Setiap pagi, sesaat
setelah mengerjabkan mata dan mendapati jawaban atas pertanyaan,
“Aku dimana???”
“Owh iya, aku di kamar
kost, aku dalam rantauan..”
Aku mematikan alarm
dengan nuansa musik yang cenderung menidurkan daripada membangunkan. Pelan aku
merentangkan lengan, membuang jauh jauh lengan lengan ke udara, mencoba
menyusupkan udara di setiap jengkal tubuh dan melenturkan sendi yang sejenak
lelap.
Aku pandangi pantulan
sepasang mata yang masih terlihat sayu dengan sedikit gumpalan tepat di
atasnya, berikut hidung yang menganga ke bawah setelahnya dan sesungging senyum
yang melekat di bibir ala kadarnya.
Lalu, aku akan mendapati
pertanyaan terpantul bertubi tubi.
“Kenapa aku di sini, Ke??”
Aku pandang lekat lekat bangun oval berdaging yang kini sedikit menggumpal di
kedua sisinya.
Buseeettt!! Dia!! Iya,
dia menggerak gerakkan kepalanya, lalu sesaat kemudian bibirnya bergerak gerak
diikuti dengan dengungan bermakna, bernama kata kata.
“Karena kamu merantau,
Mey...” Ucapnya fasih. Matanya melihat ke dalam mataku lekat lekat, dan aku
memandangnya tanpa kerjab, seakan terhirup di kedua pupil bulatnya yang jernih
mengkilat.
“Kenapa aku merantau, Ke?”
“Karena kamu akan
meninggalkan lingkaran dengan kadar rasa nyaman meruah ruah dan melihat sisi
lain dunia fana. Kamu akan mendapati dirimu terbangun di kota asing,
terlingkupi oleh kumpulan daging bernyawa asing. Kamu akan linglung serupa
butiran debu di awalnya, dan mau tak mau kamu terus memeras otak dan keringat
untuk bisa berpadu padan"
“Lalu apa yang akan aku
dapatkan?” Pertanyaanku serupa menantang. Dia tersenyum simpul lalu menskak
mati tepat di retinaku.
“Kamu akan lebih kuat. Di
awal bahkan mataku pun terkuras bukan? Hati terasa nelangsa menghadapi
kenyataan bahwa tak ada lagi “Nduk, makan dulu...”, “Nduk, bangun udah pagi
nanti telat...”, “Nduk,mau makan sama apa?”, “Nduk, ini uang jajanmu..””
Aku terpekur. Setiap pagi
tidak ada lagi meja bertutup saji. Setiap pagi tidak ada lagi yang sesekali
mengetuk pintu kamar. Setiap pagi tak ada yang menanyai ingin makan apa atau
sekedar mengaduk segelas susu. Yang ada meja kecil dengan seperangkat teko
listrik dan magic com yang bila tidak diisi dengan tangan sendiri, selamanya
tidak akan mengepul. Yang ada hanya angan angan tentang makan beli dimana
dengan apa. Kembali aku membenamkan pandang ke matanya yang terlihat begitu
teduh di pantulan kaca.
“Merantau membuatmu
mandiri, yang bila dijelaskan tidak hanya sekedar mandi sendiri, Mey...
Merantau membuatmu lebih kuat menghadapai hari dari menyingsingnya fajar hingga
terbenamnya matahari di batas senja yang menggantung, seorang diri”
“Tapi, Ke..ada saat
saatnya ini benar benar melelahkan..” Aku mencari pembenaran untuk melemparkan
keluh penuh peluh, bercucuran menganak pinak.
“Iya, aku tahu. Ada saat
dimana kepalamu terasa begitu berat, lalu nafas tersengal sengal dengan
tenggorokan yang tercekat setiap saat. Ada saatnya dahimu mendidih dengan hawa
dingin yang membalut dari ujung rambut hingga kuku kaki. Dan saat kamu bangun
dengan badan mendidih di luar dan menggigil di dalam, yang kamu temui hanya
empat sisi tembok dengan seonggok HP. Ada saatnya kamu akan beranjak dengan badan terhuyung huyung
ke Indomaret sekedar membeli parasetamol berikut madu dan obat penahan angin
yang sedang akan masuk, sudah masuk sedikit.”
“Iya, Ke. Tahukah kamu
betapa menyiksanya saat itu?” Aku lalu dengan semangat menceritakan kepadanya.
Saat itu aku baru sebulan
menjejaki tanah rantauan, sendirian. Pulang kerja leherku terasa menyengat.
Lalu, pelan tapi pasti dia merambat ke dahi, tangan dan kaki. Aku demam.
Bahkan, bertahun tahun walau aku sering terserang angin yang masuk, aku tak
pernah demam. Lalu, saat itu demam merajai badan. Di dalam empat sisi tembok
aku tercenung dengan dahi mendidih dan kepala berdenyutan. Yang aku tahu,
“Tuhan tidak akan
mengubah nasib suatu kaum kecuali mereka mengubahnya sendiri.”
Pun Injil mengamini
dengan mengatakan,
“Tuhan hanya akan
menolong orang yang mau berusaha” (bila salah tolong dibenarkan)
Aku lalu berjalan
terhuyung huyung ke Indomaret.
“Mbak, ada obat penurun
demam?”
“Yang gimana mbak?”
“Yang bisa nurunin demam
mbak...”
“Iya tahu yang bagaimana
mbak?”
“Pokoknya bisa bikin orang
demam jadi nggak demam.”
“Untuk usia berapa mbak?”
“Udah gede mbak...”
“Ini ada mbak, untuk usia
11 tahun ya?”
“22 mbak....”
Seolah aku ingin
menghujani dengan kata,
“Mbaaaaaaaaaaaaaakkkkk,
aku dueeeemaaaaaammmm mbaaaaaaak!!! Aku cuman pingin beli pil, salonpas apapun
mbaaaaaaaaakkkkk....paringono suabaaaaaarrrr”
Untungnya, Indomart
selalu bertatap muka dengan Alfamart. Akhirnya ku temukan pil pil dengan
bungkusan berwarna biru.
Setelah beli makan, aku
menyuapi diri sendiri lalu menelan bulat bulat pil peredam demam. Aku tidur
sejenak, dan terbangun karena dahiku kembali mendidih. Kata bungkusnya, bisa
diminum kembali bila demam kembali menyerang. Lalu dengan disertai bismillah
aku meminum kembali dan kembali tertidur. Di kegelapan malam aku kembali
terbangun. Negara api menyerang, sekujur badan serasa terbakar. Aku terduduk
dan mencari jalan keluar. Aku bertapa barang lima menit. Aku segera menyambar HP dan menuju ke dunia maya,
hingga akhirnya aku minum air sebanyak banyaknya, lalu aku minum madu pula dan
juga tidak menyelimuti tubuhku yang menggigil terlalu hangat, nanti hawa
panasnya tidak bisa segera enyah. Semua telah tergores dengan cantik di Google.
Lalu, keesokan harinya
aku hanya menggelayut manja di kasur dengan alasan sakit. Setelah cuci muka,
aku melangkah pelan pelan mencari dokter di dunia antah berantah ini.
Aku menceritakannya
dengan meletup letup.
“Lalu, apa yang kamu
dapati setelahnya, Mey?” Dia memicingkan mata, mencoba mengorek pelajaran.
“Ternyata aku bisa juga,
Ke... Aku tak menyangka aku sekuat itu. Walau kadang di kala malam mataku meruah dengan kepala yang berat. Walau
terkadang aku membenamkan kepala dalam dalam ke bantal dengan hati penuh
gumpalan. Pada akhirnya, semua orang, termasuk aku bisa.”
“Bukankah batu kali
sekali pun bila dipoles bisa menjadi furniture megah berharga mewah?” Dia
tersenyum penuh arti.
“Tapi Ke....” Belum genap
kata kata aku lontarkan, dia sudah memenggal bulat bulat.
“Tapi terkadang kangen
menggelayut? Tapi terkadang rindu bertalu talu merasuki kalbu? Tapi terkadang
ingin mengkatamkan segala rasa dengan melangkah pulang dan terhalang kenyataan?”
Aku menatapnya penuh
takjub. Aku pikir dia ini cenayan. Lalu, dia kembali berkelakar.
“Tapi, bukankah dulu kamu
bilang bosen di rumah. Pingin berpetualang ke luar rumah?? Bukankah dulu kamu
seringkali berkelahi dengan adik adikmu, lalu membanting pintu berikut umpatan
umpatan?”
Kembali aku tercenung.
Perjumpaan yang sudah
lama aku rindukan membuat keluargaku, Ayahku yang sering beradu argumen setiap
malam, Ibuku yang melonterkan omelan karena tidurku menginjak subuh demi drama
Korea, lalu adik adikku yang seringkali membuat kamarku serupa kapal pecah
terasa berharga setengah mati. Merantau membuat kehadiran mereka begitu
mempesona. Lalu, aku sadar sesadar sadarnya arti dan harga sebuah keluarga.
Rindu membuat sosok mereka begitu mewah.
“Kini, jarak membuat mu
mengucap syukur bertalu talu. “Terimakasih atas keluarga yang begitu mempesona
kehadirannya”, begitu ucapmu, bukan?”
“Ke, aku juga memaknai
harga teman begitu mahal menawan...”
“Merantau membuka pintumu
lebar lebar akan ‘teman teman’ yang rupa rupa warnanya serupa balon. Hingga kamu
mengerti betapa berharganya teman temanmu yang selalu berteriak semangat di
daun telingamu, terserap hingga akar akar kalbumu dan terbenam di tiap tiap
sendi tubuhmu. Merantau membuatmu sujud berkubang syukur akan teman temanmu
yang mengulurkan tangan tanpa balutan pisau ataupun pistol. Merantau dan bertemu
‘teman teman’ banyak rupa membuatmu sadar bahwa kamu telah mempunyai sahabat
sahabat sejati tanpa belati.”
Aku menatapnya dengan
binaran melingkupi sekujur mata.
“Kamu benar, Ke...
Merantau telah memberiku banyak hal. Merantau telah menguatkan sendi sendi
tubuhku, dan urat urat hatiku. Merantau telah menambahkan kadar ketahanan di
dalam kalbuku. Merantau telah menguatkanku dari segala sisi.”
Maka,
Merantaulah selagi muda,
dan dengan bahu tegak mengarah pada plakat “Welcome to the jungle. Danger!”
Merantaulah selagi muda,
dan kau akan menyadari keluargamu begitu mempesona di pelupuk hati karena tak
bisa tergapai di pelupuk mata
Merantaulah selagi muda,
dan resapi hingga tetes terakhir segala sedu sedan hingga otot trisep bisepmu
terasa berkembang. Merantaulah dan jadilah sosok yang kuat.
Merantaulah selagi muda
dan temui rupa rupa manusia. Maka, kau akan sadar betapa sahabat sahabat yang
ditinggalkan begitu menyimpan jutaan harga. Dan betapa bersyukurnya memiliki
sahabat sahabat sejati tanpa belati.
Merantaulah dan menangislah.
Karena tangisan itu akan kembali menjadi senyuman kepuasan di ambang senja.
Merantaulah selagi muda
dan kecap kecup mesra pahit manis kehidupan, untuk bekal sampai di akhir jaman.
Merantaulah dan buka
lengan lebar lebar.
Merantaulah, anak muda!
Hidup yang sebenarnya ada di sini.
Merantaulah hingga cita
cita dan mimpi berubah posisi dari dipeluk Tuhan menjadi dipeluk tangan. Dari
angan, menjadi kenyataan.
Merantaulah hingga
temukan cinta untuk melabuhkan hati dan kaki.
“Ke, terimakasih untuk
sambutan di pagi cerah walau sedikit gerah..” Aku mengulum senyum pada
akhirnya.
Kata katanya bila aku telaah memang benar adanya. Aku yang baru
menapakkan kaki di tanah rantau 7 bulan jelas tidak tahu apa apa tentang ini.
Aku beringsut dari
pantulan itu. Aku beringsut dari cermin yang selalu menyapa sepanjang pagi.
“Terimakasih Tuhan,
hidupku memang tak selalu mudah...Tanah Rantau ini tak selalu bersahabat. Tetapi,
selagi Tuhan memeluk jiwaku, semangat akan terus bertalu talu...”
merantau membuat hidup semakin hidup, banyak pelajaran yg kita dapatkan melalui jalan rantau
BalasHapushidup anak rantau
Setidaknya ini yang gue dapet selama merantau:
BalasHapusSemanja-manjanya, semalas-malasnya, seseorang akan berubah setelah di perantauan, karena dipaksa sama keadaan. Kedaaan dimana jauh dari orang tua, jauh dari orang yang bisa diharap.
Merantau memaksa orang bodoh jadi pintar, pemalu jadi pemberani, pendiem jadi banyak bicara, lagi-lagi karena dipaksa sama keadaan.
Simpelnya, sesoarang akan berubah ketika dia berada ditingkat paling rendah dan tak ada seorangpun selain dirinya sendiri yang mau merubah dirinya.
Btw, gue udah bijak belom, Mey?
ini melengkapi tulisannya kak Mey. Gue baru tau ternyata merantau bisa bikin orang jadi bijak.
Hapuswah keren sekali kakak.
BalasHapusgak kebayang nanti jika aku kuliah lalu merantau jauh dari keluarga akan kebayang seperti apa. Kadang saat keluarga di depan mata, mereka tampak seperti biasa yang memang selalu ada. Tapi kalao keluarga tak ada di depan mata, keluarga tampak seperti berlian yang di cari :3 hiihi
Dengan merantau, kita akan tahu sejauh mana kita berjalan menghadapi dunia fana yang keras seorang diri. :)
BalasHapusAaaaaaaa tulisannya kak Meyke keren! sekarang enggak pake gue lagi yak? ihiy.
BalasHapusIya, aku juga pengin merantau. Tapi itu tergantung, kalo keterima snmptn bakal merantau, kalo enggak, ya enggak merantau -_- merana deh, jadi enggak bisa ngerasain mewahnya keluarga yang padahal kadang nyebelin. Ah, aku harus merantau.... banyak yang enggak bisa aku pelajari kalo enggak terjun ke masyarakat seorang diri.. aku harus merantau.
Keren kak Mey!!!
BalasHapusAku dari dulu pengen banget merantau. Karena terkadang aku lelah dengan suasana rumah, tapi aku sadar saat aku jauh dari keluarga. Suasana rumah yang membosankan itu yang membuatku rindu. Kalo aku sendiri belum termasuk kategori merantau sih, cuman aku udah terbiasa bagaimana rasanya jauh sama orang tua :"). Bedanya kalo merantau sih kan kita berada di tempat yang kita belum tau apa-apa tentangnya, sedangkan aku biasanya masih ditempat yang udah aku tau atau masih sama keluarga selain orang tua.
Sometime, aku pengen benar2 merantau. Karena aku ingin menjadi lebih mandiri dari biasanya :D
ini suara anak rantau.
BalasHapuspasti kangen banget dengan orang-orang terdekat kan, yang biasa ketemu langsung. dari adu argumen, omelan, tingkah laku saudara pasti akan dikangenin.
tapi mereka semua pasti bangga, karena ini sudah menjadi pilihan anaknya. jadi buktikan aja kalau di perantauan akan pulang dengan kesuksesan.
bisa menjadikan kita lebih mawas diri, bertanggung jawab, dan madiri kan akhirnya.
Merantau emang bisa mengubah seseorang ke sisi positif maupun negatif, tergantung masing-masing pribadi dan lingkungan perantauan.
BalasHapusKalau aku sendiri emang baru menyadari betapa berharganya keluarga setelah merantau, jadi lebih sayang ama keluarga. Bertemu teman2 diperantauan yang bisa menjadi sahabat suka duka dan sekaligus keluarga.
Nice post kak mey :D
Aduhh... jadi ingat mama paapaa.... dirumah.... hiks hiks hiksss
BalasHapusMerantau itu emang udah takdir dari tuhan buat kita2 yg udah di tentuin bakalan jadi orang sukses...banyak hal yg berubah dari diri kita di perantauan,,, tentunya ke hal2 yg lebih baik lagi dong..
Pernah jg kok sakit ampe...sendiri dikamar.. ampir sekarat karena ngga ada yg rawat,, untung ada teman kos yg inisiatif bawa aku ke rumah sakit.. dan yup aku kena demam berdarah... alhasil di rawat inap..
Jadi curhat deh tuh hehe
waaa...meykke inspiratif bangett...
BalasHapusiyasih...mau nggak mau, merantau itu bisa ngubah kita jadi orang yang mandiri dan tanggung jawab....
dan kangen keluarga itu udah jadi bumbu2nya..hahaha
bener..paling susah kalo pas sakit...gimanapun kudu bisa ngerawat diri dan ngurus diri sendiri walopun sakit...
aku masih ingat sama sedikit status mbak mey dulu....dulu banget....pas zaman purba....aku simpen di Hp...sayangnya hp nya sekarang udah beralih tangan....
BalasHapus"merantaulah, maka kamu akan mengerti makna cinta dari keluarga dan orang-orang yang kamu cintai"
kalau nggak salah sih begitu...
hah...hidup dalam perantauan memang enak nggak enak...tapi harus betah....harus ada perubahan menuju titik yang lebih baik....
hidup merantau....
hidup the raid #salam
merantau ya?
BalasHapusboleh dicoba kayaknya :D
coach outlet online
BalasHapusray ban sunglasses
coach outlet
ugg boots
uggs sale
louis vuitton
coach outlet store online
coach outlet store online
michael kors outlet
ugg australia
north face jacket
coach factory outlet
retro jordans
ugg on sale
tiffany and co
canada goose outlet
ugg boots
coach factory outlet
cheap nfl jerseys
ray-ban sunglasses
vans shoes
louis vuitton handbags
mulberry handbags
kate spade handbags
cheap oakley sunglasses
ray ban sunglasses
cheap jerseys
ugg boots
louis vuitton
louis vuitton handbags
canada goose jackets
20151104yuanyuan