Ini adalah naskah yang pernah gue ikutkan dalam event menulis bertema Public Transportation belum lama ini. Sayang, tulisan gue kalah bersaing dengan penulis asoyyy lainnya. Nah, silahkan yang mau baca gratis monggo yaaaa....
Meykke Santoso
Bila berbicara tentang alat transportasi umum atau bahasa
gaulnya public transportation, barang pertama yang langsung meloncat di pikiran
gue adalah BIS. Bis ini bukan sembarang bis. Sejarah mencatat kalau bis ini
sudah eksis jauh sebelum gue eksis di dunia ini, bahkan jauh sebelum Ayah dan
Ibu gue mengusahakannya. Bis ini sudah ada sejak jaman penjajahan. Namanya
adalah bis ESTO. Bis ini bertugas untuk mengantarkan para umat manusia dari
sebuah kota kecil bernama Ambarawa yang terletak di Kabupaten Semarang menuju
ke Salatiga.
Bagaimana bisa bis ini begitu akrab dengan kehidupan
gue?? Dulu, saat gue masih menimba ilmu sebelum akhirnya mampu menimba rejeki
gue harus mengayuhkan kaki gue menapaki jalan berliku bersama si bis. Tidak
tanggung tanggung, gue harus meniti jejalanan sepanjang 25 kilometer sebanyak
dua kali pulang dan pergi. Tidak tanggung tanggung episode kedua, gue melakoni
perjalanan itu selama tujuh tahun semenjak gue diterima di salah satu SMA
dambaan di kota itu yang kemudian disusul dengan kenyataan bahwa gue juga
kuliah di kota kecil nan sejuk itu.
Jelas saja di tujuh tahun usia kebersamaan kami banyak
sekali cerita yang tersimpan. Di antara gue dan bis maksut gue. Pertama kali
gue naik bis jenis ini dengan berbalut seragam putih abu abu lengkap dengan tas
dan sepatu gue berangkat dari rumah jam 5.15 WIB. Iya, kalian nggak salah baca.
Gue berangkat dari rumah sepagi itu mengingat gue harus mengayuhkan kaki
bersama bis SARI sejauh 25 km. Si bis akan mulai jalan di jam yang sama setiap
harinya, maka gue selalu menargetkan untuk naik bis yang jalan pada pukul 5.45
dari Ambarawa. Oh ya, sebelumnya gue harus naik angkot satu kali dari rumah
menuju Ambarawa untuk bertemu dengannya. Bulan merangkak dan tahun berganti.
Gue mulai berubah. Gue mulai berangkat jam 06.00. Itu pun dari rumah. Jelas
saja gue selalu gundah gulana tiap kali nunggu bis. Dan begitu sadar gue
ketinggalan bis, tiap itu pula gue glesotan sambil mimisan. Pak Satpam dengan kumis
panjang melingkar bermain di angan angan. Kalau sudah begini, gue akan naik bis
selanjutnya dan akan terus menggerakkan pantat di sepanjang perjalanan.
Biasanya gue akan celingukan mencari orang dengan gambar gajah di lengan
sebelah kanan, mencari teman senasib sepenanggungan. Begitu menginjakkan tanah
Salatiga, gue akan berlari tunggang langgang. Akhirnya, tak terselamatkan.
Satpam dengan kumis tebal melingkar lingkar mondar mandir di hadapan dengan
ceramah yang berdurasi sekitar 15 menit.
“Kalian ini sekolah aja udah telaaaaaaaaaaaaaat, kalian
mau jadi apaaaaaaaa????”
“Oke masuk aja telaaaat, kalian mau nikahnya
telaaaaaaaaattt??”
Tapi kali ini gue tidak akan berbicara panjang kali lebar
dibagi dua soal keterkaitan antara masuk sekolah telat dengan nikah telat.
Bukan. Kali ini gue akan berbicara mengenai bis pujaan hati gue sepanjang masa.
Sekali lagi gue menyebutkan bahwa dia bernama ESTO.
Banyak kali memori yang bertebaran tentangnya. Ada
kenangan yang pahit, ada pula kenangan yang manis. Rupa rupa.
Saat itu gue masih menjadi anak SMA kelas satu dengan rok
5 cm di bawah dengkul dan kemeja yang kedodoran karena berat badan yang enggan
naik. Lalu gue pulang sendirian siang itu. Gue memilih seat di nomor dua dari
belakang sebelah kanan yang sejajar dengan posisi sopir. Kala itu gue sedang
asyik menebar pandang ke deretan rumah penduduk di sela sela pepohonan berlatar
belakang pegunungan yang asri. Lalu, gue juga sedang menikmati berpetak petak
kebun kopi yang bunganya sedang menguncup dan menebarkan aroma segar. Namun,
kenikmatan gue ini terenggut sejak negara api menyerang. Bukan, sejak bau bau
yang dulunya gue nggak ngerti ini bau apa. Begitu sampai di terminal Bawen, ada
satu laki laki berusia sekitar 30an naik dan tanpa ba bi bu langsung menempel
di sebelah gue. Begitu dia mendaratkan pantatnya, aroma tak biasa langsung
menyeruak. Namun, gue yang masih polos tidak tahu apa apa tentang dunia fana
ini masih tenang duduk di seatnya.
“Dari sekolah?”
“Iya...” Sekali lagi gue masih duduk dengan tenang karena
tidak tahu apa yang terjadi dengan si bapak bapak.
“Kapan test?”
“Masih lama...”
“Bahasa Inggris ya?”
“Masih lama...”
“Iya, bahasa Inggris itu bagus emang, tapi testnya susah
ya....sekolah yaa...matematika..bahasa Inggris, pinter yaa...blahblahblah..”
Semakin lama, si bapak meracau dengan semakin tidak jelas
dengan kepala yang semakin dekat dengan kepala gue! Bayangkann! Gue yang masih
culun polos dipertemukan dengan bapak bapak yang berkelakar tak tentu arah, di
siang bolong, tepat di samping tubuh. Gue mulai melihat ada tanda tanda tidak
beres. Maka, gue sedang akan beringsut dari seat gue. Namun, posisi gue yang
terjepit jendela dan juga badan si bapak membuat gue kepayahan. Bahkan, kini si
bapak jelas jelas memblokade jalan gue! Gue dihimpitt!! Lama lama gue
gemetaran. Untungnya, si bapak kondektur bisa membaca keadaan dan kalian tahu
apa yang dia lakukan?? Dengan serta merta dia menarik tangan gue, lalu gue
dipaksa melewati bapak itu. Lalu, dengan penuh kasih sayang si bapak kondektur
masih memegang tangan gue sampai gue turun. Bahkan, saat akan berganti angkot
pun tubuh gue masih gemetaran. Siang itu gue apes maksimal karena
tenyata....gue sebelahan dengan orang mabok!!
Lain SMA lain pula kuliah. Saat kuliah dengan jadwal yang
tidak lagi teratur membuat hidup gue juga dilanda ketidakaturan. Dari makan
hingga tidur gue tidak lagi teratur. Dan semua itu berimbas dengan pemanfaatan
bis. Dari Ambarawa menuju ke Salatiga gue menghabiskan sedikitnya 45 menit.
Biasanya pagi pagi gue sudah siap sedia membawa satu buah ransel berisikan
segala macam piranti dari laptop sampai tempat makan. Kalau dipikir pikir gue
kadang suka susah membedakan mana yang pergi kuliah mana yang pergi dari rumah
alias minggat. Barang bawaan gue udah nggak santai banget bebannya, berbanding
lurus dengan beban hidup gue. Nah, begitu sampai di seat bis, yaitu di bangku
bis nomor dua dari belakang sebelah kanan tepat sejajar dengan posisi sopir gue
langsung menyelundupkan ujung kabel kedua belah telinga gue lalu menghubungkan
ujung lainnya ke HP gue. Dulu lagu favorit gue adalah kumpulan lagu milik
Justin Bieber. Dulu dia masih alim, sekarang dia sudah berubah. Semenit
kemudian saat bis akan beranjak pergi, kepala gue sudah terhuyung huyung
seirama dengan hentakan ban mobil yang memang sudah renta. Bahkan, dia tak
jarang ngambek di tengah jalan dan membuat hidup gue semakin dilanda kepanikan.
Tapi, kali ini si bis terlihat begitu riang gembira. Perjalanan tanpa hambatan
dan kepala gue bisa meliuk liuk dengan bebas. Kalau sudah begini, gue sudah
tidak peduli lagi orang akan berkata apa.
“Ih, tuh liat gadis tidur di bis kok sampai kayak
gitu...”
“Ihh, gitu amat kayak nggak pernah tidur.”
Tapi emang nyatanya gue nggak pernah tidur saat itu. Gue
berangkat pagi, lalu setelah itu gue bekerja dan di sore hari gue baru pulang.
Gue sering sampai rumah jam 10 dan dilanjutkan dengan menggarap skripsi yang
bikin otak rasanya mau butiran debu. Begitu mendaratkan pantat di bis, jelas
gue pikir ini adalah saat tersyahdu untuk tidur barang sebentar. Tapi masalahnya
adalah begitu gue tidur, gue susah bangunnya. Bahkan, udah beberapa kali
kejedot seat depannya pun gue masih bisa pulas. Entah saat itu gue mimpi sedang
wisuda atau bagaimana, saat gue membuka mata rasa rasanya ada yang janggal.
“Wah, gue dimana?”
“Kayaknya kalau kuliah gue nggak lewat sini deh...”
Detik berikutnya gue sadar.
“Gue kelewataaaaaaaaaaaaannn...aaaaaaaaaaaakkkkkkkkk...”
Tanpa babibu gue langsung berlari dengan nyawa yang belum
sepenuhnya terkumpul. Gue asal bilang kiri dan bis pun terhenti. Si bapak
kondektur yang memang sudah faham tentang keberadaan gue langsung berseloroh...
“Owh, kelewatan ya mbak...besok besok saya bangunin
mbak...”
“Terimakasih bapak...”
Akhirnya gue harus menyeberang lagi dan naik angkot untuk
kembali ke jalan yang benar. Hari itu, gue harus puas hanya dengan mendengarkan
penjelasan dosen di balik pintu. Nyali gue menciut saat gue mengetahui
kenyataan bahwa gue sudah telat 45 menit alias separo pelajaran.
Namun, sejak itu gue sering dibangunin oleh bapak bapak
kondektur bis. Oleh karena itu, di kesempatan ini gue ingin mengucapkan beribu
terimakasih kepada seluruh jajaran kondektur bis ESTO yang sudah bersedia
membangunkan gue saat gue didera kantuk yang membabi buta.
Dari pengalaman selama tujuh taun naik angkot dan bis,
gue sudah banyak makan pahit manis asin gurih kehidupan di dalam dunia
perbisan. Juga gue sudah punya beberapa tips untuk para beginner.
1. LIHATLAH SIAPA DI SAMPINGMU
Banyak kali kejahatan atau tindak asusila yang terjadi di
dalam angkotan umum. Nah, karena itu seyogyanya kita apalagi kaum perempuan
harus bisa membaca keadaan dengan akurat. Setiap kali akan duduk atau setiap
kali ada orang akan duduk di samping kita, lihatlah wajahnya. Misal di kasus
gue itu, seharusnya sejak si bapak pemabok mulai menyebarkan aroma busuk, gue
sudah berganti tempat!
2. KATAKAN TIDAK PADA PERMEN
Ini juga penting!! Banyak tindakan hipnotis dan
semacamnya beredar di bis. Tidak hanya pada korupsi ataupun pada selingkuh dan
mendua versi Afgan, kita juga harus bilang tidak pada permen atau makanan
apapun yang disodorkan oleh orang di samping kita. Ingat, mencegah lebih baik
daripada mengobati perih di hati karena abis dicopet.
3. BILA INGIN TIDUR, NYALAKAN ALARM.
Eitsss, bukan hanya saat akan tidur di rumah saja, kita
juga perlu nyalain alarm saat terkantuk kantuk di dalam bis. Ini meminimalisir
hal hal yang mungkin terjadi seperti kelewatan. Nggak asik banget kalau kita
tidur dan bangun bangun,
“Looh?? Perasaan tadi naik dari sini kok sekarang udah di
sini lagi?? Apa yang sebenarnya sedang terjadi ya Allooooooh??????????????????”
4. SEDIA OBAT SEBELUM MABOK
Bukan, mabok ini beda dengan maboknya si bapak yang tadi.
Sebagai manusia kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di perjalanan. Sekarang
sehat belum tentu lima menit berikutnya kita sehat, bukan?? Nah, makanya saat
akan naik angkotan umum atau bis, ada baiknya bila kita berbekal obat, minimal
freshcare. Apalagi saat naik angkot sendirian, nasib kita ada di genggaman
milik sendiri. Ingat itu!
5. BERDOA
Terakhir, jangan lupa berdoa. Ini juga untuk
meminimalisir hal hal yang tidak kita inginkan. Ahh, atau bisa jadi berdoa
dengan modus yang lain.
“Ya Alloh, selamatkanlah hamba di sepanjang perjalanan
dan bila Engkau menghendaki maka pertemukanlah hamba dengan tulang punggung di
tempat yang tidak terduga dengan tempo yang sesingkat singkatnya, hingga hamba
bisa menjadi tulang rusuknya, aamiiin....”
Yah, namanya juga usaha. Ahh, memang banyak sekali
kenangan dan pelajaran berharga yang bisa gue rengkuh dari sebuah perjalanan
dengan bis penuh kenanga, bis ESTO.
Whahahahah baru dengar nih yang namanya Penulis Asoy
BalasHapusHieheiehiheiheiheiheiee
ternyata meykke memiliki kisah yang waw bersama sebuah bis..
BalasHapusgw juga pernah mendapatkan ancama di bis .
emang bis menyimpan banyak om-om berotak mesum yah -_-
kelewatan tujuan? kayaknya gw juga pernah Mey, :D
faktornya sama KETIDURAN wehahaha
btw, tipsnya keren, smoga ga ada lagi generasi yang bakal diganggu bapak2 mabok di BIS ESTO. :)
Wahahaha...... hmm sekedar tips aja ya mending mbak meyke belajar Women self Defence mbak ya untuk jaga - jaga + melestarikan budaya bangsa sendiri. Jadi mungkin point nomer satu itu bisa di hadapin mbak!!!
BalasHapuskak meyke aku malah gak bisa tidur kalau di bis. karena ya itu tadi takut kelewatan. pernah tuh aku pergi mau ke jember niatnya mau turun di terminal A eh gegara ketiduran malah turun ke terminal yang lain. and at least, naik bis lagi ke terminal A -_-
BalasHapusPerjuangan lo berat tapi seru juga ya Mey, salut deh...lo adalah cewek tangguh :)
BalasHapusTapi, Bis itu emang udah ada sejak masa penjajahan? Kok masih keliatan bagus gitu?
Besok biar seru, lo nikah di dalam bis itu aja.. biar nanti pernikahan lo masuk On The Spot..Muehehehehe
wah... ngeri juga ya Meyk satu seat sama orang mabuk, duh aku bisa bayangin posisimu saat itu hahahaa
BalasHapustapi bener juga, gak hanya orang mabuk, kadang jg ada penumpang yg ngajak kita ngorol ngalor ngidul ga jelas gitu pffft
itu tipsnya bahus juga, selalu berdoa kemanapun kita pergi dan jangan sekali2 ketiduran terus kebablasan kayak km Meyk, berabe jadinya hahahhaa
esto bukannya yang buat mata ya ? obat mata :v
BalasHapusgile 7tahun perjuanganmu tak sia sia nak :v bergelut dengan asap kendaraan
itu tips yang paling atas beguna bgt , gue sebagai cowok juga gamau ada orang yang kena tindakan asusila
wow... tipsnya hebat banget kakak... katakan tidak kepada permen,,, haha.. *penolakan*
BalasHapusGak baikloh menolak pemberian orang ...
bus salatiga adalah bus kenangan yang membawaku ke sebuah daerah sejuk bernama kalibening, tingkir...
BalasHapusnggak tau namanya apa busnya,,lupa..pokoknya busnya ada wc nya....jurusan semarang-salatiga...
mungkin aja temanya bis esto..atau sepupu...atau jangan-jangan kekasihnya... -_-
ciee yang nggak menang lomba, hahaha sabar mbak, mungkin mba meyke nggak ada orang dalem tuh, makanya kalah :p
BalasHapuswoow, ternya bapak itu mabok ? lempar dari jendela mbak, wkwkw,
itu si kondektur nya juga modus, megang2 tangan segala -_-
Berdasarkan pengalaman tidur lo yang cenderung "MASYA ALLAH" banget itu, gue bisa menyimpulkan bagaimana ekspresi dan posisi lo tidur di bus, kak!
BalasHapusSampe segede ini, selama gue naik bus/angkot, gue nggak tau kenapa, apa ini karena perut gue yang selalu bermasalah tiap naik kendaraan begituan atau karena gue takut pening di kepala kalo gue pake tiduran. Gue juga nggak tau, sebab sampe sekarang itu masih horor dan mistis banget. Jadi gue nggak pernah ketiduran di kendaraan umum kecuali KAI.
Tapi meskipun gue nggak tidur, gue tetep pernah nyasar ke Purwodadi, kak! Iya, tak salah lagi, ini kisah nyata! Padahal arah perjalanan gue ke Cepu, berlawanan jauh banget dengan Purwodadi, Kalo nggak percaya, check ke gugel mep. :D
Thnx untuk semua tips lo ya kak!
Posting ini keren badaaaaiii!