“Meykke!!! Gerbangnya
sudah ditutup, Meykke!!!”
“Apppahhhh????” Gue lari
tunggang berlevel langgang. Rok gue jelas jelas gue singsingkan demi interval
langkah yang teruntai maha lebar. Dengan kaki berparas gagang korek api gue
menyelusuri pelataran ruko ruko untuk menuju gerbang maha dahsyat yang sudah
menciut sepanjang 10 cm saja.
“Meykke, cepattt!! 3
detik lagi gerbang akan ditutup!” Teman gue yang lebih cekatan dalam hal
berlari sudah ada beberapa centimeter di depan gue. Dengan keringat menganak
pinak karena kalau sungai udah mainstream, gue terus melajukan kaki jangkung
gue.
“Paaaaaaaaaaaaaaaaaaaak!!!!”
Ucap gue seraya menggapai jeruji pagar yang sekejab akan ditutup. Dengan muka
datar, pak Satpam mengijinkan gue masuk. Happ!! Sekali lompat menembus
kelebaran pagar yang hanya menganga 10 cm sedangkan saat posisi miring
kelebaran gue hanya 7,5 cm saja, gue langsung berhasil. Akhirnya gue bisa
meretas jalan demi sebuah ilmu hari itu. Dengan langkah tergopoh gopoh gue
berlari kecil karena kalau besar udah capek ke dalam kelas XII IPA 3!!
Gue megap tak terkira
saat sudah berhasil mendaratkan pantat gue yang minimalis di bangku sekolah.
Hal ini bukannya tanpa
alasan. Alasan kenapa ‘telat’ adalah semacam langganan buat gue adalah salah
satunya rumah gue yang dibilang terlampau jauh. Kata Ayah gue, jarak rumah ke
sekolah sejauh 25 km.
Dulu, saat gue masih
kelas 1, gue beranjak dari rumah jam 5.30!! Ayam tetangga masih berkokok
bersahut sahutan dan fajar belum menyilaukan sepenuhnya. Bahkan, teman teman
gue yang lain pasti sedang mandi. Gue??? Dengan seonggok tas bergelayut di
punggung, sepatu menancap erat di kaki dengan uang bersemayam di kantong sudah
siap sedia meniti jalan sepanjang 25 km!! Ibarat kata, gue siswa luar kota. SMA
gue ada di kota Salatiga, dan gue tinggal di kota Ambarawa. Ya, anggap aja
kota.
Gue harus jalan turun
dulu dari rumah gue menuju sekolah, kemudian dilanjutkan naik angkot selama
sekitar 20 menit menuju pusat kota. Nah, di sana gue harus nunggu bis yang
mengantarkan gue ke sekolah idaman gue ini. Perjalanan bis memakan waktu
sekitar 45 menit!! Jadi, kalau gue berangkat pukul 5.30 maka gue akan hadir di
sekolah pada pukul sekitar 6.35.
Hari merangkak, bulan
berjalan, tahun berlari. Semakin ke sini, merasa sudah menjadi senior, yang
semula gue mulai melangkah pagi pagi buta, pada akhirnya gue beranjak pada
pukul 6!!
“Assalamualaikum!!”
“Ikeeee, nggak makan
dulu???” Ibu gue berteriak dari balik dapur.
“Nggak, nggak ada waktu..”
Secepat kilat gue mengikat tali sepatu dan hendak berlari. Lalu, gue masuk
kembali.
“Buuuk, sangu...” Gue
sampai lupa minta sangu. Gerbang sekolah sudah menari rumbai di pelupuk mata
gue. Dan pada akhirnya, dengan keringat menjalar jalar, muka lusuh tak karuan,
bedak berhamburan dan bau badan mengalami pergolakan gue berdiri di ambang
sekolah. Pagar dengan jerujinya yang megah menatap sadis ke gue.
“Rasainn lu!!” Dia
bilang...
“Apaan lu??? Sini maju
kalau berani!!!”
10 menit berikutnya pagar
terbuka. Pak Satpam tanpa kumis mulai memberikan komando untuk segera berbaris.
Dia melirik lirik ke kanan dan ke kiri, dari bawah ke atas.
“Kalian kalau berangkat
sekolah aja telat, besok mau jadi apaaa??? Haaaa?????”
“Kamu?? Kenapa telaaat???”
Dia bertanya kepada satu murid di ujung barisan yang memakai baju tak disetrika
dengan rambut berdiri menatap langit.
“Telat bangun pak...”
“Cari mati nih anak...”
Batin gue. Gue mulai menyusun alasan alasan logis termaafkan.
“Saya harus memeras susu
dulu pak. Saya harus membantu Ibu saya dulu sebelum berangkat sekolah. Tapi,
sapinya ngambek nggak mau ngasih...” Oke, ini garing. Bahkan, di desa gue satu
biji pun nggak ada yang punya sapi.
“Jam saya mati pak, saya
pikir sekarang masih jam 6 ternyata udah jam 7 toh pak??” Ini kelewat bego.
“Pak, bis saya mogok di
jalan, pak. Tau sendiri bis ESTO khan tinggalan Belanda sekarang udah tua tua
pak, pada rusak di jalan...” Tapi, pak satpam tau kalau variasi bis Ambarawa-Salatiga
tidak hanya bis ESTO, tetapi bis SARI, SUKSES, dan REJEKI SUBUR.
“Pak,di Ambarawa maceeet
paaak...katanya ada truk mogok.” Gue pikir alasan terakhir adalah alasan paling
logis.
Maka, saat giliran
ditanya, gue menjawab serupa dengan muka seunyuk mungkin.
“Maaf pak, tadi di Ambarawa
macet pak...ada truk mogok di tengah jalan..”
“Lho?? Bukannya kemarin
udah macet?? Kok macet tiap hari?? Kok truk mogok tiap hari??”
Aduh!! Gue lupa kalau gue
udah pake tuh alasan buat telat edisi kemarin!! Gue seharusnya lebih bijaksana
menyikapi kebohongan dan menyiapkan lebih banyak amunisi alasan yang kreatif.
Gue tertangkap basah. Mata gue mendadak melirik ke kanan, kiri, atas, bawah
saking bingungnya. Sebentar lagi gue bakalan ayan di tempat. Gue menunduk
sedalam dalamnya.
“Ini pasti mimpi!!! Ini
pasti mimpi!!” Gue mengerjab ngerjab beberapa kali, dan gue tetap berdiri penuh
kegalauan di depan pak Satpam.
“Ini kenyataan, Meykke...”
Sejurus kemudian, gue
disuruh ke kantor untuk mencatat nama gue, dan alasan kenapa gue terlambat.
Beberapa kali nama Meykke
bertahta di buku keterlambatan itu.
Meykke, anak Ambarawa
yang harus mengarungi jarak 25 kilometer berlangganan telat. *sigh
--
Itu hanyalah segelumit
kisah kisah bodoh gue semasa SMA. Bagi gue, SMA begitu menghadirkan miliaran
warna buat kehidupan gue.
Kita masih berkutat di
buku Matematika, IPA, IPS dan lainnya. Dunia belum sekejam sekarang. Gue masih
berlenggak lenggok mengenakan rok selutut yang saat kelas tiga gue modifikasi
menjadi sedikit di atas lutut dengan pangkal di ujung pinggul. Lalu, seragam
atasan gue kecilin hingga tulang rusuk gue berbayang. Gue ngerasa keren sekali.
Gue juga hobi memakai bando yang gue beli bersama teman teman di depan sekolah.
Teman teman....Ah, gue
jadi kangen sama mereka semua. SMA mengantarkan gue pada cerita manis luar
biasa. Teman teman sekelas gue saat kelas 2 dan 3 adalah teman teman sekelas
yang begitu kompak. Selama dua tahun kita menimba ilmu bersama, mengerjakan
tugas bersama, bahkan tes pun berkolaborasi dengan sempurna.
Banyak moment kita lewati bersama, dari sekedar ngerumpi bersama di depan kelas dilanjutkan foto foto, beli jepitan rambut bersama, makan biting pedes dan gorengan bersama di belakang kelas, sholat Dhuha berjamaah, dan masiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiih banyak lagi.
Setiap hari kita membawa
tempat makan lalu kita makan bersama di dalam kelas. Saat ada yang ulang tahun,
maka teman teman akan mengkoordinasi untuk membelikan kue dan kita kasih
kejutan manis tiada tara. Di akhir kebersamaan kita juga hobi berfoto dengan
guru guru seusai pelajaran. SMA adalah putaran dunia paling indah bagi gue.
Teman teman yang tulus, pengalaman yang begitu seru, tawa yang tergelak gelak setiap
hari, dan cerita yang pasti tidak bisa dilupakan sampai gigi gue tanggal semua.
MOMENT MENGHARU BIRU...
Moment mengharu biru yang
masih lekat gue ingat adalah saat kita sudah ada di ujung waktu. UAN di ambang
mata, dan sekolah menggelar serupa pengajian bersama dengan banyak pesan dari
bapak dan Ibu guru. Banyak sekali pesan yang dilontarkan oleh guru maha
bijaksana gue.
“Banggakan orang tuamu,
gapailah cita citamu...”
“Jangan lupa sebelum mengerjakan
UAN, minta do’a dari Ayah dan Ibu... Do’a orang tua adalah do’a yang paling
manjur..”
Gue mengepalkan jari dan
berjanji dalam hati saat itu. Teman teman gue diam beribu bahasa, mencerna dan
meresapi setiap suku kata berikut maknanya dari mulut guru gue. Bahkan,
beberapa di antara temen gue sudah mulai pilek mendadak dengan raut wajah
begitu merah.
Usai pengajian atau
kultum, kita berjalan keluar dan bersalaman dengan semua guru yang sudah
berbaris mengarah ke pintu keluar. Dan begitu bersalaman, tangis kita berderai
derai, meledak ledak. Gue pun begitu. Entah kenapa rasanya seperti ada
bongkahan semangka yang membesar dan akan keluar, menggumpal. Yang gue pikirin
saat itu bukan hanya tentang UAN yang menakutkan, juga tentang perpisahan yang
mengakhiri tawa dan gelakan gue bersama teman teman gue ini. Tiga tahun terasa
hanya selumat waktu dan perpisahan terlihat begitu nyata namun menyiksa. Gue pilek
mendadak seperti yang lain sambil mencium tangan guru satu per satu. Gimana
guru?? Jangan ditanya... Mereka pun juga mbrebes mili saking terharunya.
Sampai di kelas, suasana
begitu sepi. Teman teman gue duduk di bangku masing masing dengan tatapan
kosong. Mukanya mendung berpetir. Gue pun sama. Duduk diam membisu. Tiba tiba,
dari arah belakang seorang laki laki kekar yang adalah teman gue mengeluarkan
suara suara mencurigakan.
“Hek hek hek..” Kira kira
begitu bunyinya. Gue sedikit melirik, ternyata pipinya sudah banjir. Gue liat
dia galau maksimal. Tak seberapa lama, teman yang lain pun mengeluarkan suara
yang senada. Satu, dua, tiga, empat, dan semakin banyak mendesir desir dengan
mata memerah dan hidung yang terus kembang kempis. Karena tak tahan, gue
menunduk dengan tangan yang menopang kepala gue di atas meja, dan mata gue
berderai derai. Pada akhirnya, kita menangis berjamaah di kelas. Ujung masa SMA
yang penuh haru dan sedih. Masa SMA yang penuh kisah manis dan pahit. Ibarat kopi, kita kopi susu premium dengan krimer melimpah ruah, pahitnya hanya setahi lalat.
Bagi gue, masa masa
sekolah paling berkesan adalah masa SMA. Di sana gue mengerti arti
persahabatan, arti kekeluargaan, arti untuk bisa bertahan, dan arti untuk bisa
memeluk impian. Tidak hanya itu, di SMA gue mulai mengerti arti mencintai. Gue
berasa gaul.
Seisi kelas dengan jaket kebesaran!! |
pose begitu dulu keren bingitttt!! Pose meniup kecup!! |
Pose seusai upacara dengan muka unyuk maksimal. |
Selepas Batik Day dengan dekorasi kelas super asoy sampai nyewa gerobak ronde berikut tukang rondenya!! |
Saat jalan sehat biar umur panjaaaaaaang semuanyaaaa.... |
Tapi, hidup harus terus berputar, dan masa kemarin bergulungan menjadi kenangan.
Gue bersyukur bisa mengenyam masa masa SMA bersama teman teman gue, menghabiskan tiga waktu bersama dengan setumpuk pengalaman berharga yang tidak bisa terbeli dengan apapun. Dan saat kamu sudah bekerja, maka kamu akan menyadari betapa teman sekolah dan teman bekerja begitu sangat sangat sangat sangaaaaaaatttt berbeda.
Teman SMA yang menjalin persahabatan dengan begitu tulus, muka hanya satu, dan jarang menghunus.
“Masa masa paling indah....kisahkasih di sekolah...”
Dan kita telah tumbuh dewasa, bahkan beberapa di antaranya sudah mengentaskan diri serupa ini. Tapi, teteeeepp...kompaaak, semoga sampai kakek nenekk!! "Tulisan ini diikutsertakan dalam giveaway “sekalian ulang tahun blog, ulang tahun Ichsan dan 2 bulanan buku #AyamSakit" |
setuju banget ! masa SMA itu masa yang paling indah :) biarpun sekarang terpisah jauh, masih tetep bisa komunikasi kok. Buktinya gue dan temen2 gue masih tetep bisa saling canda. walaupun di dunia maya doang, lewat grup Whatsapp hahaha :D
BalasHapusWaduh jadi pengen balik lagi kemasa SMA hehehe..
BalasHapusAku juga dulu waktu SMA sering ngerasain yang namanya telat,kalo di SMAku dulu kalo telat disuruh bersihin sekolah,payah banget emang....-_-
gue baru tu ternyata kak meike ini dianggil ibunya "ike" hahaha... sekolahnya jauh banget sih, emang di ambarawa nggak ada SMA apa? berangat sampe jam 5 pagi -_- itu mamang somay juga baru nyaiapin engkol..
BalasHapusbahasa ambrawanya 'jajan' itu 'sangu' yah, sama kek di sini. sangue bu :D
hihi seru memang pengalaman SMA dulu, saya dullu malah cukup beberapa kali terlambat dan akhirnya dihukum nyabutin rumput. terus juga males untuk ikut keg. organisasi :)
BalasHapuskalian sekelas kok berasa banyak banget ya....ramee...
BalasHapusiyasih masa SMA emang masa paling indah...nggak berasa yah sekarang udah gede semua..bahkan udah ada yang nikah....
ampun deh..sampe 25km gitu..kalo aku sih mending ngekos deh..hahaha
Hidup dalam sebuah asrama....dengan dilingkari setumpuk aktifitas wajib sehari2...tak terasa 4 tahun berada dalam sebuah lingkaran yg kadang kita sebut dengan penjara suci,sebuah pondok pesantren modern setara SMA disanalah tempat gw mengukir semua kenangan2 indah bersama sahabat yg kini sudah berubah menajdi saudara :D
BalasHapusmerasakan SMA hanya 3 hari yaitu saat UN doang,tp inilah hidup,walaupun kadang orang menganggap gw beda,karena tidak merasakan indahnya dunia SMA,tp inilah jalan yg gw ambil :)
Postingannya mengitkan gw akan indahnya masa2 itu ... walaupun agak sedikit berbeda hehe
25KM itu jauuhh bingiittt! Kenapa gak pindah sekolah yg lebih deket aja kak, ups di ambarawa gak ada sekolah ya? #ehh *dikeplak*
BalasHapusIyasih masa SMA emang nganenin.. Haha.. Tapi ya sudahlah, yang lalu biarlah berlalu. Ayuk kita melangkah bersama menuju pelaminan #Loh!
Ka mei, itu sekelas atau sekampuuuunngggggggggg! Banyak bangettt!!! (Kelasku juga dulu gitu sih, ada 40 murid) Hahaha xD
Wah lengjapnbanget ceritamya mey... Foto-fotonya bikin terharu . Banyak banget foto barengnya. Aku dulu gak sebanyak itu. Dan foto bareng di nikahan itu jg ruaammee bangett... Bener-bener kompak yaaaa...... Jadi agak kangen sama masa-masa sekolah
BalasHapuskisah kasih di sekolah :)
BalasHapusemang masa puti abu-abu itu adalah masa yang paling indah dalam hidup. kita melewati tiga tahun dengan sahabat2 yang sangat menyenangkan, belajar hal-hal baru, mulai dewasa dan mulai menemukan cinta monyet, banyak lah pokonya.
sebentar lagi gue juga akan mengakhiri masa putih abu-abu gue.
Apaaahhh? 25 km kaakk? Jauh banget itu kak ya ampun keren banget menempuh jarak sejauh itu. Kenapa nggak ngekos aja tapi?
BalasHapusHiks, bacanaya terharu ya. Emang masa-masa SMA itu paling indah. Temen-temennya kompak pake banget. Apalagi saat ujian.
Aku sempet dilema waktu menjelang UN. Di satu sisi pengen naik tingkat juga. Tapi di sisi lain nggak mau pisah sama temen-temen. Apalagi yang udah jadi sahabat. Kakmey gitu juga nggak?
Setuju banget sama kata terakhir. Temen-temen SMA dan sekarang itu beda jauh banget kak:((
Kompak banget itu kelasnya kak Mey :') Sedangkan waktu zaman gue memakai seragam putih-abu di tahun 2009-2012, gak ada sekompak itu. Mereka berkelompok. Ya yang pinter sama pinter, yang bodoh pun begitu. Kaya - miskin jelas terlihat. Bihiks :'(
BalasHapusTapi tetep gue ngerasain kalo memang temen sekolah jauh lebih berbeda ketimbang temen kerja. Temen sekolah amat sangat tulus, beda teman kerja. Malah kalo gue bilang, temen kerja itu nusuk dari belakang. Iyaaa. Kejam banget
Bener banget! Masa SMA itu masa-masa yg paling indah :') Aaa... Kangen masa-masa itu TwT
BalasHapuslangganan Esto? #eh
BalasHapussatpame galak men, Sapari ya? Nek Tugiyani ketoke ora galak :))
Sampeyan angkatan tahun pinten?
kerennnnn, gue terharu baca endingnya.....
BalasHapuscalon juara nihhh,
moga menang yaaaa :D
Selamat dah menangin GA-nya Ichsan Ramadhani, ya Mbak Meyke. Busyet sekolah jauh banget, tapi yang penting berkesan. Gue ke sekolah sering jalan kaki sampai sekira 3 km kurang lebih untuk ke mulut jalan raya. Lalu disambung naik sado. Asyik banget jalan pagi meski capek, napas ngos-ngosan, dan sepokat cepat jebol solnya.
BalasHapusIya, masa SMA atau SMU itu paling ngesenin. Ada seabrek cerita yang siap gombrang-gombreng. ;)
Ah.. anak SMA 1 tho.. :D
BalasHapus