Cerpen ini aku tulis di bulan Oktober tahun 2013. Cerpen ini adalah cerpen yang aku ikutkan lomba dan menuai hasil 'tidak lolos'. Setelah aku baca lagi, saat itu aku masih alay agaknya. Juga, ini adalah sebatas cerpen yang terlahir dari imajinasi semata. Selamat membaca dan minta komennya kakaaaakk :)
Meykke Santoso
“Andaikan ku
dapat...mengungkapkan..perasaanku, hingga membuat kau percaya... akan ku
berikan seutuhnya rasa cintaku, selamanya....selamanya...”
Alunan merdu D’Cinnamons lagi dan lagi dan lagi terus
memenuhi seantero ruangan. Ku lirik layar HP.
“03.00”
Ah, bahkan aku masih ingat dengan jelas warna baju yang
aku kenakan ke rumahnya, lalu saat aku hendak mengendap endap mencuri pandang,
dan entah bagaimana dia melongok di pintu.
“Keia!” Aku ingin lari, namun gagal. Kenyataannya ‘lari
darinya’ dalam bentuk apapun memang tidak pernah berhasil.
Dia mengajakku masuk dan seperti biasa kita bercakap
cakap. Ya, seperti biasa, seperti biasa yang kita lakukan setahun yang lalu
selama lima tahun ke belakang.
Bahkan aku ingat dengan jelas setiap detailnya, dia
bercelana pendek dengan atasan coklat, ada dua fotoku di Hpnya saat aku
mengobrak abrik isi Hpnya, lagi lagi seperti yang sering aku lakukan dulu,
selama 7 tahun dan berhenti di setahun yang lalu.
Gilanya lagi, warna helmnya pun aku sama sekali tidak
lupa. Dan dia mengantarku pulang.
Sayangnya, aku terjaga. Dan mimpi tak pernah sejelas ini.
Ya, untuk kesekian kalinya, aku bermimpi tentangnya. Kali ini kita tidak duduk
bersisian di tepian danau dan hanya diam membisu. Bukan juga bertemu dengannya
di bis dan kita duduk bersebelahan di sisa perjalanan ke rumah.
“Masih jam 3” Aku bergumam. Lagu “Selamanya Cinta” yang
dulu menjadi favorite kita terus mengudara berkali kali. Ingin tidur pun sudah
tak mungkin lagi. Setiap kali memimpikanmu dan terjaga, tidur lagi adalah
sesuatu yang mustahil. Rasanya aku ingin mengambil HP dan menekan sederetan
angka yang bahkan sudah di luar kepala.
“Halo?”
“Halo.. Ini Angga?”
“Iya Key...”
“Angga...” Ah, rasanya melakukan ini pun sia sia.
Percakapan ini seratus persen mustahil.
Aku hanya bisa menerawang dan berkhayal. Mimpi mimpi ini
melemparkanku tanpa ampun ke enam tahun yang lalu. Patahan patahan kenangan
terus memborbardirku.
Dengan celana
panjang abu abu dan kemeja putih dengan luaran jaket hitam pekat, dia
menungguku di luar kelas.
“Udah Key?”, ucapnya. Sedetik kemudian dia tersenyum.
“Udah nih, pelajarannya makin susah..”, laporku padanya.
“Ya udah yuk makan dulu...”
“Horeeeee.....”
Lalu tiba tiba dia hadir di depan rumah! Itu adalah ulang
tahunku yang ke 17 tahun. Meskipun tidak dirayakan, dia meniti 25 km untuk ke
rumahku dan membawakan sepasang boneka Mickey Mouse berwarna biru dan Minnie
Mouse berwarna pink.
Ingatanku terus menggali dan menggali.
Dia ada di depan rumahku lagi. Kali ini malam malam
,padahal tahu sendiri jarak rumahku dan rumahnya tidak kurang dari 25 km.
“Maaf Key...iya aku ngerti aku salah...makanya aku datang
ke sini buat minta maaf..tapi lain kali kalo marah, HP jangan dimatiin. Kalo
Hpnya dimatiin, caranya biar bisa tuntas masalahnya gimana?”, ucapnya kala itu.
“Kamu datang ke sini malam malam, nggak perlu ngomong apa
apa pun aku udah maafin kamu, maafin banget.”, batinku.
Setahun, dua tahun, tiga tahun..... Ada ratusan serpihan
waktu tentang kita yang terus mengendap di ingatanku, dan melompat lompat
seperti pop corn bergemeletuk di dalam panci. Dan sedikit pun tidak menguap.
Kalau begini aku harus sedih atau senang.
Dia mengantarku pulang dari kampus ke rumah di siang
hari. Di tengah perjalanan, tiba tiba hujan mengguyur tanpa ampun. Untungnya,
dia membawa jas hujan berekor dan langsung memakainya.
Dan selama tujuh tahun kita berusaha menyatukan hati, ini
adalah moment yang paling tidak terlupakan untukku. Meringkuk di balik
punggungmu dan berjarak 0 centimeter darinya.
“Yang, kalau ngantuk tidur aja, masih lama nih..”
Dan seketika aku merapatkan tubuhku ke punggungnya,
berpegangan padanya sangat kencang. Walau pun kedua kakiku basah kuyup terkena
hujan, bagiku itu tidak masalah. Toh sedingin apapun, hatiku hangat suam suam
kuku. Saat itu, aku ingin waktu berjalan begitu lambat dan jalan terus
memanjang.
Aku melirik jam lagi.
04.00
Aku terus merenung dan tak kuasa membendung guyuran
memori yang berjejalan memenuhi rongga ingatanku.
2 September yang lalu, sudah genap setahun aku dan dia
memutuskan untuk berjalan sendirian. Bahkan, di usiaku yang ke 22 tahun,
setelah lulus dari universitas itu, aku memutuskan untuk tinggal di jarak 551
km darinya.But, distance seems not work
out at all. Toh sejauh apapun aku lari, lari darinya tidak pernah berhasil.
Setiap hari dan setiap malam, kenangan kenangan terus
hinggap, mencengkeramku dengan begitu kuat, membuatku ingin kembali makan siang
bersamanya dengan seragam putih abu abu, meniti jalan 25 km di bawah guyuran
hujan lebat bersamanya, menghabiskan waktu bersamanya, beradu di game online
bersama setiap pulang sekolah, nonton di bioskop bersamanya. Dan aku sadar satu
hal. Aku ingin bersamanya. Menembus waktu dan kembali ke masa lalu.
Aku terus bergumul dengan rasa yang memuncah muncah di
dada. Aku sudah berusaha untuk sibuk sepanjang waktu, berteman dengan banyak
orang, hingga memutuskan untuk melangkah jauh darinya. Dan tak peduli seberapa
jauh aku berlari, yang ada dipikiranku hanya,
“Angga, kapan kita
bertemu lagi?”
alay? gak alay mey. malah hanyut aku bacanya. tujuh tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk menyatukan hati. namun ternyata tujuh tahun gak menjamin dua orang akan selalu berjalan beriringan ya mey. dan semakin lama sebuah hubungan terjalin, maka semakin banyak kenangan yang tercipta, dan akan semakin sulit pula untuk melupakannya. dan selalu akan ada rasa ingin masa-masa yang indah terulang lagi. tapi sayangnya, waktu tidak akan mungkin bisa berputar kembali. :)
BalasHapusiya, tpi ini cuman cerita cc, temen aku yang pacaran udah punya planning ma menikah cc..hihihi...
Hapusiya, kok jadi kamu yang galau cc Rita, sabar yaaaa... @.@
Gak alay ah, bahkan ini bibit2 buku antologi yang kau punya kak.. Haha.. :D
BalasHapusMalah cerpen ini kek nya kisah nyata, nama tokohnya sama, lulus dari universitas dan jauh dari kampung halaman juga sama.. :3 #eeaa
eiiitssss, mana nama aku?? itu Keia bangg, Keiaaa..hahahaha...
Hapusiya khan dapet inspirasi cuman it is just the story...hahaha
alay gimana, ceritanya hidup banget!! feel harapannya itu yang dapat. padahal keren kok
BalasHapusya telpon aja si angganya. siapa tau dia bisa bertemu lagi hahaha
ah, masaaaaaa??? hhahaha...angga siapaaa, ini cerita woyyy...wkwkwkw
HapusIni gak alay kok. Ceritanya bagus.
BalasHapusSemoga ketemu sama Angga ya, hehehe. (Padahal ini cerita fiksi)
ahaha, makasih Ham...
Hapusiya berarti ketemu di dunia fiksi yak :D
Iya, mungkin yang dimaksud alay ini energinya ya kali kak Meyk. Aku bacanya merasakan energi tulisan ini saat ditulis, kayak ada rasa yang menggebu-gebu gitu pengen keluar ke permukaan setelah lama terbelenggu.
BalasHapusBtw setelah juga lumayan sering main ke blog ini, aku jadi bisa mengkait-kaitkan antar cerita sehari-hari kak Meyk dan cerpen-cerpen yang kak Meyk buat. Ada keterkaitan gitu. Haha, yang ini kentara banget berangkat dari pengalaman pribadi ya:P ada merantaunya, ada yang hujan2nya, goncengan bareng, terus ada juga soal engga bisa tidur di rumah kosan.. itu kan yang mendalangi tips menangani home sick itu kan:P enggak salah lagi, aku emang keren.
asiiik banget paragraf pertamamu Huuud..hahaha...kayak ada sesuatu yang terpekik bertalu talu gitu yak?? haha
Hapusmasaaaaaa???? :p tapi nggak semua cerpen berangkat dari perkara nyata yang aku alamin, bisa jadi cerita temen aku ato cerita imajinasi ato...banyak perkara huuuud...makasih btw komennya panjang bener aku terharu...
ahahaha, so jadi intinya cerpen ini alayy?? @.@
BalasHapus