Satu bahkan lebih,
Tak lagi kita beradu
mata, menatap dalam retinamu
Hingga tembus segala
lara, teduhkan segala luka
Hampir menginjak bilangan
dua,
Debaran kita tak lagi
berkecipak seirama,
Meninggalkan bulir bulir
yang terus berkubang dengan hati berlubang
Bahkan, kau tahu bukan?
Aku berlari menembus
pekatnya malam, teriknya siang
Demi sebuah goresan masa
yang sempurna pudar,
Demi sebuah angan tentang
sosokmu yang harus sudah hilang,
Tak peduli sejauh apa
langkah mengayuh,
Sosokmu terus berlabuh,
pedihku tak urung terus kambuh
Aku terus menemuimu di
ujung malam dan sibuk mengusirmu setelah sadar
Aku terus memutar kisah
kita tak peduli kata ‘kita’ tak lagi ada
Tak ubahnya sebuah paku
yang kuat menancap,
Bak sosokmu dalam bingkai
relungku.
Tak ubahnya sebuah aku
yang berteriak di dasar lautan,
Sampai tercekat dan mati
perlahan, suara ku tak kan keluar
Menggebu, berletupan.
Hanya saja, tak pernah terdengar
Karena letupan rindu
hanya tertambat di kalbu.
Bekasi, 26 Februari 2014.
(Ini adalah puisi fiksi yang ada di salah satu buku antologi saya dengan tema tertentu, terinspirasi dari cerita seorang teman.)
Cinta yang cuma disimpen dihati, ohhh
BalasHapus
BalasHapus(Ini adalah puisi fiksi yang ada di salah satu buku antologi saya dengan tema tertentu, terinspirasi dari cerita seorang teman.)
Semoga temenmu cepet move on, bertemu paijo atau darminto yg tepat, menikah, punya anak lucu2.... ini temenmu yg surti yg katanya udah move on tp sering galau itu kan?
iya, aamiin nanti aku sampein ke temenku ya..tapi kak Dany ini omongannya udah sampai anak anak yang lucu...iya, ini temenku yang pernah aku ceritain itu..
Hapusini inspirasi temen apa pribadi meyke.. :P
BalasHapusdiksinya keren banget, kerasa banget kalo si dia susah payah menepis masa lalu..
semoga dia menemukan sosok untuk dijadikan "kita"-nya dikemudian hari, dan memudarkan letupan rindunya. asoyy :) :D
temen pribadi, Melky @.@
Hapuswah, makasih ya..itu bikinnya kayak di tengah malam abis jaga lilin..aamiiin dah
puisinya bagus ka :D (y)
BalasHapus