Sepanjang mata memandang hanya ada air tenang dengan riak satu satu terbentang. Beberapa kapal dengan penuh penumpang tampak hilir mudik membelah rawa. Beberapa perahu panjang dengan hanya satu orang mendayung di tengahnya juga nampak menawan di ujung retina. Mentari bersinar terang seakan mengamini Rihanna, “Shine bright like a diamond, shining bright like a diamond..... Oh mennn, kini satu kayuhan lagi gue bisa mencentang bucket list nomor sekian. Kayuhan kaki di batas senja tujuh bulan lalu mengantarkanku gue, anak rantau asal Jawa sampai di tanah Sunda ini bersama anak anak Betawi yang ramah sekali. Gue menghirup udara yang segarnya sampai ke sumsum tulang belakang ini dengan pantulan mata penuh binar. Setu Cileunca, rawa di ambang mata seakan berkelakar menyambut gue,
“Sok mangga ulin ka dieu!!!”
Lalu dengan penuh takzim gue menjawab,“Inggih, kulo pancen bade dolan kaleh sampeyan!! Sumonggo mang diderekaken!”“Ora popo...” Jawabnya menimpali gue. Kayaknya dia kebanyakan nonton Opera Van Java.Bersama teman teman baru ini gue mendayung terkepung kilahan air menuju pucuk sana untuk akhirnya meliuk liuk di sungai berliku penuh riak, penuh canda, penuh tawa dan penuh kenangan. Let’s go!!!
---
IF THERE IS A WILL, THERE
MUST BE A WAY! MUST!!
Perjalanan ini bermula
dari khayalan berjamaah gue dan Miss Dian tiap kali nyari inspirasi di
teachers’ room. Cuman, kami sering salah fokus, bukannya nyari inspirasi di
buku grammar malah nyari inspirasi di google dengan kata kunci “RAFTING
BANDUNG”. Entah darimana asalnya, kami berdua ingin sekali mencoba terpental
pental di sebuah perahu karet.
“Ih, ini kayaknya keren
Misss...” lalu gue buru buru ngelap mulut gue yang mulai berbusa.
“Iya, ke Sukabumi naik
apa ya Miss?” Dia bertanya ke gue. Ini bagaikan bertanya pada burung gagak yang
lewat depan rumah.
“koaaak...koaaak..koaaak...”
“Miss Dian, tahukah kamu
dari mana aku berasal? Aku berasal dari sebuah kota kecil di kabupaten Semarang
sana bernama Ambarawa yang berjarak sekitar 500 km dari sini. Bila kisanak nak
bertanya tentang ke Sukabumi naik apa, lalu kemana lagi ane nak mencari
jawaban?” Miss Dian mengangguk angguk tanda mengerti. Lalu kita mulai mendapati
satu masalah.
Sukabumi terlalu jauh,
sodara sodara. Lalu, Miss Dian mendapati hidayah kalau kita bisa ke Bandung
saja. Ini lebih dekat. Setelah mencari di Google juga Youtube, akhirnya pilihan
kita jatuhkan di salah satu spot Rafting Bandung bernama Setu Cileunca.
Masalah tempat sudah
beres. Nah, sekarang disusul masalah baru.
“Miss, kita ke sana sama
siapa Miss?” Lalu kita mengedarkan pandangan ke segala penjuru. Teman kerja sih
ada, cuman kita satu golongan tetapi beda aliran. Mereka lebih suka menancapkan
pandangan ke tas tas indah dengan baju yang menjulur julur daripada naik kapal
ban di sungai lalu basah semua sekujur badan.
Satu satunya harapan gue
terletak di genggaman Miss Dian. Apa yang bisa diharapkan dari anak rantau
semata wayang hobi ngupil yang butiran debu kayak gue? Setiap hari setelah
pulang kerja gue cuman berteman sepi terkebung empat bilah dinding pasi yang
kadang gue ajak omong.
“Udah makan belum Di? Gue
lafer nih...Nasi masih ada khan di magic jar??”
“..................”
“Oh iya, gue khan hari
ini nggak masa nasi ya? Hahaha...Enaknya makan apa ya Di??”
“...................”
“Ah, iya bener bener
kayaknya tinggal beli kornet terus dimasak di magic jar aja udah gitu yak...ide
bagus Di...”
“.................”
Lalu, gue berdoa siang
malam semoga Miss Dian mendapatkan satu buah paket teman rafting yang bisa
menyusun langkah bersama berlekukan di sungai yang jernih airnya, segar
udaranya. Aamiin...
--
“Gimana Miss??”
“Ahh, aku udah dapat 3
teman dan juga bareng adik dan keponakan aku Miss. Mereka fixed!” Bunga bunga lalu
menelusup ke jantung hati nona yaitu jantung hati gue. Lalu gue sujud syukur.
Gue dan Miss Dian kemudian saling menyilangkan lengan di punggung masing masing
teman. Kita berpelukan.
“Apakah ini benar benar
kenyataan Miss Dian??”
“Iya Miss Meykke...Inilah
kenyataannya...”
“Alhamdulillah Ya Alloh,
terimakasih ya Alloh...tolong Meykke Ya Alloh....”
Kita kemudian berhamburan
ke taman penuh bunga berwarna kuning dengan kain sari yang membelit masing
masing pinggang.
“Kabhi Kushi Kabhi
Ghaaaaam...”
*udah ah main sinetron
Indosia*nya.
*nih pembukaan aja
panjangnya kayak nulis skripsi
--
LET'S GO BABY!!!
4 Mei 2014
Itu adalah tanggal
terbaik yang bisa kita pilih. Sebenarnya gue dan Miss Dian memilih pertengahan
April. Hanya saja teman teman Miss Dian yang amat sangat sangat kami butuhkan
ini belum bisa pergi. Jadilah hari itu akhirnya gue pagi pagi di hari Minggu
udah mandi. Ini jelas hal yang sangat langka terjadi di dunia ini.
Ah, sebelumnya Miss Dian
telah mengatur secara tuntas pembayaran kita bertujuh. Satu orangnya dikenai
biaya 175 sekali dayung walau nggak 2-3 pulau terlampaui. Gue mendayung di
sungai, bukan di laut. Setelah uang ditransfer, akhirnya urusan booking
membooking menemukan titik terang kayak apa yang dikatakan Ibu Kita Kartini. “Habis
gelap terbitlah terang.” Cihuyy!!
Jam 6 pagi hari bersama
Sera gue menarik gas sejangkauan jari menuju ke rumah Miss Dian. Di sana, mobil
sudah siap dan ada teman Miss Dian juga sudah sampai di TKP. Intinya, gue telat
-.- 30 menit.
“Maaf beribu ribu maaf,
kawan...”
Bukannya gue membawa serta budaya 'alon alon penting kelakon telat ora popo', tapi gue belum begitu terlatih menjadi anak kost yang dari mandi sampai siap siap dikerjakan sebatang kara.*ngeles *padahaltelatbangun
Ngomong ngomong soal
temen temennya Miss Dian, gue belum pernah kenal sebelumnya. Beneran.
“Ehm, kita belum pernah
ketemu khan Mas sebelumnya? Baiklah, ehm dengan mas siapa?”
*LupikiriniacaranyaDeddyCombantrin? *owhyamaap
Tetapi yang gue suka dari
merantau adalah gue bisa menemukan tempat tempat baru yang belum pernah gue
jajaki sebelumnya. Gue akan melakukan banyak hal baru dan yang paling penting
adalah bisa bertemu dengan orang orang baru. Walau pun di awalnya gue butiran
debu. Tapi nggak papa, butiran debu adalah gumpalan debu yang tertunda.
Di mobil saat berangkat
gue bingung mau ngomong apa karena gue juga belum tau nama mereka siapa. Saat
naik mobil, gue hanya melemparkan senyum seolah berkata,
“Assalamualaikum ikhwan,
my name is Meykke from Ambarawa...”
Semoga mereka mengerti.
Seiring berjalannya mobil melintasi tol Purwakarta menuju Bandung, sedikit demi
sedikit gue tahu nama nama dari masing masing mereka. Nanti kalau udah foto
sampai di Bandung gue kasih tau buat lu.
Saat di mobil sebenarnya
gue pingin ngajakin mereka foto gitu bertujuh, cuman gue mengurungkan niat.
Takut mereka terbebani.
“Ohh meeeennn, ni ukhti
kayak anak alay yang laferr aja apdet status, mau makan bukan berdoa tapi foto
dulu....makanannya.”
Nggak jadi. Urat sisa gue masih tersisa.....dikit. Lalu, mobil kembali
melaju syahdu.
Sebenarnya ini adalah
kali ketiga gue mengayuhkan langkah ke Bandung. Yang pertama di awal awal gue
kerja bersama tante, om dan sepupu. Saat itu kami piknik ke Ciater,lalu berubah menjadi koboi di D’Ranch dan
juga menginap di salah satu vila dengan banyak pendaran titik sinar di malam
hari yang bisa dilihat dari balkon vila, La Oma hotel and Resto. Yang kedua
adalah di awal tahun 2014 bersama big boss dan teman teman kerja tanpa Miss Ayu
dan Miss Dian karena belum bergabung. Saat itu gue menyaksikan bilahan asap abu
abu yang tak henti hentinya mengepul di Kawah Tangkuban Perahu dilanjutkan
turun ke Bandung mengunjungi sahabat gue dan menikmati panorama Gedung Sate di
sore hari, juga segarnya hembusan udara pagi Kota Bandung di carfreeday Jalan Dago keesokan harinya biar kayak anak gaoool Bandung. Now, I am coming again!!
Dari deru asap dimana
mana khas kota Jakarta (oke well, ini Bekasi anggap aja Jakarta gitu biar
asapnya lebih kerasa), lama lama hehijauan mula terpampang di sepanjang jalan
menuju Bandung. Bahkan, di tol Purwakarta gue bisa melihat bukit bukit dengan
rel kereta api yang membentang dari pucuk satu ke pucuk lainnya, seakan rel
relnya yang gagah perkasa melayang di antaranya. Andai gue bisa naik kereta
melewati jalur itu sensasinya pasti keren kayak di Hollywood saat Shah Rukh
Khan nyanyi Chayya Chayya.
*itubollywoodkeles
*alaahsamasamaoliwud
*briptuNormanapakabar
Setelah mengayuh 100km
lebih, akhirnya kami keluar tol dan udara Bandung sudah mulai menyeruak. Dari
Bandung kami mulai melanjutkan perjalanan ke Pangalengan.
“Wilujeng Rawuh!” Itu
adalah kalimat yang banyak terpampang di pagar pagar sekolah dan instansi pemerintah.
Kalau di Jawa semacam “Sugeng Rawuh” alias Welcome. Ohh menn, sekarang gue
sedang berpijak di tanah Sunda bersama teman teman Betawi asli. Lalu, kami
membelah jejalanan bandung, naik terus, terus dan terus!! Ahh, semangat terus
berletupan kayak popcorn rasa caramel dan keju.
“100 metres, turn
left....”
“100 metres, turn
right...”
“100 metres, turn around,
go home..”
Kira kira begitu bunyi HP
milik mas Zaki, salah satu personil girlband kite. Untungnya kita ditemani mbak
mbak kurangkerjaan yang ibarat mas Zaki adalah Dora, dia adalah peta.
“Mana peta?? Mana
petaa???Tanya Peta? Setu Cileunca dimana??”
“100 metres, turn left...”
Setelah turn left,
“100 metres, go
straight...”
Setelah jalan lurus –sepuluhyangmestiditempuh,
yangpertamabahwaAllohMahaEsa,yangkeduaMuhammadRosulKita,erirerireirerirerieee...-
,si mbak mbak komentar lagi.
“100 metres, turn
right...”
Gitu mulu sampai kiamat.
Nggak nyampe nyampe!! Kami sudah duduk di bis selama 3 jam udah makan roti
minum nutrisari tapi nggak nyampe nyampe. Dan jalannya, beuuuh.....
Jalan Pangalengan
mengingatkan gue jalan akan ke Bukit Bintang, Jogjakarta. Jadi inget setahun silam saat gue mengarungi jejalanan di Gunung Kidul Jogjakarta demi tujuan yang hampir sama! Goa Pindul! Hanya saja dulu gue raftingnya cuman pake ban ditarik pake tali dengan bapak bapak yang berenang menunjukkan jalan yang benar. Jalannya terus
menanjak dengan jalan yang lika liku. Gue bingung, ini jalan raya apa jalan
hidup, gini amat berliku likunya. Cuman, jalan Pangalengan ini bisa gue bilang
jauh lebih ekstrim dua kali lipat daripada jalan ke Bukit Bintang, juga lebih
jauuuuuh. Ini tuh jauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuh bingits. Kita harus pelan pelan
karena lekukannya sangat curam. Gue kegirangan, berasa naik jet coaster versi
real.
Tapi semua usaha yang
dikerahkan sama sekali not at all sia sia. Woyoooo, every single struggle will
pay off, men. Kita disuguhi panorama serba hijau di sepanjang jalan dengan
udara dingin yang menyapu nyapu wajah, menusuk dalam sampai ke pangkal ulu hati.
Segarnya subhanalloh bukan main. Sekarang, kita tak perlu lagi AC, buka saja
jendelanya dan udara sejuk menyeruak ke penjuru mobil. Ahhh, sumpah! Gue jadi
kangen banget sama Ambarawa tercinta. Coba kalau lagi di Jakarta gue buka nih
jendela. Yang ada kedua corong hidung gue akan menghitam saking membahananya
kepulan asap yang membumbung memenuhi seantero kota. Ini berasa kayak malem
malem mati lampu terus nyalain sumbu minyak tanah. Tapi, kali ini lain. Kali
ini gue sedang dibuai angin syurga.
Gue langsung kesurupan
drama Korea. Begitu gue buka jendela mobil, gue memampangkan wajah gue
sepenuhnya, lalu gue akan memejamkan mata seolah olah merasakan tiap inci wajah
gue yang terbelai mesra oleh angin sepoi sepoi. Gue meresapi banget tuh momen.
Gue berasa kayak Song Hye Kyu versi muslimah bersama Lee Min Ho menyetir tepat
di sebelah gue. Sebenarnya gue juga pingin mengeluarkan sebilah tangan gue
keluar dengan telapak tangan menghadap ke atas. Lalu gue akan berimajinasi
seakan rambut gue terburai menjulur julur dimainkan angin. Ah, indahnya dunia. Cuman
sesi mengeluarkan tangan gue urungkan. Gue gelisah kalau kalau temen temen yang
baru gue kenal dan juga merupakan temen berlabel ikhwan pertama yang gue punya
semenjak gue merantau ini merasa terbebani hidupnya.
“Aduuuuuuuuuuhhhh, nih
wong Jowo norak amaaaatttt!”
Tapi ngomong ngomong soal
temen temen seperjalanan gue ini, gue jadi inget temen temen cowok seperjalanan
gue saat mengarungi jalan setapak menanjak Gunung Andong, setahun silam. Gue
fikir cowok cowok Jeckardah adalah cowok cowok yang sudah terkontaminasi oleh
polusi, tetapi kali ini anggapan gue tidak sepenuhnya benar. Travelling bersama
mereka berasa kayak travelling bersama teman teman SMA gue dulu; baik, asik,
lucu, dan tidak menakutkan. Nanti gue ceritakan lebih lanjut kalau udah abis
travelling bareng.
Setelah mengarungi
jejalanan selama LIMA jam. Whattt?? Limaaaa??? Iya, kita mengarungi jalan
selama 5 jam!!! Akhirnya dari kejauhan sebentangan rawa seakan tanpa batas
melambai lambai seraya berkata,
“Wilujeng Sumping,
Meykke....”
“Owh nggeeeeeh...Matursuwun..” Gue
berapi rapi mengamini kata Bang Haji Rhoma Irama.
“Bang Haji, you are
right!! Masa muda memang masa yang berapi api bang Hajiiii!!!” Gue main holahop pake jari di dalam mobil saking girangnya.
“Lihat, itu Setunya,
kawaaan!!!”
sumber |
“Oh My God, air
berkilahan kegemaran telah memanjang di batas pandang!! Let’s goooooo!!!”
Gue masih belum percaya
kalau akhirnya bucket list nomor sekian akan segera terkatamkan sudah.
--
Lengkap dengan jaket
pelampung juga helm gaul anti batu, gue sudah berdiri tepat 7 cm di batas rawa.
Gue melayangkan pandang dan air yang berkilatan menyapa gue penuh hangat. Teman
teman gue juga dengan wajah penuh binar sudah mulai masuk ke perahu karet
masing masing.
Dengan personil 7 biji, kita menyewa 2 perahu. Satu perahu maksi diisi oleh 6 orang ditambah guard!! |
selfie dulu biar gaooool |
nggak cuman muka, kaki juga perlu selfie. kurang gaoool ape gue. |
Di Setu Cileunca ini kita
akan mengarungi pesona dihantam riak sungai Palayangan yang syahdu dan mesra!!
Bentar ya, gue merasakan
sensasi terkoyak koyak dulu sebelum gue lanjutkan cerita gue yang sudah panjang
kali lebar bagi dua ini. Kalau kebanyakan nanti lu baca cuman awal sama akhir
padahal gue nulisnya sampai mimisan.
Tapi, menurut gue, hal
berharga dari suatu travelling bukan hanya saat mata beradu tujuan. Lebih dari
itu, yang berharga adalah pengorbanan dan perjuangan untuk bisa merengkuh
tujuan. Dan ini adalah selumit cerita tentang perjalanan panjang yang gue dan teman
teman gue lalui demi sebuah perahu karet bergoyang goyang di sela bebatuan
sungai. Rafting!!!
Lalu,
Apakah akhirnya gue puas
dengan koyakan dan segenap pelanting yang dihasilkan oleh Sungai Palayangan?
Apakah gue bisa berfoto
di sela sela mengarungi jeram makanya namanya arung jeram?
Apakah perahu yang gue
tumpangi terkoyak lalu terbalik kayak di video Youtube?
Apakah batu kali di tanah
Sunda sama kayak batu kali di sungai deket rumah di Ambarawa?
Siapa sajakah para ikhwan
yang dengan gagahnya menemani dua butiran debu ini?
Apakah Syahrini akan
menikah tahun ini setelah menyabet awards?
InsyaAlloh akan gue bahas
di bab berikutnya. Gue sedang antri mau bimbingan dulu ke dosen pembimbing
siapa tahu bab ini direvisi lagi. *salahfokus *udahluluswoyyyy
"Which favour of your Lord you would deny? |
-be continued-
Subhanallah,bagus banget pemandangannya.
BalasHapusEnak banget ya bisa rafting gitu.
Jadi pengen deh. semoga aja segera kesampaian. hehehe.
Itu mbak nya rafting pake rok gt?
alah alah alah alaaaaahhhh....:p
Hapusiyaaa, keren khaaann..:p
mey tetep aja ya, mau naik apa aja tetep gaoolll. hehe.
BalasHapusseru pasti tuh rafting. gue pernah mey. tapi gak dilokasi elit kayak gitu. cuma main perahu karet disungai doang, dan sukses kebalik perahunya. untung bisa berenang. :D
diperjalanan malah kesurupan drama korea. walaupun gak jadi merentangkan tangannya minimal udah ngerasain sensasi jadi song hye kyu versi muslimah. gue jadi ngebayangi kalo song hye kyu nya dijilbabin gimana ya wajahnya. :D
tapi itu raftingnya belum ke bagian yang menantang ya mey? penasaran gue gimana sih sensasi sebenernya? liburan kayak gitu cuma jadi impian buat gue mey. hhh. kapan2 ajakin gue napahhh.
*kita doakan saja semoga syahrini lekas menikah biar kebagian undangan ya mey. perasaan syarhini mulu deh dari kemaren* :D
ga cuman seru, tapi seru maksimaaaal cc Rita!!
Hapusahahaha, ya namanya juga usahaaa :D
beluuum, tar abis ini ya stay tuned ya cc Rita, hehehe..iya dulu juga jadi luburan impian Rit, ayoooo if there is a will there must be a WAY!!! :D
iya lha syahrini in banget di inpotaimen Rit..
Haduuhh.. jd ngiler pengen rafting.. seru kali yaa... -.-
BalasHapusmey gue bacaa KESELURUHAN TULISANNYA...
BalasHapusngggak cukup kayaknya yah, dibikin satu postingan doang, satu postingan ajah bisa sepanjang ini.
itu menggambarkan betapa asyik dan menyenanggkan liburannya.
ehh kapan2 ke cirebon asik loh :))
udah dua orang yang posting liburan keren :))
menarik banget ya rafting di pelosok bandung
BalasHapuspasti hawanya seger
di sana udah pake bahasa sunda ya. roaming deh klo dibls pke bahasa jawa, palagi bahasa asmat hehehe jd bahan guyonan.
cocok buat berbasah2 ria di perahu karet.
oya gmn kalo di postingan rafting berikutnya diberi tambahan anggaran biaya yang dikeluarin.
siapa tau aku bisa ngajuin proposal sponsor ke km
eh, salah...siapa tau pembaca yang pengen kesana jd punya anggaran biayanya hihihi
asli seru banget arung jeramnya...!!!
Wow.. Kerenn. Setu itu kayak situ kan? Eh gimana sih. Hahaha atau itu danau? Haha.. Kirain arung jeramnya di sungai yang arusnya deres bangetttt sampe bikin orang jatuh #halah haha xD
BalasHapusKa meyke kek nya orangnya asik, bisa cepet akrab sama orang baru. Terus lagi merantau sukanya jalan2 mulu. Haha..
Ini masih ada lanjutannya kan..Pose2 selesai liburan gitu, apakah ada cinlok disana? #halah haha ditunggu part 2nya kak. :D
wahhh kerennnn, sok isukan aing diajakan nyak,
BalasHapus*hayangeun :D
ditengah air pun fenomena selfie masih bisa mewabah, tapi tetep gaolll meyyyy. :)
btw gw juga pernah tuh main ke bandung, tepatnya ditangkuban perahu :)
baru itu doang sih -_-
Ini postingan lama baru di share ya, Mey? Hmm...Setunya keren. Boleh tuh ke Bandung ntar mampir kesana, sama Meyke yah:D
BalasHapusMerantau, namanya juga merantau, mencari sesuatu. Ya, sesuatu yang bisa membuat kita bahagia dan menemukan apa yang kita tuju selama ini. #haseeeek
Keren lah. Semoga cepat akrab juga kalau ketemu saya ntar. ^____^
wojojojojojojojojojojojo,,,,
BalasHapussegitu besar perjuangannya buat rafting :D ...
itu kenapa pakek rok miss diannya :D .
kok potonya hanya di danau ? rafting di danau ?
hmm aga capek bacanya kak Mey. tapi seruuu!!. masa muda emang harus berapi-api hahaha.
BalasHapusbtw itu saking kepinginnya kakak yaa buat nyobain yang namanya rafting, sampe berjuang melakukan perjalanan yang bergitu jauhnya. tapi pasti semua itu terbayarkan setelah kakak berhasil mengarungi sungai dengan perahu karet.
ternyata Bandung juga punya tempat liburan yang asik juga. btw udah banyak banget yang posting tentang liburan. gue sendiri? ahh mending liburan di rumah aja wkwk.
seru banget kak, di tunggu ceritanya pas menaiki arung jeram yaa hehe