Alhamdulillah,
finally....
Time flies
soooooooooooooo fast, pals!
Kayaknya baru kemarin
kumandang takbir mengangkasa luas seantero negeri, sekarang pun lagi..
Juga, riuh rendah suara “duorrr!!!plesss!!ciuuuuuu
preketeeeeek!!! Diesss!plaaaak!!byurrr!!pyarrrr” terdengar bertubi tubi di sela
sela Allohu Akbar.
Dan kalo sudah sampai di
titik ini, ingatan saya kembali bergulung ke belakang, saat tinggi saya sekitar
1/3 dari tinggi saya sekarang.
Dulu, malam takbir jauh
jauh lebih ramai dan lebih terasa. Tahun 1999, awal saya tinggal di desa ini,
saya takjub dengan lampu berkerlipan di sekujur badan jalan membentuk serupa
kubah mesjid dengan lengkungan sedemikian rupa dan meruncing di tengahnya.
Bendera bendera beraneka
rupa juga tak ketinggalan bertengger di sisi jalan, berpasangan. Nggak pernah
bertengkar.
Sehari sebelum malam
takbir, para pemuda sibuk bukan kepalang mengumpulkan botol kratingdaeng,
sumbu, dan juga bilahan bambu. Banyaaak kegiatan di sepanjang Ramadhan kita lakukan.
Bahkan, saya pernah
bersama teman teman saya mengangkut bambu panjang nan berat dari sisi sungai
besar. Kita bawa bambu itu, naik begitu dan baru dicacah cacak oleh pemuda
pemuda desa. Juga, kita hias jejalanan desa. Cat warna putih, ember wadah cat,
kuas, rafia, batu, dan juga kulit kelapa yang disulap menjadi kuas darurat.
Dengan kompak membahana, kita hias jalan desa sesuai RT nya. Kita cat sesenti
demi sesenti begitu.
Kita isi botol
kratingdaeng yang kita cari di warung warung beberapa hari sebelumnya dengan
minyak tanah.
“Iyuuuuh, masak gueh
harus ngais ngasi tempat sampah cari botol kek begince???”
“Ogah amir ah gueh, gila
ajah tiap hari luluran masa suruh minta minta botol bekas??”
“What????? Lu pikir gueh
tukang mungut sampah????”
Dulu belum ada sinetron
Indosiar, saudara saudara.
Dulu masih jamannya film
India serupa Kuch Kuch Hotahai, atau filmya Suzanna yang bakpao berubah jadi
anak ayam, atau Ratapan Anak Tiri yang lagunya,
“Ibu Tiri..hanya
cinta..hiks hiks..kepada...hiks..ayahnya saja,,,tapi bila..ayah pergi ku
disiksa dan dicaciiii....”
Kita disuruh ngecat
jalan, disuruh isi minyak tanah, atau ngikat botol kratingdaeng di bilahan
bambu plus memasangnya di pinggir jalan pun kita lakukan dengan hari riang
gembira tiada tara.
Dan malam takbir pun
tiba.
Ada satu kenangan favorit
saya. Di desa saya ini, ada dua macam takbir.
Pertama, takbir jalan.
Dulu, pemudanya banyak dan belum mengadu nasib di pulau seberang atau di luar kota. Mereka membuat serupa ada unta, atau yang kepalanya ditancepin sama kertas dililitin lidi warna warni itu (duh, lupa namanya) raksasa terbuat dari kertas bekas wadah semen dengan kerangka dari bambu yang dibentuk sedemikian rupa. Lalu, ada juga gerobak untuk mengankut sound system yang kemudian diganti dengan mobil bak terbuka begitu. Dari RT 1 kita keliling sampe RT 6, kalau cuaca cerah sampai di desa tetangga dan mengitari desa itu. Kita mengumandangkan takbir tak kenal lelah sambil membawa lampion atau pun obor dari sebilah bambu dengan gombal di ujungnya sebagai serupa sumbu , diisi dengan minyak tanah. Dilihat dari kejauhan, indahnya luar biasa...Kebersamaannya itu...
Dulu, pemudanya banyak dan belum mengadu nasib di pulau seberang atau di luar kota. Mereka membuat serupa ada unta, atau yang kepalanya ditancepin sama kertas dililitin lidi warna warni itu (duh, lupa namanya) raksasa terbuat dari kertas bekas wadah semen dengan kerangka dari bambu yang dibentuk sedemikian rupa. Lalu, ada juga gerobak untuk mengankut sound system yang kemudian diganti dengan mobil bak terbuka begitu. Dari RT 1 kita keliling sampe RT 6, kalau cuaca cerah sampai di desa tetangga dan mengitari desa itu. Kita mengumandangkan takbir tak kenal lelah sambil membawa lampion atau pun obor dari sebilah bambu dengan gombal di ujungnya sebagai serupa sumbu , diisi dengan minyak tanah. Dilihat dari kejauhan, indahnya luar biasa...Kebersamaannya itu...
Barisannya puanjaaaaaang
begitu...
Nanti ada yang menyalakan
kembang api, ciuuuu ciuuuu pletak pletaaak...warna warni langitnya..cipratan
api warna warni mewarnai angkasa luas..ceileh..
Wah, susah dibayangkan
dengan kata kata rasanya itu luarrr biasa...Dulu kita masih kecil kecil. Ada Fita,
Mbak Isa, Dek Ina, Mbak Ega juga, banyaaak cowok cowoknya juga.
Nah, udah takbir sesi
pertama usai.
Ini yang lebih serrru
lagi. Takbir keliling!!
Kalau ini pake kendaraan, mengelilingi Ambarawa, lalu
turun ke Pangsar, terus ke Banyubiru, putar lewat Brongkol...
*walah, itu di planet
Bumi sebelah mana Mey?
Dan saya naik apa saudara
saudara?????
Avanza? NO
Baleno? NO
Honda Jazz? NO
TRUK PASIR.
“Waaah, ayo ayo ayooo
naeeeeeeeeeeeeeeeek...”
Lalu dengan bahagia kita
naik truk bersama sama. Berdempetan rapat rapat cowok dan cewek sambil berpegangan
pada dinding trus atau pun bahu temannya.
Dulu belum ada youtube,
belum ada artis sama vokalis bikin bikin video, atau pun film film Indonesia
serupa Kuntilanak Dikeramasin Kolor Ijo. Kita mau dempet dempetan, mau mepet
mepet juga tidak ada desiran rasa akibat kontaminasi media elektronik atau pun
dampak teknologi. Kita masih...polos.
Nah, udah gitu ya ada
yang naik trus, dulu bisa sampe 3 atau 4 truk bermuatan manusia, juga ada mobil
mobil bagus, angkotan juga, dan yang paling banyak ada yang naik motor. Kita
takbiran keras kerasan sambil melewati jejalanan. Kalau ketemu sama rombongan
lain gitu, kita makin keras nyanyinya. Modalnya juga nggak Cuma mulut, tetapi
juga alat musik lainnya. Ada drumblek ada lainnya juga.
Nanti ada Pak Bayan,
pemimpin takbiran yang mimpin takbiran pakai toak, kita mengikuti nada dan
ketukannya.
Langit langitnya penuh
kilatan warna. Cetarrrrr membahana..
Sayanya dan teman teman
ketawa sambil bercanda...
Kalau truknya ngerem
mendadak atau belok gitu, kita teriak alay...
“Aduuh...aaaak...aaaaak...aaaaaaaaaaaak...”
Lalu kita sok sok mau jatuh padahal pingin mepet mepet temennya...
Lalu ketawa berjamaah...
“Huahahahahahahaha.....”
Lain tahun, saya juga pernah takbir keliling diboncengkan motor Ayah saya, pernah juga diboncengkan sahabat saya, Fita...macam macam, karena tiap tahun memang selalu ada takbir keliling. Tahun lalu pun saya malam takbiran diboncengkan motor kakek saya! Tetapi untuk tahun ini, saya nggak tahu. Kalau pun ada, saya sudah pasti nggak ikut. Saya sedang..... masuk angin. -______-
Lain tahun, saya juga pernah takbir keliling diboncengkan motor Ayah saya, pernah juga diboncengkan sahabat saya, Fita...macam macam, karena tiap tahun memang selalu ada takbir keliling. Tahun lalu pun saya malam takbiran diboncengkan motor kakek saya! Tetapi untuk tahun ini, saya nggak tahu. Kalau pun ada, saya sudah pasti nggak ikut. Saya sedang..... masuk angin. -______-
It was unforgettable
moment!
Di lain kesempatan juga,
saya dan teman teman takbiran di mesjid dan mengudarakan suara cempreng indah
kita lewat corong toak mesjid...
Kita bergantian takbiran
diiringi okestra tabuhan musik seadanya pake blek dan botol dan kentongan
sampai dini hari. Bahkan, pernah sampai jam 3 subuh!! Saya dan teman teman
sampai dikirimi cemilan sama tetangga saya.
Kita nyanyi begitu sambil
ngemil di mesjid.
And time flies so fast,
extremely fast..Rasa rasanya baru kemarin saya baris kompakan bersama teman
teman masa kecil, pake jilbab ala kadarnya, lalu bernyanyi mengumandangkan
takbir riang gembira.
Rasanya baru kemarin...
Dan sekarang, semua di
antara kita sudah beranjak dewasa. Sudah ada yang punya anak, ada yang sudah
menikah, atau pun sudah bergelut dengan hidupnya masing masing.
Nevertheless, thanks for
Alloh giving me chance to feel such a memorable event ever, altogether with my
childhood friends, with all my neighbors, all family.
It was so fabulous
moment, never ever forget it!
Dan sekarang, takbir
berkumandang di segala penjuru, mengagung agungkan kebesaran Alloh, merasakan
malam kemenangan dengan nuansa islam yang kental.
And...
SELAMAT HARI RAYA INDUL
FITRI
MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN
MOHON MAAF LAHIR DAN
BATIN, AKHI DAN UKHTI!!
Maapin eaaaaa...
Iya yah, kalau di ingat2, malam lebaran dulu2 itu lebih semarak daripada skrng ini.
BalasHapusLampu2 jalan dimana-mana, takbiran keliling kota, ibu2 menjemur kasur, haha...dan sebagainya
Anyway, selamat idul fitri 1434 H
Semoga Allah terima amal ibadah kita :)
waduh, pas malam takbiran ibu ibu menjemur kasur ngapain cc??
Hapusiya, sama samaaa..aamiin ya robbal alamiin :)
Wah, seru ya. Kalo di tempatku nggak ada kebiasaan takbir yang aneh-aneh gitu. Sampe sekarang sama aja, orang takbirannya pake speaker masjid. Tapi kembang api sama lah, ada juga di tempatku...
BalasHapusAnyway, selamat idul Fitri. Mohon maaf lahir dan batin. :)
di jekardah gtu ya?? hhehe..
Hapusiya, sama sama...mohon maaf lahir dan batin, fightiiing!!!
waduh mbak.. tu mulut gak capek apa.?? dari abis takbir keliling sampe subuh ngumandangin takbir terus... weh weh weh.. Syiaaalluut gue mbak.. gue 2 jam aja udah ngos-ngosan..!!
BalasHapuswuaduuuuh mas Johan, ya nggak gitu juga kali,,,kan personilnya banyak ga cuma satu biji jadi ya giliran gitu lhooo -_______-
Hapusjujur aja, gue lebih iri sama di desa-desa yg ada takbir kelilingnya. klo di jakarta, bkan takbir keliling, tapi jalan-jalan sama pasangannya. duh, kan gue jadi galo lgi _ _"
BalasHapusgue pernah takbiran di kampung gue, dan memang lebih berasa yg kyak gitu dari pada yg di jakarta.
mohon maap lahir batin yaa
wuaduuuh, untung aku masih di sini ya Mad..behehehe...iya, samak. kalo aku di jakarta waktu malam takbiran pasti jga galauh maksimal.
Hapusiya sama sama, mohon maaf lahir dan batin ya :D
wuidih asik banget itu kayanya hahaha :))
BalasHapusmohon maaf lahir batin ya kak :D