Duduk di dalam bis, mengemban misi mudik tanpa sanak famili di sisi alias sendiri melemparkan gue ke pelajaran hidup nomor 78 : “Everything is possible, even impossible can be I’m possible!!” Ini jelas uhuy banget. Sebelum gue melakukan perjalanan ini gue sudah menerawang jauh tentang nasib gue yang terjebak di dalam bis, hanya duduk sambil memandang pergolakan awan dari pagi beralih ke siang kemudian menjalar ke malam, atau sambil menatap nanar pada ilalang yang bergoyang atau jejalanan yang berkelok kelok kayak kehidupan. Ditambah lagi dengan jembatan yang tak lagi kokoh menopang dan memilih putus dengan dalih diterjang gerusan alam.............................. kayak cinta. Uhuk.
Tapi, pada akhirnya saat gue memencet mencet tut Lee Suhi pagi ini, gue sedang mengunyah renyah makanan Lebaran dengan setangkup es krim rasa coklat yang kemudian dioleskan ke kepingan chocolate assorted cookies. Pada akhirnya gue juga tuntas duduk di dalam bis dengan total waktu 25 jam dimulai dari pukul 1 siang pada tanggal 23 Juli dan berakhir pada pukul 2 siang hari berikutnya. Nah, lalu apa saja yang harus dan penting bingit untuk dilakukan selama perjalanan agar hidup tetap berwarna?? Hari kemarin gue sudah katam menuliskan 3 butir perkara di sini dan sekarang gue akan melanjutkan perkara perkara lainnya. Cekidoooot!!!
4. NGOBROL SYAHDU DENGAN TEMAN SEPERJALANAN
“Ehm...tujuan mana?”
“Dari mana?”
Itu adalah pertanyaan permulaan yang bisa mendeteksi tentang seberapa ingin mereka membalas obrolan kita. Kalau semisal jawabannya hanya satu suku kata serupa,
“Ehm...tujuan mana?”
“Cikarang.”
“Owh, Cikarang...berarti nanti mbak/mas dulu yang turun. Aku nanti di Pasar Rebo..darimana mbak/mas?”
“Dari tadi.”
“...............” Lu harus langsung pura pura tidur, lalu ngorok.
Nah, kalo seandainya jawabannya yang didapat serupa di atas, maka segera akhiri sajalah semuanya. Kalau buat gue, berdo’a sebelum memulai perjalanan itu tidak hanya sangat penting untuk keselamatan jiwa, tetapi juga hati. Alangkah indahnya perjalanan kalau kita bisa menemukan teman satu seat yang asik dan bisa diajak ngobrol, sukur sukur bisa jadi temenan. Di perjalanan naik bis edisi terdahulu gue punya temen satu seat ibu ibu. Lalu, beliau bercerita banyak tentang keputusannya merantau dan bekerja sebagai salah satu buruh pabrik yang UMR nya lebih tinggi dibandingkan UMR di kampungnya. Dia juga bercerita tentang keberhasilannya menyekolahkan anak anaknya di kampung. Kala itu banyak sekali yang bisa gue petik tentang pengorbanan seorang ibu demi kata bahagia untuk anak anak tercintanya. Bila kalian adalah orang yang gemar berbicara seperti gue, mengobrol dengan teman satu seat sangat menyenangkan. Hanya saja hal ini tidak berlaku kalau teman satu seat kita adalah :
a. om om
b. mas mas
At least, menurut pengalaman gue. Di perjalanan merantau kemarin gue satu seat dengan seorang om om dan mudik ini gue duduk bersama mas mas. Saat gue asik menggantungkan ujung headset ke kedua belah telinga, dia tiba tiba nanya.
“Darimana?”
“Dari tadi, eh maksutnya dari gunung putri. Masnya?”
“Cikarang. Sekolah apa kerja?”
“Kerja.” Nih mas mas nanyanya serius amat, gue jadi takut. Dan pada akhirnya kita menghabiskan waktu 25 jam berdampingan. Kadang saat bis berhenti dan gue pingin pipis, si mas mas lagi bobok. Karena gue duduk di dekat jendela, gue harus bangunin masnya dulu buat lewat. Setelah baca ayat kursi gue mulai nyolek nyolek masnya. Gue takut dikira modus. Padahal pertahanan gue udah di ujung. Lalu dengan mata merah menyala masnya terbangun. Malamnya, si mas mas tidur harus pake posisi segala. Dia miring menghadap gue dengan keseluruhan tubuhnya ditutupi selimut dan kakinya ditekuk serupa tidur miring di kasur. Helooooooo, ini seat bis mas. Lama lama kepala masnya mulai menunjukkan tanda tanda kurang baik. 2 cm lagi kepala masnya sudah nempel di pundak gue. Dia kira kita lagi syuting drama Korea???? Gue berdehem dia nggak denger. Gue pura pura ngulet takutnya kepalanya malah jatuh ke bahu gue. Akhirnya gue ngorok aja.
Maka, perkara nomor 4 kali ini gagal gue lakukan, terbentur keadaan.
5. MENDENGARKAN MUSIK LEWAT HEADSET
Karena hal ini juga gue sampai beli Powerbank. Gue nggak bisa bayangin apa jadinya perjalanan gue tanpa musik. Pun musik bisa diset berdasarkan cuaca dan waktu. Saat senja mulai menjalar dengan awan hitam menggantung pilu, gue mulai memutar lagu lagu galau. Diiringi dengan liukan bulir air yang meluncur turun dari balik kaca, lagu lagu serupa “Say Something”, Hold on We’re Going Home”, “Breathe Again”, “How Could You” dan lagu lagu bernada pilu lainnya bisa sangat meresap. Ini jelas asik!! Sensasi sensasi syahdu lalu merasuki pikiran gue dan gue jadi berasa lagi ada di salah satu scene drama Korea. Coba bayangkan!! Duduk di bis seorang diri di ujung senja dengan buliran air meluncur bebas dari balik kaca jendela berlatarkan alunan lagu lagu ber-beat slow cenderung tertatih tatih. Beuuh, feelnya dapet bangett!!!
Malam itu gue juga nggak bisa tidur. Lalu, gue mulai memilih lagu relaxing music yang isinya alunan piano dengan latar suara desir angin di pantai dan juga percikan air. Lu bisa cari di google dengan keyword ‘relaxing music’ atau ‘spa music’, ‘atau nature music’. Gue memilih durasi musik satu jam penuh. Violaaaaaaaaaaaaa....akhirnya gue bisa tidur.
Lain lagi kalau pagi sudah mulai menyapa. Gue akan memutar musik musik yang lebih menghentak biar gue nggak ngantuk melulu serupa “Please, don’t go”, “How Do I Breathe”, “Turn Me On”, “The Monster”, “Girl on Fire”, sampai “Burn”!! Lalu, gue akan penuh semangat walau gue sadar gue masih di Banyumas, melampaui terlalu jauh dari Ambarawa dan mengambil jalan berputar, lagi lagi karena si Com dan si Mal putus. Tujuh jam lagi, cuy!!
*tobecontinued
tiba-tiba bersambung gitu ajah -_- kamfrettoo.. kutunggu kelanjutannya ya miss extremely amazingly wonderful Meykke! :D
BalasHapusbener banget, kalo lagi diperjalanan menurut gue emang paling enak itu dengerin lagu pake headset. Perjalananpun bakalan lebih nyaman dan bisa bikin tidur juga kalo dengerin lagu
BalasHapuskenapa ga naik naga? kan lebih cepet
BalasHapusga bakal sampai 25 jam kok
dan itu pasti mas2nya ga mirip sama artis korea, lem inho
kalo mas2nya mirip sama lem inho pasti lo yang pura2 ngantuk, trus pura2 nyender kan?
Beuh, perjalanan ke Ambarawa aja lama pake banget gitu ya, Mey. Moga pantat enggak membara tuh pas sampe rumah. Hahaha. Ditunggu perkara lainnya lah ya:D
BalasHapusselamat menikmati perjalanan panjang bersama mas-mas mbak hehe
BalasHapusaku kalo naik bus lama gitu sukanya duduk di depan, di belakang supir gitu. beuh itu sensasinya ngena banget. apalagi kalo bisnya lagi bermanuver mateb deh
ke banyumas itu lewat jalur selatan ya mba?
BalasHapusbukannya itu jaoh yak?
alhamdulillah deh, tempat saya merantau sekarang cuma 4 jam dari rumah.
sebelumnya, 36 jam sampe rumah mba, capek banget.
tapi karena perusahaan ngasih akomodasi mudik, jadi yah boleh milih mau pulang pake transpotrasi apa.
saya juga suka berkenalan dengan orang-orang di dalam perjalanan. :D
gw sih kalau perjalanan jauh menghabiskan waktu dengan tidur hahaha
BalasHapushehe wah lama ngga berkunjung ke blog unyu ini...
BalasHapustipsnya unyu....jadi pengen baca tips 1234nya...ngobrol syahdunya bagian om omnya...lucu bgt.... tidur disamping. Mungkin lebih keren kalo omnya tidur sambil kayang..keren tuh di foto trus di upload di instagram hahahaha
#udahlupakan
Kak Meyke, kita bertolak belakang ya? :D
BalasHapusKalo diperjalanan itu aku malah suka dengerin lagu2 melow kalo pas lagi panas2nya, macet2nya, biar gak sumpek dan bisa tidur. Nah, kalo hujan dan malam2 semacam itu, aku malah suka musik2 ngebeat yang menyemangati :v entah kenapa.
Hahaha iya, repot emang kalo ada orang yg 2 seat terus dia tidur terus posisinya yang emh gitu dah -_-
Ohya, itu kutipan pelajaran hidup itu ada berapa seh? Aku pengen liat dah >_<