Penerbit Harfeey, Februari 2014 (Indie) - Cerpen
Genre : Horror
Meykke Santoso
“Ken, Nicken! Bukain, Kenn!!!”, ucap Sekar
setengah menjerit.
“Kenapa?”, ucapku seketika saat menangkap nada
suaranya yang tak biasa.
“Udah, bukain!!”
Cepat cepat ku berbenah, ku pungut rok Pramuka dan
langsung aku pakai saja. Baru saja aku membersihkan badan di ambang maghrib
itu. Seusai kegiatan sore, aku bersama teman teman yang lain langsung menyerbu
jejeran kamar mandi di ujung tanah perkemahan yang dibangun persis di pinggir
jurang menganga. Begitu sampai, aku langsung memilih kamar mandi di tengah
jejeran, lampu yang redup membuat tembok kamar mandi menjadi putih kekuning
kuningan dengan beberapa cat yang sudah mengelupas di sana sini.
Dan belum sampai berbenah, tiba tiba Sekar
menggedor gedor pintu kamar mandi dan mendesak untuk masuk.
“Kenapa?”, ucapku begitu membukakan pintu. Tanpa
babibu, dia merangsek masuk dengan nafas tersengal sengal dan wajah pucat di
level pasi.
“Ken. Ken.”, ucapnya tergagap gagap.
Kala itu aku sudah berseragam sempurna dengan rok
pramuka beserta kemeja berkancing dengan warna senada.
“Ih, kena”
Baru saja aku mengulangi pertanyaanku, tiba tiba
mataku menangkap ujung lembaran kain putih kusam dengan bercak tanah dimana
mana, menempel erat di atap, tepat di atas kepalaku. Nafasku seketika terhenti.
Dan seketika aku mendongak ke atas.
Rambut panjang nan gimbal, berbalut jubah putih
nan dekil dan kumal. Dan antara sadar dan tidak sadar aku melihatnya, tepat di
atasku! Dia menempel di tembok dengan rambut terurai dan kuku panjang penuh
tanah yang mencengkeram kuat di atap kamar mandi.
Detik detik pertama aku hanya bisa mematung
melihat pemandangan di atas kepalaku, nafasku tiba tiba tertahan dan dingin
seketika menyetrum tubuh dari kaki hingga kepala. Kerongkonganku seakan
tercekat dan bahkan aku lupa caranya berteriak.
Detik berikutnya, aku langsung berteriak sekencang
kencangnya sembari membuka pintu dengan langkah yang seribu kali terasa berat
sambil terhuyung huyung. Segala do’a langsung meluncur dari mulutku. Aku bahkan
masih tidak habis pikir tentang makhluk yang bisa menempel di atap dengan kain
putih kusam yang membalut badannya. Seharusnya aku lari saja tunggang langgang
menuju kemahku bersama teman teman. Hanya saja, jarak kamar mandi dan kemah
lumayan jauh dan rasa rasanya kalau aku ke sana sendirian aku hanya akan
menambah petaka. Terlebih lagi lampu yang redup seketika meredam nyaliku untuk
tunggang langgang. Akhirnya Sekar menyusul keluar dengan muka yang jauh lebih
pucat dari sebelumnya.
“Ken, ayo Ken!”, ucapnya dengan bibir membiru.
Saat itu juga teman teman keluar dari kamar mandi. Rasa rasanya kakiku sudah
lemas. Aku dan Sekar bahkan bergandengan erat sekali. Kita harus melewati sisa
jalan di antara deretan kamar mandi.
Dan lagi lagi mataku menangkap sosok yang sama,
jongkok di dalam kamar mandi dengan kaki tak menyentuh lantai. Sekilas ku lihat
matanya menyorot tajam ke arahku dengan rambut mobrak mabrik yang menutup
sebagian mukanya dengan kulit putih pucat dengan begitu banyak bercak tanah di
sekujurnya.
“Astaghfirulloh astaghfirulloh!!”
Seketika aku layangkan pandang ke arah lain, dan
betapa terkejutnya saat dia tiba tiba berdiri begitu dekat di samping Winda,
temanku dalam regu yang sama. Kali ini pandangannya mengarah ke Sekar, dengan
tatapan dingin di antara rambutnya yang berantakan.
“Ayo cepeett!!!”, ucapku dengan tangis yang sudah
meledak. Aku bersama teman teman pramukaku segera lari tunggang langgang dan
kembali ke perkemahan. Sampainya di kemah, lututku sangat lemas, dan keringat
sudah membanjiri sekujur tubuh. Badanku terasa begitu berat. Dan pelan tapi
pasti, semuanya gelap.
“Ken?? Niken??”, suara guruku membangunkanku.
Kepala masih terasa begitu berat dan beberapa detik aku membuka mata, semuanya
seakan berputar putar.
“Kamu lagi menstruasi ya?”, ucap seorang bapak yang
juga duduk di sampingku. Aku hanya bisa mematung tanpa mengucapkan sepatah kata
pun. Sosok itu masih lekat di pikiranku, baju kumalnya beserta kuku kuku nan
panjang dengan muka putih pasi dengan bercak tanah di sekujurnya lengkap dengan
tatapan matanya yang mengarah ke mataku. Bahkan aku masih bisa merasakan saat
mata kita beradu. Aku menangis sejadi jadinya.
“Tadi yang melihat setan gadis itu hanya adek
Nicken dan adek Sekar khan? Karena kalian yang membuang pembalut di jurang
tepat di pinggir kamar mandi. Ada satu makam di semak semak, di dasar jurang
itu...”, ucap bapak itu.
Dan seketika memori bergulung ke belakang, dari
awal aku berkemah di sini, aku sudah berkali kali membuang pembalut di jurang
itu. Dan kini, aku harus membayarnya.
Dan di pintu tenda aku masih bisa melihat
kelebatan jubah putih kusam dengan bercak tanah di sekujurnya.
(Seperti yang dikisahkan Nicken Santoso pada
penulis saat dia berkemah, kelas 2 SMP)
Ini salah satu part di buku itu yaa..?? dan based on true story..?? beneran serem... *untung bacanya masih sore dan ada banyak orang*
BalasHapustapi emang kalau lagi kemah gitu emang harus hati2 dan jangan sampe buang2 sesuatu secara sembarangan...
Kok yang menghantui bukan vampir gitu. Kan vampir sukanya darah apalagi pembalutnya kan bisa dijadiin teh celup oleh si vampir itu (?)
BalasHapusYa salah sih kan daerah gitu banyak hal ghaibnya jangankan buang pembalut sembarangan, buang sampah biasa sembarangan aja nggak boleh. Mungkin harus lebih hati-hati aja kalo mau buang sesuatu
Ini apa Mey, salah satu adegan di buku itu?? Apa cerita yg kamu bikin sendiri??
BalasHapusKalo ini cerita nyata, widih merinding! 😖
Waduh kok tumben-tumbennya mba bikin cerita horor gini,biasanya kan yang romantis. gue bacanya sempet agak merinding juga sih, apa lagi ini kejadiannya ketika camping, mengingat gue suka camping, jadi agak ngeri juga.
BalasHapusdari cerita ini ada pesan moralnya juga nih. emang bener sih etika kita saat berada di alam bebas,atau tempat lain. kita harus jaga sikap dan perilaku kita, dan usahakan jangan sampe buang sembrangan, apalagi kencing. agar penunggu atau makluk lain yang berada di situ gak merasa terganggu.
Huft... untung gue bacanya pas sore ngini, kagak malem-malem. Kalau kagak, kagak berani ke kamar mandi nih gue ._.
BalasHapusHm, ternyata based on true story ya, cerite temen ya, Mbak? Pesan moralnya kayaknya bener yang dibilang Fahmi, intinya jangan 'buang' sampah sembarangan :)
pertanyaan yang sama, ini bagian dari buku itu kak ceritanya?
BalasHapusdan masa ini true story? aku lak takut sendiri jadinya -_-
memang kalo mau berkemah harus hati - hati, ucapan aja juga harus dijaga :)
knock off designer handbags
BalasHapusrolex watches
jordan 6
omega watches
roshe run
roshe runs
salvatore ferragamo shoes
the north face outlet
north face jackets outlet
thomas sabo
tiffany jewelry
tiffany co
timberland boots
timberland outlet
tommy hilfiger polos
tommy hilfiger coupons
toms shoes
rolex watches
omega watches
p90x
giuseppe zanotti
mac cosmetics
instyler
mizuno running
handbags outlet
hilfiger outlet
ed hardy
levi's jeans
bcbg max azria
bebe outlet
harrods