Ini adalah cerita bertajuk travelling yang dulu sempat saya tulis untuk lomba menulis bertema senada. Sayang, tulisan saya belum bisa menarik hati para juri. Jadi, daripada teronggok tanpa pembaca, silahkan dibaca kakaaaak...:)
dibuat 4 Desember 2013!
By Meykke
Santoso
“Seph, pokoknya begitu skripsi gue menandakan gejala
habislah gelap terbitlah terang, gue benar benar akan memulai travelling gue,
Seph. Gue akan travelling keliling...... Jogja!” Kala itu gue mengikrarkan
janji gue pada diri sendiri, juga pada Umami, salah satu sahabat gue yang
berkuliah di salah satu universitas negeri favorit di kota Gudeg itu.
Sudah lama gue memendam hasrat untuk bisa memulai
perjalanan gue. Bukan, bukan sekedar piknik atau one-day trip. Tapi, benar
benar travelling. Dan kota istimewa itu gue pikir bisa menjadi permulaan
langkah gue untuk bisa menjadi traveller.
Tapi untuk bisa mengabulkan permintaan ini bukan sesuatu
yang mudah. Tidak tanggung tanggung, gue berencana untuk stay 3 malam 4 hari di
sana.
“Seph, gue akan travelling di Jogja selama 3 malam 4 hari
seph... Gue akan nggunain semua gaji part-time ngajar gue.”
Berhubung gue bukan orang yang minta sesuatu main nunjuk
langsung jadi, gue harus berusaha keras dulu ngumpulin duit. Gue ngajar begitu
getol dari pagi sampai sore, demi lembaran uang yang akan mengantarkan gue ke
kota itu.
Bukan hanya itu, gue juga harus menyiapkan plan atau
schedule dari mulai hari pertama, hari kedua, dan juga hari ketiga.
Bersyukurnya gue di jadwal Uma yang padat, dia bersedia untuk menjadi tour
guide gue.
“Seph! Lo jadi tour guide gue begitu gue sampai di Jogja,
pleaseeee....” Gue mengiba. Tanpanya, gue pasti akan menjadi butiran debu di
Jogja. Demi merampingkan pengeluaran, kost Uma juga satu satunya harapan gue
untuk bermalam.
“Iye, I’ll take you wherever you want!”
Gue bahagia bukan kepalang. Gue mulai search di Jogja
tentang destinasi destinasi keren yang harus gue datangi,
“Wisata menarik di Jogjakarta”
“Tempat Wisata di Jogjakarta”
“Pantai pantai eksotis Jogjakarta.”
Gue pikir untuk para wisatawan yang akan travelling ria
di Jogjakarta, ada satu destinasi yang sangat tidak boleh hukumnya untuk
dilewatkan.
Pantai!!
Pantai di Jogjakarta menyuguhkan panorama cantik yang
memukau mata. Bahkan, traveller bisa memanjat bukit karangnya dan melihat air
berkilah kilah dari puncak bukit. Pantai di Jogjakarta juga kaya akan biota
alam. Pasirnya yang putih bersih juga membuat traveller ingin berlama lama duduk
sembari melayangkan pandang ke laut lepas dan menunggu tibanya sunset yang
romantis di batas magrib.
Ah, memikirkannya saja gue udah benar benar ngiler. Gue
search macam macam pantai di Jogjakarta. Jelas ini harus tertata rapi. Dan
begitu sampai di Jogjakarta, gue harus mengamalkannya. Semua destinasi yang gue
pingin, harus gue jabanin.
Dan akhirnya gue berhasil nyusun run down setelah
beberapa jam berjibaku di depan laptop dan tanya sana sini.
Jumat, 21 Juni 2013
20.00 Makan
malam di Restoran Korea D’Jang Geum
21.00 Taman
Pelangi
Sabtu, 22 Juni 2013
07.00 Berangkat
menuju Goa Pindul
13.00 Pantai
Indrayanti
Minggu, 23 Juni 2013
08.00 Museum
Vedenburg
11.00 Keraton
Jogjakarta
15.00 Tamansari
20.00 Minum
SSS (Susu Sapi Segar)
Kenapa gue nggak menyisipkan Malioboro sebagai penutup
travelling gue? Banyak yang bilang kalau kurang lengkap rasanya datang ke kota
Jogjakarta, tapi nggak mampir ke Malioboro untuk sekedar membeli kaos berirama
“I Love Jogjakarta” dengan gambar kereta keraton, sepeda onthel, atau becak.
Tapi gue? Gue sudah meyakinkan diri untuk travelling, bukan belanja. Melihat
ombak menjilati bibir pantai di batas magrib dengan pantulan mentari emas yang
membuat kilahan air berkilatan rasanya jauh lebih berkesan dibandingkan
memborong selusin gantungan kunci wayang, cincin batu warna warni atau tas
anyaman. Jadi, gue mencoret Malioboro dari list perjalanan gue. Gue tidak boleh
tergoda.
Sebelumnya gue emang baca baca tentang artikel para
traveller ulung di blog mereka.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat akan
melakukan travelling, apalagi travelling perdana. Salah satunya adalah menyusun
jadwal. Nggak lucu banget udah capek capek ngumpulin uang, udah ke kota tujuan
tapi masih bingung mau kemana. Dan akhirnya malah tersesat dan tak tau arah
jalan pulang. Jadi, gue berkomitmen untuk melakukan travelling ini se-smooth
mungkin. Demi....
Kedua, gue juga nulis apa apa aja yang harus gue bawa.
Ini juga penting. Gue tulis semua dari baju yang akan gue pake ke pantai, yang
buat ke Keraton gue nantinya pakai rok batik, semuanya gue rencanakan secara
matang dan bijaksana.
Gue juga ngitung berapa duit kira kira yang akan gue
keluarin. Bukannya apa apa, untuk modal menginap 3 malam 4 hari ini gue cuman
mampu membekali diri dengan lembaran uang merah merekah sebanyak 3 lembar saja.
Gue harus benar benar mengencangkan ikat pinggang sekencang kencangkan.
H-3 gue mulai heboh. Dan bukan hanya gue, orang tua gue
pun ikutan heboh.
“Ke, HP selalu on.”
“Ke, kalau udah sampai Solo, kasih kabar..”
“Ke, jangan sampai ketinggalan kereta.”
“Nanti di stasiun Lempuyangan langsung SMS Uma..”
Dan sederet wangsit lainnya.
Gue Cuma bisa manggut manggut sambil duduk dengan takzim
di sebelah Ayah yang pagi itu nganterin gue ke terminal Bawen.
“Loh, katanya mau ke Jogja? Kok malah ke Solo? Bukannya
Solo dan Jogja ada di arah yang berlawanan? Bukannya dari jalan depan rumah
juga bisa langsung cus ke Solo naik bis Safari Royal dengan bermodalkan 40
ribu?”
Justru ini letak keseruan yang ingin sekali gue rasakan.
Rumah-Solo-Jogja adalah ibarat segitiga sama sisi ABC. Rumah gue yang ada di
sudut B memang sangat bisa oh bisa langsung menuju C, hanya saja karena gue
ingin rute yang lebih menantang dan berbeda, gue dari B, menuju A terlebih
dahulu, dan akhirnya berakhir ke C. Gue ingin naik kereta api.
Begitu sampai di terminal Bawen, gue dengan begitu
bersemangat turun dari mobil Ayah. Usai berpamitan, gue menunggu bis yang akan
mengantarkan gue ke kota Solo. Bis Safari Royal Patas. Tak menunggu lama, gue
bisa merasakan empuknya seat bis Patas dan dengan patas berlabuh ke kota Solo.
Untuk pergi ke Solo, gue memakan waktu sekitar dua jam dan di perjalanan gue
makan bermacam macam roti karena lapar. Setelah sempat tidur sambil kepala
berayun ayun di udara dengan begitu syahdunya,akhirnya sampai juga gue ke
terminal Tirtonadi.
Gue udah sampai di sini, dan sekarang tinggal bagaimana
menuju ke stasiun kereta api dari terminal ini.
“Apakah lu tau dimana stasiun kereta api berada?”
Pertanyaan bagus.
Jelas dong.....nggak.
Karena ini kali pertama gue akan naik kereta api dari
Solo menuju Jogja, jelas gue nggak ngerti stasiunnya dimana. Bahkan, gue juga
nggak begitu paham gue harus ke stasiun apa. Gue pikir, di Solo cuman ada satu
stasiun saja. Ternyata....
“Pak, kalau mau ke stasiun dari sini kemana ya pak?”
tanya gue ke bapak bapak yang melayani tiket untuk masuk ke ruang tunggu di
terminal.
“Stasiun apa mbak?”
“Stasiun di Solo, pak..”
“ya apa?”
“Adanya apa pak?”
“Stasiun balapan apa purwosari?”
“Uhm, stasiun yang ada kereta Prambanan Ekspress-nya yang
ke Jogja yang tiketnya 10ribu, pak..”, ucap gue dengan lugunya.
“Owh, Balapan? Itu nanti ke kanan, terus ke kiri mbak.”,
ucapnya sambil melayani para pembeli lain.
Gue sambil jalan begitu memeras otak gue tentang teka-teki
jalan yang diberikan bapaknya. Itu ke kanan terus ke kiri adalah petunjuk
paling absurd yang pernah gue terima. Akhirnya bertemulah gue ke tiga polisi
yang sedang berjaga. Begitu mendapatkan petunjuk dari mereka, gue bisa melaju
ke stasiun Balapan dimana Didi Kempot mengutarakan kota Solo sing dadi
kenangan, kowe karo aku, naik ojek dengan membayar 10ribu rupiah.
This is it!!
Stasiun Balapan ada di depan mata gue. Dengan semangat 45
gue langsung menghambur ke dalamnya, dan mencari loket kereta Prameks
bertuliskan 10ribu rupiah saja. Ya, it is true!!
Harga tiket kereta Prameks dari Solo menuju Jogja dengan
waktu tempuh sekitar 2 jam adalah 10 ribu saja. Biaya ini sama dengan biaya
yang gue keluarin untuk naik ojek dari terminal Tirtonadi menuju stasiun
Balapan. Oh my!
Begitu gue beli tiket super murah itu, gue kemudian masuk
ke area ruang tunggu di pinggir railway.
Datang terlalu awal satu jam jelas jauh lebih baik
daripada terlambat 1 menit. Walau pun cuma satu menit, kalau terlambat, just
say good bye to the train. Ketinggalan kereta.
Sambil menunggu kereta yang pasti akan segera tiba, otak
gue sudah menimang nimang sejuta rencana tentang liburan di Jogja. Ini adalah
kali pertama gue bertandang ke Jogja dalam waktu yang lama, dengan rute yang
berbeda, dan tanpa ditemani siapa siapa. Bisa dibilang, solo travelling. Hanya
saja yang solo cuman proses berangkatnya aja. Nggak papa, namanya juga usaha. Dan
sensasinya berjuta juta lebih berbeda!!
Nah, kereta datang. Gue harus dengan sigap naik kereta
sehingga bisa memilih seat yang terlihat paling nyaman. Gue pikir kereta
semurah ini pasti tidak akan nyaman, mungkin agak kotor dan penumpang akan
berdesakan. Dan pikiran gue itu...salah. Bahkan, gue dengan nyaman bisa duduk
di gerbong khusus wanita. Iya, semua penumpang yang ada di gerbong itu adalah
wanita.
Tut...tut...tut...
Kereta pun mulai melaju.
Sekitar 2 jam gue duduk di salah satu seat di depan
jendela gerbong. Beberapa kali kereta meluncur membelah lembaran sawah yang
tampak mulai menguning. Kereta berhenti sekitar dua kali untuk menambah
penumpang, dan akhirnya...here I go!
Gue sampai di stasiun Lempuyangan dan sangat siap untuk
menjelajah kota Jogjakarta.
No, gue nggak selamanya sendiri. Seperti yang gue bilang,
akan ada sahabat gue sejak SMP yang akan menemani gue kali ini. Tak menunggu
lama, Uma akhirnya tiba. Hari sudah sore dan kita memutuskan untuk istirahat
sejenak ke kostnya.
Seperti tidak ingin menyia nyiakan waktu, setelah mandi
gue dan Uma bersama sahabat gue yang lain bernama Ellen berencana untuk makan
malam. Lagi lagi, ini tidak biasa.
Setelah sempat tersesat dan menerobos jalanan malam,
akhirnya kita sampai di salah satu resto yang menjual masakan Korea seperti
Bulgogi; daging sapi bercampur bumbu dan sayuran, kimchi, dan masih banyak
lagi. Sebagai penggemar drama Korea, kurang sedap rasanya kalau kita belum
pernah mencicipi apa yang mereka makan di drama itu. Berbekal dengan alasan itu
akhirnya kita menghabiskan malam di D’Jaenggeum Resto. Malam ini belum selesai
sampai di sini. Setelah mengenyangkan perut, seperti rundown yang sudah disepakati,
kita akan bermandikan cahaya di Taman Pelangi, sebuah taman yang dibangun di
sekitar museum Jogja Kembali dengan bepuluh puluh lampion cantik yang
bertaburan cahaya. Ini jelas bukan lampion biasa. Dari lampion dengan bentuk
bermacam macam bintang laut, lampion bunga, sampai lampion berwujud tugu muda
ada di sini. Bahkan, lampion raksasa burung garuda pun dengan gagah ikut
menyemarakkan taman Pelangi. It was just totally awesome!! Dan Taman Pelangi
menutup hari pertama gue di Jogja dengan begitu cantik.
Ah, hari kedua! Semenjak subuh gue bangunnya udah nggak
santay banget. Gimana mau santai?? Gue kali ini akan ke suatu tempat yang
saking pinginnya, udah gue masukin ke salah satu dream destination gue!! Gue
akan menghanyutkan diri memasuki mulut gue, berjalan bermodalkan ban di sela
sela stalakmit dan stalaktit yang berjuta juta usianya, lalu gue akan
meneruskan perjalanan dengan melarungkan diri di sungai hanya dengan sebuah
ban!!
“Umamiiii, let’s go!!”
Begini ceritanya emang kalau dua umat manusia ingin
berlibur dengan hanya mengantongi ucapan bismillah dan sebuah alamat tanpa
mengkatamkan pengetahuan tentang bagaimana ke alamat itu.
“Ma, ini ke kanan apa ke kiri yak?”
“Uhm...ke kanan aja..”
“Kok bisa gitu?”
“Feeling, mey...” Begini ini kalau perempuan. Memutuskan
jalan juga pakainya feeling, jadilah kita selama beberapa jam hanya lurus dan
berbelok tak berujung. Hingga pada akhirnya,
“Mbak, mau ke Goa Pindul ya mbak?”
“Kok tau? Masnya cenayan yah?”, ucap gue tertahan.
Ternyata, dia tahu sejak kita tanya kepada seorang bapak bapak yang merupakan
penduduk di sana tentang keberadaan goa yang lagi booming ini.
“Nggak mas, makasih...kita mau ke sana aja..”, ucap kita
bersikukuh untuk jalan tanpa mengikutinya. Bukannya apa apa. Gue ingat pesan
Ayah di rumah. Jangan mudah percaya orang di jejalanan. Bahaya! Dan kini gue
dan Uma mencoba amalkan.
“Sumpah mbak, saya nggak minta apa apa. Nanti saya dapat
bagian sendiri dari agennya, mbak.. Kalo nggak percaya mbak boleh panggil
polisi buat nangkep saya! Demi Alloh mbaak....”, ucapnya sambil terus mengejar
kita. Gue dan Uma mulai kalang kabut antara kita nggak tau lagi ini sampai di
mana karena semakin ke pedalaman dan juga kegalauan yang muncul akibat
kemunculan mas mas dari nowhere ini.
“Udah Mey, coba kita nurut aja. Nanti kalo ternyata
tempatnya mulai mencurigakan, kita kabur.” Uma akhirnya mengambil keputusan
sambil terus menyetir.
Dengan mengucap basmallah, akhirnya kita mengikuti mas
mas penunjuk jalan yang agak maksa.
Violaaaa,
Ini adalah mimpi menjadi nyata! Dan tidak sampai di situ,
gue dan juga Uma setelah menempuh medan mencekam di jejalanan penuh batu kapur,
kita juga bisa melangkahkan kaki ke sebuah pantai antimainstream bernama Pantai
Pok Tunggal. Soal pemandangan? Jangan ditanya.... Kilahan air berkilatan
terbentur sinar matahari keemasan di ujung senja memberikan sensasi tersendiri.
Desiran ombak beradu dengan angin memberikan sentuhan alam yang begitu
menakjubkan semua indra. Berkat Uma yang so wow banget melajukan motor dari
pagi sampai senja, gue bisa menangkap semua kenikmatan ini.
Dan well, di tepi pantai, di ujung magrib bersama dengan
kilatan air menjilati telapak kaki, gue membuka lengan lebar lebar seraya
berkata,
“Thanks God, my first travelling is damn awesome!!”
Gue belum pernah ke Jogja jadi baca ceritanya aja :D
BalasHapussalam,
blogger juga^^
Aaaakkkk luar biasa banget Kak! Keren. Dengan modal seadanya, tanpa belanja, ngirit uang yang penting bisa travelling... It's so amazing pokoknya.
BalasHapusApalagi waktu pergi sendiri dan kebingungan nyari stasiun. Akhirnya selamat juga. Terus semangat dilanjut di hari kedua, ditutup sama view pantai yang indah. Aduh... Aku mau juga travelling gitu. Sayangnya... aku masih ngandelin uang orang tua. Nggak mungkin rasanya :(
Sumpah. keren....
BalasHapusPengen banget gue nyoba travelling kaya begituan. kapan2 kalo pergi lagi ajak gue ya...
hahaha. emang siapasih gue... kwkwk
kak Meykeee Goanya bikin envy, pengen bangeeettt >.<
BalasHapusAku tadi sempet bingung kok bisa safari dari abwen-solo 40rb? ternyata patas toh, mahal juga ya, biasanya aku dari terboyo sampai solo cuma 20rb loh *ini curhat* pantainya juga kereeen, aku belum pernah nyicipin pantai jogja, tapi kalo ke taman pelangi udah :D