Aku baru saja pulang dari
Salatiga menempuh sedemikian hingga perjalanan setelah menuntaskan kewajiban
sebagai guru les Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Dan aku tiba tiba
menemukan semacam hidayah ini ketika aku menunggui murid muridku mengerjakan soal
UAS bahasa Indonesia.
Entah pikiran macam apa
yang datang tiba tiba muncul satu gagasan hidup yang mungkin akhir akhir ini
agak terlupakan, atau mungkin belum pernah terpikirkan.
Sehabis tanya umur mereka
yang rata rata masih berkisar antara 14 sampai
16 tahun, tiba tiba seperti kilatan kenyataan menampar mukaku. Aku, 21
tahun.
Ya, aku kini 21 tahun.
Aku bukan lagi remaja belasan tahun. Aku, 21 tahun.
Tiba tiba tercengang
sendiri kala sadar bahwa, well.... I have been mature! Dan berkali kali
mencengangkan diri sendiri kala sadar bahwa terkadang aku masih bersifat
seperti anak belasan tahun saja.
Lalu, seperti dihadapkan
pada lembaran jalinan bambu tempat tahu seperti di pasar pasar itu. Seperti
dihadapkan pada alat saring sari jeruk dari bijinya. Dan di waktu yang sama seperti
berhadapan dengan cermin. Itulah aku.
Seperti dikelilingi
kilasan kejadian kejadian yang pernah aku alami, aku hadapi, aku rasakan. Dan
seperti tersadar bahwa terkadang apa yang aku lakukan adalah tingkah anak
serupa belasan tahun.
Dan sekonyong konyongnya
berpikir, aku ingin seperti apa aku semestinya. Aku yang sudah menginjak 21
tahun.
Oh my God! Demi Tuhan aku
sudah 21 tahun, dan akan aku lakukan apa yang harusnya aku lakukan di kala usia
sedemikian banyak.
Lalu, aku juga melanjutkan
segala pemikiran itu saat sambil hujan hujanan pulang dari bekerja. Maksutku,
biar efek gloomy nya dapet, tapi waktu ingin memulai kembali bercengkerama
dengan pikiran sendiri, tiba tiba muncul Mbak Angkatan, partner kerjaku. Dan
dia mengantarku sampai Kemiri.
Dan pikiran lain ikut
berkecamuk mengambil bagian. Sangat picik rasanya bila suatu saat aku merasa
sepi, sendirian, dan perasaan gundah lainnya. Sekali melirik, sekali melihat
berputar satu kali saja, aku melihat keluarga, sahabat, dan se keranjang hal
hal berharga bernama persahabatan, kebersamaan.
Sekali berputar saja aku sudah bisa menyadari betapa
banyak orang baik di sekelilingku.
“Meykke, sini pegang
tanganku.”
“Meykke, kamu pasti
mampu.”
“Meykke, kamu pingin itu
khan? Ambil sekarang juga.”
“Meykke, kalau capek
istirahat dulu.”
“Meykke, we love you.”
Dan tidak ada hal apa pun
yang bisa meruntuhkan ku, sekali terjatuh esok hari aku bisa meloncat, dan
sekali terpuruk, lain hari aku bisa terbang. Karena apa? Aku punya mereka
semua. Dan aku punya Alloh. Dan aku punya mimpi. Dan aku punya usaha. Dan aku
punya keyakinan. Dan aku punya kesempatan. Dan aku punya hari esok.
Dan kamu tahu? Karena aku
punya kamu.
10.12.2012
20:48
There exists ample various patterns and also a fashion chanel replica uk every individual. Close to this much admiration to the brand that will commenced as being a travel luggage look by the This particular language gentleman throughout the first thirties. The 1st chanel replica uk the truth is ended up being manufactured to be applied while travel luggage complement along with ended up being meant to carry champagne bottle within it. It can be even now recalled because renowned Noe tote along with ended up being emblematic involving high-class amid professional This particular language girls whom commenced holding the idea as being a carry handbag. The planning received very much acceptance automobile elegance along with fashion. This specific good results in the Louis Vuitton developer brand looks just best fake hermes along with calls for a great deal of tolerance along with will power. That is precisely why right now, virtually one hundred fifty several years after some time the 1st obvious louis vuitton replica bags sale keep got popped, his or her renowned solutions are generally consequently seriously popular along with ideal. Your Louis Vuitton bags are generally perhaps searched for by simply stars similar to Jenifer Lopez, Kate Moss, Uma Thurman, Paris, europe , Hilton, Naomi Campbell plus the celebrated Angelina Jolie.
BalasHapus