan mengambil 100 sample tentang apa yang ada di benak mereka saat mendengar nama “Meykke”. Dari situ terlihat hasilnya bahwa 79,5 persen menjawab ‘lelaki’, 10 persen menjawab perempuan, dan sisanya ragu ragu. Begitu gue mendapat hasilnya, gue jadi ikut ragu ragu. Hidup macam apa ini?
Namun, dari situ gue belajar untuk menerima kenyataan. Hal ini masih terus berulang sampai sekarang. Terakhir saat gue mau ganti blog gue menjadi .com, gue memesan domain di salah satu website terpercaya. Begitu mereka tahu nama gue, mereka pasti akan langsung menyapa,
“Ada yang bisa saya bantu, Pak?”
Lain waktu saat gue kesulitan untuk memasang kode di blog gue, mereka merespon dengan versi gender mereka sendiri.
“Kesulitan apa yang dihadapi, Pak?”
“Oke, sebentar Pak. Saya akan membantu”
Setelah berhasil mengubah website gue menjadi www.meykkesantoso.com, gue kemudian mengucapkan terimakasih dan juga mengatakan yang sebenarnya.
“Terimakasih Pak telah membantu. Tetapi, My name is Meykke and I am not a terrorist man.”
Pernah gue tanya ke Ayah gue perihal ini, lagi, beberapa hari sebelum gue nulis ini.
“Yah, kok nama ku nggak Meike aja gitu, harus pake huruf y mana huruf k nya ada dua. Ini aja kemarin aku dibuatin kartu BPJS sama Bos, eh dari sana nama di kartunya salah. Huruf k nya hilang satu, Yah..”
Ayah gue hening sebentar. Mungkin beliau sedang berpikir keras.
“Biar keren, Ke. Biar namamu cuman ada satu.”
Andaikata Ayah gue bisa bahasa Inggris, dia pasti bilang,
“Because you are the only one, you are so special...”
Di point ini gue merasa keren. Setelah mendapati jawaban langsung dari Ayah gue. Saat gue ketik di Google nama Meykke pun yang keluar blog gue, twitter gue, facebook gue dan akun akun media social milik gue.
Setidaknya gue mengalami itu. Nama gue yang unik ini menghasilkan pribadi yang unik juga. Sampai uniknya gue sampai sering makan soto pake sumpit juga tidur sambil berdiri di sela sela seat bis. Kurang unik gimana lagi coba?
Di titik ini gue jadi yakin sepenuhnya kalau pelajaran hidup nomor 11 tentang “Nama adalah Do’a” bukanlah sebuah isapan jempol semata.
Setidaknya gue mengalami itu. Nama gue yang unik ini menghasilkan pribadi yang unik juga. Sampai uniknya gue sampai sering makan soto pake sumpit juga tidur sambil berdiri di sela sela seat bis. Kurang unik gimana lagi coba?
Andai sekarang ada orang yang nanya, “Jadi nyesel nggak nama lu Meykke?”
“Kagak.” Gue jawab dengan penuh keyakinan yang tersirat jelas dari seri manik mata gue. Keren nggak diksi gue. Walau orang orang punya versi penulisan nama gue sendiri, walau gue dipanggil dari Mike, Mieke, Mekel, Nikel pun gue ikhlas.
Terakhir saat gue nyuci baju di Laundry gue ditanya perihal nama. Sudah gue tebak, setelah gue dikasih bukti pembayaran gue melihat nama “Meukeu” yang tertera di ujung atas kertas warna pink. Ini nama udah kayak kementerian aja mentang mentang CPNS lagi ngehits. Bahkan walau orang orang salah sangka terhadap kebenaran jenis kelamin gue pun gue terima dengan lapang dada. Karena kata Ayah gue, nama gue keren dan unik. Saking gue bersyukurnya gue punya nama Meykke, gue tambahin tu nama pake nama belakang Ayah gue. Meykke Santoso.
Terakhir saat gue nyuci baju di Laundry gue ditanya perihal nama. Sudah gue tebak, setelah gue dikasih bukti pembayaran gue melihat nama “Meukeu” yang tertera di ujung atas kertas warna pink. Ini nama udah kayak kementerian aja mentang mentang CPNS lagi ngehits. Bahkan walau orang orang salah sangka terhadap kebenaran jenis kelamin gue pun gue terima dengan lapang dada. Karena kata Ayah gue, nama gue keren dan unik. Saking gue bersyukurnya gue punya nama Meykke, gue tambahin tu nama pake nama belakang Ayah gue. Meykke Santoso.
Dari sini gue mengubah sisi pandang gue akan nama gue yang semula menjadi beban tersendiri. Semula, gue pikir nama gue ini cuman bikin hidup gue makin susah aja, karena gue harus jelasin bagaimana menulis nama gue yang baik dan benar. Tetapi, sekarang gue begitu bangga akan nama yang disematkan Ayah buat gue. Gue bangga karena nama gue nggak ada duanya. Nama gue special, kayak orangnya. Cihuyyyy!!!
Dua tahun berselang, dan si buku tak terlahirkan. <-- mbaak Meykke -_-" Saya pun ngga kunjung ngelahirin satu buku walo udah bertahun-tahun. Kenapa mesti diingatkan ... hiks T_T
BalasHapusKarena mbak bilang ini harusnya jadi isi buku saya kira isinya fiksi pure, dikirain tadi yang nulisnya malah cowo. Cara berceritanya mirip cowo *kemudian digeplak mbak Meykke*
Mbak, seimut apapun kita di depan murid bakal dipanggil ibuk juga. Dan ga bakal dianggap seumuran. Ya kan? *nasib bu guru muda* Apalagi diajak main petak umpet. Xixixixi.
Btw mbak ini isinya based on pengalaman jugakah? Waktu saya denger nama Meykke saya ngerasa namanya feminin kok mbak, itu anak murid aja yang ngebuat macho jadi Mekel. Hahahah. XD
Tapi enak juga ya mbak namanya unik, jadi satu-satunya di google. Asekk.
hahahaa gak kerasa ngebacanya eh udah diakhir aja :D
BalasHapusasik baca ceritanya mbak mekel :D hahahaha ( udah ikhlaskan disebut mekel :v )
eh kalo aku gak ngira nama meykke itu cowo loh, aku berpikirr dari awal emang cewek... tapi nama itu biasanya dipake oleh orang yang berada ditengah tengah :v menurutku kalo meike itu cewe meyke pertengahan mike baru maike baru cowo :v ( ampun jagan ditabok akunya :D )
eh tapi yang parah yang mega itu, jauh amat berubahnya :V
nama adalah doa, nama yg baik akan menjadi gelar yang baik juga ^_^
BalasHapusmekke santoso?....heeemmmmm mirip nama laki. tapi saat aku coba ngekepoin kamu di laman "penulis" ternyata nama aslimu Meykke Alvia Yuntiawati
menurutku kamu sangat menarik, izin follow blognya......hehe
Wkwkwkwk lucu mas, eh mbk, eh bu deng. Kan udah jadi bu guru.
BalasHapusYa memang orang tua kasih kita nama itu gak sembarangan lho, pasti ada makna yg ingin disampaikan kepada anaknya.
Ya meskipun namamu susah, tapi km harus bersyukur mbk. Coba bayangkan jika namamu seperti laki-laki asal Afrika, si Osas kamu tau gak nama panjang dia itu susah banget. Panjaaaang dan susah dieja.
Ingat, nama adalah doa, dan nama belakang kita sama. :D
Iya mbak, nama mbak emang unik banget. Apalagi aku tipe orang yang baca sekilas. Sering banget salah. Hahaha.
BalasHapusDengan nama mbak yang seidkit aneh dengan huruf y dan double k itu pasti nggak ada yang ngembarin kan? beda sama namaku, tetapi ketika kuketik dua suku kata namaku muncul semua akun media sosialku. Nama itu beneran branding diri sendiri.
Masih bersyukur kamu punya nama mbk, lha tetanggaku namanya Wage, kliwon, setu. Gitu doang mbk coba kamu pikir gimana perasaan mereka? Mereka tetep enjoy aja kok.
BalasHapusSo bersyukurlah masih punya wajah cantik, eh nama cantik deng.
Wadaw, parah jga tuh salah nama gitu. Bdw, ceritanya seru. Narasinya asik.
BalasHapusnama lo itu sbenernya siapa sih mey? aslinya apa pakek santoso beneran atau bukan?
BalasHapustapi nama lo ini bagus mey, double Syllable.. punya energi gede banget..
gue baca dari numerologi mey nama lu,..
dan hasilnya adalah...
11..
6..
5.
lo cocok banget jadi guru karena lo orngnya nurturing, loving. hasrat lo ini pengennya jalan-jalan mulu kek traveler..dan lo juga punya special number 11 dari keseluruhan nama lo dimana itu berarti lo ini temen yang baik dan punya selera humor yang bagus. dan unutk urusan asmara lo ini orangnya sensitif.. hahaha sgitu dulu lah biar gak dikatain sotoy gue
Menurut saya memiliki nama yang langka itu seperti mbak meykke ternyata terdapat banyak cerita yang unik ya mbak. Dan bener banget setiap nama itu adalah doa. Syukurin saja atas semuanya mbak. Dan kisahnya lucu juga ya mbak :D hehehe
BalasHapusHaha udah masuk episode ketiga aja nih. Jadiin film pendek berepisode aja, kali aja booming dan menggelegar serta cetar yang berakibat bergetar. #eaaa
BalasHapusSyukuri aja mbak, pasti ada hikmahnya. Walaupun terkadang menjengkelkan hehehe