Sampailah gue di
Senggigi. Gue melirik jam tangan gue begitu gue dan Uma duduk melepas lelah di
tempat duduk depan loket pemberangkatan kapal menuju dan dari Bali. Bule bule
dengan ransel menyerupai Rudal Rusia berbondong bondong datang dan pergi.
“Jam 3 Seph...”
Perjalanan menghabiskan banyak waktu hari ini. Gue dan Uma hanya bisa puas
mengunjungi 2 pantai saja. Dibandingkan pantai lain di Lombok, saat gue masuk
ke dalam area pantai, kata pertama yang keluar dari mulut gue adalah,
“Kayak gini aja, Seph?”
Buat gue pribadi,
Senggigi ini hampir semacam pantai Parang Tritis di Jogja. Pantai paling terkenal
walau tak yang paling indah. Mungkin bisa jadi pantai pertama yang ditemukan
dan menjadi booming sampai sekarang. Rencananya gue dan Uma akan menunggu
matahari tenggelam alias Sunset di sini. Jelas saja gue bahagia. Hari itu, gue membuka
hari dengan jingga merona mentari pagi di Labuhan Haji dan ditutup dengan kilauan
emas di Pantai Senggigi. It was just my super duper perfect day ever. Sebelum
kejadian itu terjadi.
Ada dua hal yang ingin
gue lakukan di pantai itu. Pertama, naik canoe mengitari pinggiran pantai dan
yang kedua snorkeling menikmati panorama bawah laut yang jelas spektakuler. Ini
akan menjadi snorkeling perdana dalam hidup gue!! Jelas aja gue excited!
Apakah gue mendayung
canoe bersama Uma?? Apakah kita bermain bersama? Atau sekedar bermain pasir di bibir pantai?? Oh jelas...TIDAK!! Dia cuman nganterin gue ke Senggigi
terus dia duduk nyewa tiker seharga 5ribu sepuasnya sambil minum air kelapa muda.
“Seph,ayo ganti baju...
Kita mainan air kayak jaman SMP dulu.”
“Ngga. Lo aja.Gue tungguin
di pinggiran. Gue males basah basahan.”
“WHAAAATTTTTTTTT???!!!!” Gue
terkejut luar biasa. Terus gue disuruh mainan air sendirian gitu kayak orang
ilang di pulau seberang begini? Gue merajuk. Uma tak bergeming.
“Lo sebenarnya sahabat
gue apa Emak gue sih, Seph?” Gue jadi berasa main sama Ibu gue jaman masih kelas 1 SD. Gue
mainan air, Ibu gue makan gorengan di pinggir kolam renang sambil jagain tas. Bayangin
gimana perasaan gue saat yang lain mainan canoe berdua sama pacarnya, atau sama
temennya...atau sekedar ciprat cipratan air kayak di film India dan gue.....
Ah, gue terkatung katung di lautan luas bermodalkan canoe dan sampan seharga
20ribu seletihnya. Gue cuman bisa mendayung ke kanan, kebawa angin ke
kiri, muter muter karena ndayungnya
nggak bener, ngeliatin karang sama nemo and friends yang melambai lambai di
bawah air jernih, ngomong sama ombak, curhat sama langit, ngeliatin orang pacaran. Dan itu
gue lakukan sendirian.
dayung ke kanan... |
dayung berputar... |
dayung ke kiri... |
merenungkan hidup di batas senja... |
bikin emosi Bapak pemancing. Mau mancing ikan baronang, dapetnya ikan dugong... |
liat para ikan berenang di sela karang dari balik air sejernih kristal. |
melambaikan tangan pada kamera, tanda menyerah..Mendayung canoe aja susah,gimana mau mendayung bahtera yang sesungguhnya? |
Mana gue dimarahin sama
bapak bapak yang mancing karena gue dayungnya di depan pancingan mereka melulu.
Bisa jadi mereka nggak dapet ikan baronang, malah ikan dugong alias gue.
*abaikan
“Maaf Pak, saya nggak
berdaya. Saya udah dayungnya ke kanan,tapi canoenya jalan ke kiri.”
Di tengah tengah laut gue
galau. Mendayung canoe aja gue nggak mampu, apalagi mendayung bahtera rumah
tangga bersamanya. *sumpah *abaikan
Tapi, gue tetap bahagia
karena akhirnya gue bisa mendayung canoe walau sendirian. Perpaduan antara
jingga keemasan di batas pandang atas bersama dengan kilahan air berkilauan di
sepanjang mata memandang ditambah dengan sekujur karang dan anemon nan indah
tertembus mata di bawah air sebening kristal membuat gue begitu mensyukuri
hidup ini, perjalanan ini. Mendayung canoe sore itu membawa gue ke pelajaran
hidup nomor 67:
“Walaupun hidup ini sarat keluh kesah, tetapi Tuhan juga membawa guyuran anugerah. Manusia boleh memilih, terus melempar keluh atau terus merapal syukur.” Karena sejatinya segala keadaan bisa dilihat dari dua sisi. Super sekali. Meykke Teguh.
2. SNORKELING
Berbekal dengan
snorkeling milik Uma yang udah..ehm...8 bulan 31 hari tidak dipakai dan harus
gue cuci dan keringkan terlebih dahulu, gue dengan langkah tegap kembali ke
laut. Sesi mendayung canoe sendirian sudah terpuaskan. Sekarang adalah giliran
snorkeling.....sendirian.
jalannya udah penuh keyakinan begitu ya,gaes.. |
Apakah gue bisa? Oh
jelas.... TIDAK!! Bahkan, saat gue mencapai bibir pantai dan sudah tinggal
mengulurkan badan ke lautan, gue bingung. Lah, ini make snorkle nya gimana? Ada
dua. Goggle alias kacamata dan alat untuk bernafas dengan selang vertikal.
Pertanyaannya adalah...bagaimanakah cara bernafas menggunakan alat yang
ujungnya berbentuk seperti lengkungan gigi palsu ini?
Bertanyalah gue pada
seorang mas mas yang duduk sendirian di tepi pantai, dekat dengan kumpulan bule
yang berjemur secara berjamaah hanya dengan memakai dua helai kain saja.
“Maap Mas, mau nanya. Ini
caranya pake snorkle gimana ya? Apa ini ditutupin ke mulut, atau ditempelin ke
bibir atau disumpelin ke lubang hidung?”
“Oh begini Mbak, semuanya
dimasukin ke mulut terus digigit.”
Gampang. Masalah terselesaikan.
Karena merasa bisa berenang dan gue rasa dangkal, setelah bilang makasih gue
menjulurkan badan ke lautan, berkelok kelok selaras ombak sambil menikmati
terumbu karang, anemon dan ikan warna warni bersliweran. Ini surga duniaaaaaa!!
Gue bisa melihat kerang warna warni dari kecil sampai besar bergumpal gumpal
hingga anemon bak penari di antara ikan ikan yang silih berganti mengitarinya.
indah bingits, gaes!!! |
Gue terbius pesona bawah laut hingga gue nggak sadar kalau gue udah sampai
tengah dan gue sendirian. Dan gue juga nggak tau kalau harusnya snorkle itu
dites dulu sebelum dipakai.
Gue sedang terapung apung
indah menyelusuri para jajaran kerang sampai tiba tiba..
“BLURB...” Gue diam
sebentar. Gue ambil nafas lagi lewat mulut.
“BLURB...” Bukan udara
yang gue dapat tapi air. Gue kehabisan nafas dan otomatis gue mengambil nafas lagi melalui mulut.
“BLURB BLRUB
BLURP...BLRUUUUP!”
GUE TERSEDAK!! . Gue baru
sadar kalau pipa snorkle gue kemungkinan bocor. Gue masih agak santai karena
gue tahu ini dangkal dan gue termasuk tinggi. Tapi, semua harapan itu kandas
saat gue menjulurkan kaki dan gue nggak bisa menginjak apapun. GUE UDAH ADA DI BAGIAN LAUT YANG DALAM!!!DAN GUE NGGAK PAKE JAKET PELAMPUNG!! DAN GUE SENDIRIAAAN!!
Gue udah kehabisan nafas. Gue harus nglepasin alat
menutup hidung gue. Tangan kanan gue nglepas pembungkus idung gue. GAGAL!! Tali kepala yang gue pake terlalu kencang. Dan karena panik, mana gue nggak bisa nafas lewat idung, gue mulai nafas secara membabi buta lewat mulut yang disusul oleh air yag terus keminum. Dan sebisa apapun lo berenang, lo nggak akan berdaya bila
dihadapkan dengan ombak. Gue mencoba berenang tetapi ombak menarik gue semakin
ke kanan tengah. Gue semakin panik dan gue semakin tenggelam. Satu hal yang gue
pikirkan waktu itu.
“Gue nggak boleh mati di
Lombok.”
Gue nggak mau Ayah Ibu
gue baca berita,
“Ditemukan seorang gadis
tenggelam di pinggir pantai Senggigi diakibatkan terlalu songong snorkeling
sendirian dan ternyata snorklenya bocor yang mengakibatkan gagal nafas. Sungguh
naas”
Naudzubillah...
Gue tetap berusaha
berenang dan nglepasin snorkle yang cuman bisa dilepas separo lubang idung. Di
ombak yang mulai garang, yang ada gue timbul tenggelam. Dan gue makin lemas. Gue sekarang nekat
mengibaskan tangan kanan gue. Nobody cares,men!! Dan saatnya gue harus...
“TOLOOOOOOOOOOOOOOG!!
TOLOOOOOOOOOOOOOOOOOONGGG!!” Gue minta tolong sambil menjejak jejakkan kaki
karena gue panik level maksimal. Gue semakin
dibawa ombak ke tengah dan orang orang mulai ngeh dan akan mulai
menceburkan diri saat tiba tiba...
.
Gue bisa berdiri.
“TOOOOL!!” Tiba tiba gue bisa muncul dari dalam air dengan air hanya sebatas dada gue. Tolong gue
terhenti. Gue mendadak keki. Gue malu setengah mati!
Gue liat air hanya
sebatas dada gue. Saat itu gue sadar mengapai lautan di Lombok birunya gradasi,
kadang biru muda...kadang biru tua..biru muda lagi...biru tua lagi..muda tua bergantian
karena kedalamannya pun nggak sama.
Gue pingin pura pura
pingsan aja tapi takut kalau nanti gue kebawa ombak lagi ke Selat Malaka.
Gue
pingin bilang,
“Cieeeee ketipuuu
cieeeeee ketipuuuuuu...” Tapi gue takut dilarung oleh massa ke Selat Malaka. Gue cuman
bisa duduk biar air seleher gue sambil mengatur napas gue yang rasanya tinggal
kecantol di lubang idung.
“Nggak papa mbak?”
“Owh,nggak papa
Pak..nggak papa..”
Rasanya gue pingin
menenggelamkan diri dan berubah jadi ikan dugong. Gue mau pergi dari situ aja
gue malu karena semua mata tertuju pada gue. Bukan karena wajah gue mengalihkan
dunia mereka,tetapi jeritan gue yang udah kayak tikus kecepit pintu darurat Air Asia. Sumpah, gue malu bangett!! Kerongkongan gue juga mendadak
kering dan pahit karena terlalu banyak menelan air bergaram. Gue berharap
garamnya garam beryodium biar gue sehat.
"Ya Alloh, dosa apa Hamba?"
Singkat cerita, gue berganti baju. Gue menceritakan semuanya ke Uma. Dan reaksi dia pertama kali apa coba? KETAWA. Nih temennya mau wasalam malah diketawain. Gue tenggelam gagal malah dia asik motretin sunset kayak begini.
Gue mendadak depresi |
Untung Uma punya cara biar gue sedikit melupakan segala yang telah berlalu walau tak akan pernah terlupakan seumur hidup ini. Uma mendadak berubah jadi fotografi dengan modelnya adalah..... GUE.
Foto foto ini gue kasih judul "SILUET SENJA SENGGIGI" Saat berenang berakhir runyam....
"Mengapa semua ini terjadi?" |
nge-sun the Sun! |
"When I hold you, don't ask me to let you go....again." |
"Dengan kekuatan mentari senja, akan aku ubah segala masa lalu kelabu menjadi abu" |
The photographer... |
Magrib terlalui dan itu artinya gue dan Uma harus kembali. Malam itu giliran gue boncengin Uma. Jalanan agak lengang karena ini bukan Jakarta. Gue bisa ngebut tapi sesekali gue harus jeli melihat tikungan menukik tajam. 1,5 jam kemudian gue melambaikan tangan ke arah Uma setelah berkali kali Uma menawarkan diri untuk gantian boncengin.
"Seph, aku lelah."
Jam 11 malam akhirnya gue sampai rumah dinas Uma dan tidur cukup 3 jam karena jam 3 dini hari gue harus berkemas untuk pulang di penerbangan pertama hari Selasa, 28 Juli 2015. Nyawa masih separo, gue diantar Uma sampai terminal bis untuk selanjutnya gue harus ke bandara jam 4 subuh untuk terbang bersama Lion Air jam 6 pagi menuju Jakarta.
Dan apa yang Tuhan suguhkan ke gue di atas pesawat???
Sunrise di atas awan... Subhanalloh.. |
Dan sumpah itu keren bangeeeettt!! Semula langit bergaris jingga disusul oleh bulatan keemasan yang menyembul di balik gumpalan kapas raksasa yang kemudian sinarnya berpijar ke segala arah mata angin. So amazing!!
Akhirnya, gue kembali ke Jakarta dan liburan gue telah habis. Tapi, kenangan yang terukir dari cerita cerita di baliknya tak pernah habis, serta jasa jasa sahabat gue dunia akherat, Uma..tak pernah habis terkenang di hati gue. Karena Uma,gue bisa mencapai salah satu bucket list gue. Maka, gue menulis sepenggal surat untuk Uma sebagai berikut...
Teruntuk Umami,
Terimakasih, Seph...Yang rela memangkas liburanmu sebanyak 4 hari padahal kamu jarang pulang ke rumah... (sama)
Yang rela dingin dingin nganterin aku ke tepi pantai demi sebuah sembulan mentari beratap langit kelabu beralaskan laut tenang jam 4 pagi.
Yang rela melibas jalanan menuju ke pantai pantai idaman dan mengabadikan tiap tiap kejadian untukku dibawa pulang.Yang rela boncengin aku kemana mana karena selama di Lombok cuma kamu yang aku punya.
Yang rela nyari ke penjual pinggir jalan sampai penjual di depan toko besar mentang mentang aku bilang,"Seph, aku pingin sate lilit kayak yang dimakan mbak reporter di TransTV"
Yang rela dengan hati terbuka tulus ikhlas nungguin aku tiga jam di tepi pantai selama aku mainan air sampe mainan nyawa di Pantai Senggigi. Makasih udah motoin aku juga di mana mana. Aku berasa kayak model, Seph...
Yang rela nganterin aku jam 4 pagi ke terminal bis dan nungguin sampai bisnya lepas landas menuju bandara.
Terimakasih, Seph...Yang rela punya sahabat macam aku. Semoga kamu nggak nyesel sambil bilang,"Pait pait pait pait..."
Aku berharap kita bisa berpetualan bersama biar kayak Sherina jaman kita SD dulu. Tapi nggak pake acara diculik culik segala.
And for the amazing experience with lovable besfriend, I have to say thanks to God.Thanks, God..Alhamdulillah.Wassalam...
akhirnya keluar juga yang kedua.
BalasHapusaduuh beneran ngakak mbacanya yang gagal tenggelem.
jadi penasaran ikan dugong itu yang kayak apa. hehe :D snorkling enak tuh, mba.
BalasHapusWaaah lihat postingan ini jadi buat terkenang waktu
BalasHapushoneymoon di bali deh,,,,
wah si mba mba bikin panik orang aja ya, mungkin pada saat itu semua orang kira mba akan tenggelam tapi ternyata mba malah bisa berdiri untuk mengurangi rasa malu pura-pura ngetroll orang haha
Kak mey... Yang keduanya lebih seru kak. Suwer deh, kebanyakan kalo snorkling sok-sokan jadinya begitu (soalnya pernah juga). Syukurnya gue gak sampe minta tolong sekenceng itu kak. Gue langsung buka kaca mata dan berdiri. Selesai. Gak sekamfret kak Mey yang hampir kembali pulang. hahahaha
BalasHapusUmainya baik banget, ya kak. Eh, itu sunrise di atas awannya tjakep banget, kak. Gue baru liat sekali itu. Makasih fotonya soal Lombok Barat. :)
Wuaaaaa sik banget main dayung-dayungnya. Btw, sunset-nya baguuuusssssss banget. Seru banget ya di Senggigi,
BalasHapusCiee yang ngapa-ngapain sendirian. Haha. Berasa ke pantai sama emak ya. Haha
BalasHapusGokil abis pas mau tenggelam. Ngakak bacanya.
Si uma kok malah sibuk foto-foto ya.. haha
huahahhaha. Ceritanya mbak Meyykke selalu menggelitik. Selalu tertawa aku membacanyaaa.
BalasHapusNatural banget. :')
Aku membayangkan rasa malu mbak meykkee yang nggak bisa ditoleransi lagi. Hahahaha.
Wanita tangguh. Main-main dengan nyawa. Yawlah apa itu?! :'D
Lombooook. Keren sunset dan sunrisenyaaa. \o/
sendirian aja mbak emang gak takut :D
BalasHapuslombok memang luar biasa yah.... gue jadi pingin snorkeling juga. seumur hidup belum pernah snorkeling.
BalasHapuswalaupun liburan sudah berakhir, setidaknya lo kembali ke ibukota bersama dengan segudang cerita menarik.
pesan moril yang bisa diambil: kalau airnya cuma sedada, jangan minta tolong :")