Buku bernafaskan islam dan lainnya dari
berbagai induk bertebaran di sepanjang penjuru, memenuhi Istora Senayan dari Timur
sampai Barat. Arus pengunjung pun bergerak dari hilir ke hulu, dari hulu ke
hilir, sambung menyambung menjadi satu. Itulah Islamic Book Fair 2014!!
Tak ketinggalan, sebagai
pencinta lautan kata kata berlandas kertas, gue ada di ratusan pengunjung yang
memadati Senayan, mencari cari buku idaman dengan banyak potongan. Well, it’s
the syurga dunya fana!!
--
Siang itu semangat gue
berletupan tiada tara. Bagaimana tidak? Kali ini gue berasa gaul banget. Gue
akan menginjakkan kaki ke Istora Senayan ikut berjejalan untuk menyaksikan buku
buku bertebaran elok rupawan.
Hari Sabtu gue tetep
kerja, setengah hari saja. Begitu bel pulang berbunyi, gue menitipkan Sera ke
rumah temen kerja terbaru gue.
Adalah Miss Dian, seorang guru baru. Pertama bertemu, gue
menyimpan banyak harap. Dilihat dari the way she dress up, dia satu tingkatan
dengan Oki Setiana Dewi; kerudung lebar menutupi dada, baju longgar dengan rok
berumbai ria menutupi kaki jenjangnya. Bahkan, ilmu gue belum sampai untuk bisa
sampai ke tahap itu. Kedatangan Miss Dian membawa warna tersendiri dalam
keseharian gue. Salah satunya adalah hari ini, Sabtu tertanggal 1 Maret 2014.
Kegemaran kita akan
membaca mengantarkan langkah kita untuk menembus kemacetan Jekardah, hecticnya
bus TransJakarta, dan pernak pernik Jakarta yang serba paradoks.
“Di sini, kamu bisa lihat
orang jalan pake Ferrari sampai orang yang dorong gerobak yang adalah sekaligus
rumahnya.”
Itu bener banget!! Di
sini gue bisa lihat ibu ibu bergelimang emas bersisihan dengan ibu ibu dengan
baju pudar nan kumal sedang mengayun ayunkan anaknya di sebilah kain jarik yang
ditalikan tiap ujungnya di sisi gerobak. Gue melongok sekejab, bayinya masih
merah. Gue bisa lihat anak anak berbaju branded setelah melihat seorang anak
berbaju serba coklat dengan keranjang anyaman bambu berlubang besar menggelayut
mesra di punggungnya. Tak lupa dia memakai topi dengan warna senada dan membawa
sebilah tongkat besi kecil dengan ujung melengkung dan meruncing. Ranselnya
masih kosong, dia baru saja hendak bertugas. Sampah melimpah ruah di kota ini,
semoga beruntung! Semoga beruntung?? Mata gue panas memandang jejalanan Jakarta
yang menyuguhkan ketimpangan di tiap sudutnya. Ini adalah pemandangan jenis
baru yang tidak pernah sekalipun gue dapati di kota kecil gue dulu.
Gue jadi ingat film jaman
dulu yang berjudul “Rintihan Anak Tiri”. Jakarta bahkan lebih dari sekedar ibu
tiri, bagi mereka yang nekat hidup tanpa bekal yang cukup.
Ah, gue jadi ngomongin
Jakarta. Khan gue lagi dalam perjalanan menuju Istora Senayan. Yapp, jalan
untuk menuju ke sana memang penuh perjuangan. Berliku liku kayak drama Korea.
Satu dua kali naik mobil tidaklah cukup. Dari rumah Miss Dian, kita harus naik
angkot dua kali dan turun di depan TMII untuk bisa merengkuh shelter terdekat.
Ngomong ngomong soal
TransJakarta, ini adalah kali kedua gue merasukinya. Kali pertama gue sisipkan
kata ‘gagal’, karena toh kita nggak sampai di tujuan. Saat itu, gue bersama Uma
yang apesnya sama sama buta tentang Jakarta ingin menyegarkan mata menuju ke
TMII dan berakhir hanya di sebuah mall dengan tayangan 99 Cahaya Di LangitEropa sebagai obatnya. Menjelajahi Jakarta hanya dengan bekal bismillah dan kun
fayakun adalah tindakan yang bisa dikatakan bodoh. Kali ini, gue bersama orang
Betawi asli, hati gue tak perlu gundah. Gue mantap berjalan di sisi Miss Dian.
Beberapa kali transit dan
juga berjalan di connecting bridge yang seuper dueper puanjang, akhirnya Istora
Senayan berdiri megah di ambang mata.
Tanpa ba bi bu, kita
langsung menyelam ke lautan buku dengan begitu banyak penerbit yang saling
beradu.
sumber |
“Ini tuh gede Miss,
soalnya ini acara tahunan!”
Gue manggut manggut
sembari terus menyapu pandang dari kanan ke kiri, kiri ke kanan. Mizan, Diva
Press, Gramedia Group, Erlangga dan masih begitu sangat banyak sekali penerbit
tumpah ruah memenuhi Istora Senayan dari bawah sampai lantai teratas.
Di salah satu stand
penerbit, mata gue langsung menyelusuri jajaran buku yang baru baru ini
bertebaran di facebook. Ini adalah buku buku dari penerbit Indie yang berhasil
merangsek masuk menuju penerbit mayor dan diunggah di toko buku sepenjuru
Indonesia. Ah, rasanya gue ingin sekali melibas habis buku buku baru itu kalau
saja gue nggak ingat kalau gue masih harus hidup sebulan mendatang. Gue jangan
sampai khilaf. Gue langsung istighfar sepanjang perjalanan, memohon kekuatan.
Ada beberapa alasan gue
memilih buku buku di pameran itu.
1. JADI, TULISAN SEPERTI
APAKAH YANG BISA BERHASIL TEMBUS KE PENERBIT MAYOR?
Nah, ini dia. Gue pada
akhirnya membeli dua buku dengan menekankan point ini. Gue mencari buku buku
hasil lomba demi sebuah pencerahan tentang standard kualitas yang disodorkan.
Gue membeli buku itu bukan karena penulisnya sudah terkenal, melainkan cerita
cerita yang bisa berhasil menembus penerbit mayor.
2. MENCARI INSPIRASI
Seperti halnya jendela
dunia, buku juga gue dapuk sebagai sumber inspirasi. Contohnya untuk lebih
mengerti komedi itu seperti apa. Gue juga mengacu pada point ini secara gue
lebih tertarik dengan cerita cerita komedi. Ehm, sebenarnya gue suka beberapa
genre buku. Gue suka komedi ringan milik Raditya Dika dkk, comedy romance,
romance yang menyayat nyayat, pencerahan islami serupa buku buku Oki Setiana,
cerita perjuangan serupa buku buku Andrea Hirata, juga motivasi milik semisal
Merry Riana. Tergantung cuaca. Kalau cuacanya lagi hujan sepanjang masa, banjir
menganak pinak, maka gue suka romance cenderung mellow. Beda cerita kalau cuaca
lagi panas menyengat, berangkat pulang berhiaskan macet, dehidrasi, berkeringat, gue lebih milih
cerita komedi. Sedangkan, saat mendung selalu menggelantung, abis hujan
langsung panas, langkah terasa berat hidup terasa susah, gue menjatuhkan pilihan
pada cerita milik Oki atau pun Merry. Tergantung kebutuhan. Yang pasti, gue
selalu butuh.
Sebenarnya, pameran ini
juga nggak hanya menyodorkan lautan buku semata, tetapi juga lautan bintang
tamu dan para inspirator. Sayangnya, gue terlambat tahu semua ini. Gue baru
tahu kalau pameran ini ada run downnya setelah gue menginjakkan kaki di
pelatarannya. Gue baru tahu kalau semua
info seputar event ini bisa diintip di website resminya, di SINI.
Andai saja gue jam 2
sudah bertandang ke sana, bahkan gue bisa melihat langsung meet and greet “99
Cahaya di Langit Eropa” yang sekarang sedang promo sekuelnya yang kedua!!! Bahkan,
di lain hari gue bisa saja memandang kecantikan paras Oki Setiana Dewi yang
juga mengisi acara di sana. Dan masih banyak sekali para tokoh islam dan
bintang tamu yang mengisi acara di acara tahunan ini.
Tapi nggak papa, sudah
ikut berjubelan di sini pun gue sudah merasa riang gembira. Setelah sempat
malu, akhirnya gue mengeluarkan si Conhi yang sudah berkekuatan penuh. And here
we are!!!
pengunjung yang membludak dan didominasi oleh para hijabers |
Miss Dian tak ketinggalan |
salah satu buku incaran |
Pada akhirnya, gue malu
maluin.
Ini adalah pameran buku
terbesar yang pernah gue datangi. Kemana langkah gue mengarah, di sana tumpukan
buku seolah magnet habis digosok. Narik melulu.
Meykke boros : “Buseeet
Mey!! Diskon 30%, mana nih bazaar bukunya baru semuaaa!! Tuh naked traveller
dari 1 sampai 4 nooooh 30 persen oh my Goddd!! Nah loh buku nya Oki nih yang
paling baru!! Tuh tuh liat tuuuuh, Asma Nadia bukunya udah berjubel. Eh Meyyy,
sini Meyyy!! Buku buku yang lagi booming banget nih Mencintai Diam Diam! Oh
Meeeeeeeeeeen, buku Indonesia Mengajar jilid 1 dan 2 cantik banget nooooh!!Ya
Tuhaaaaaan, bukannya ini buku yang lo cari??? Kayaknya lucunya pecah Meyyyy...”
Meykke hemat: “Meykke,
istighar Meyyy....sekarang masih tanggal 1 dan kehidupan baru akan datang masih
25 hari lagi...itu berarti kamu masih harus menyambung hidup sampai 25 hari ke
depan. Sama seperti cinta, perutmu nggak bakal kenyang cuman makan buku doang.”
Meykke boros : “ Lu
santayyy aja napeee??? Ini tuh namanya KESEMPATAN!! Walopun lu kepleset juga langsung
nyampe gramed saking deketnya, tapi kapan lagi lu bisa dapetin 30% off??
Pikirkan dengan pikiran terbuka, Meyyy!!”
Meykke hemat : “Meykke
yang baik budiman, apakah semua buku yang akan kamu beli hari ini akan habis
kamu lahap sebulan ke depan?? Belum tentu... maka carilah yang sekiranya paling
berguna untukmu. Nanti, kamu bisa bikin kartu member di Gramedia dan bisa off
10%. Kamu pasti kuaaaat!”
Meykke boros : “Woyyy
Meyyy, cuman 10% doaaaangggg!!! Yaelaaaah....buku itu jendela duniaaa...semakin
banyak buku, lu semakin punya banyak jendelaaa..lama lama lu bisa bangun lawang
sewuuu!!”
Meykke hemat : “Ingat
Meykke, lu cari buku demi “Habis Gelap Terbitlah Terang”, bukan “Habis Gajian
Terbitlah Gelap Akibat Kalap”
Gue meresapi percakapan
di tengah pergumulan Meykke boros dan Meykke hemat. Seperti film Power Rangers
yang dulu selalu gue tonton tiap Minggu pagi yang mengajarkan bila kebaikan
pasti menang, maka gue memenangkan Meykke hemat. Demi hidup yang lebih baik.
Tidak hanya buku, di
pameran itu juga menjual banyak baju muslim dengan model bergo yang sedang
sangat ‘in’ dengan bahan serupa satin. Banyak pula pashmina berjuta motif
dengan macam macam bahan seperti kaos, satin, juga ceruti. Pernak pernik,
olahan madu, juga barang barang handmade terlihat menghiasi pojok Istora
Senayan.
Puas berputar putar di
dalamnya dan sudah membeli beberapa buku, gue dan Miss Dian memutuskan untuk
menyudahi shopping ini. Gue lirik jam tangan, tepat pukul 6 malam.
Sebagai anak taksadarumur remaja pencinta selfie, jelas kita melakukan ini di muka Istora Senayan.
Tak puas dengan selfie
yang hanya bisa membidik wajah kita, akhirnya kita meminta tolong beberapa
orang atau foto bergantian demi bisa berfoto serupa ini
Finally!!! Dengan hari
riang, gue dan Miss Dian melangkah pergi. Di ambang magrib kita berjalan di
hiruk pikuk kota Jakarta yang tak pernah lengang. Gue tengok ke kanan dan ke
kiri, bangunan bangunan menjulang mencakar cakar.
“Sabar ya Lang, kamu
pasti bisa..”
Ucap gue pada langit
dengan semburat jingga berhiaskan gumpalan hitam yang selalu dicakar cakar.
Bangunan pencakar langit tetap angkuh berdiri menantang.
Gue berjalan agak jauh
untuk bisa menjangkau shelter terdekat.
Berjalan di ruas jalan Jakarta. Ini adalah kali pertama gue jalan di Jakarta
malam malam dengan guyuran lampu di sepanjang jalannya, beriaskan gedung gedung
kelap kelip bak pohon Natal. Sebagai penyuka jalan baik dalam makna denotatif
mau pun konotatif, pengalaman ini jelas begitu menawan buat gue.
Pukul 10 akhirnya gue
sampai di kost, setelah sebelumnya terjebak hujan di saat mengambil Sera di
rumah Miss Dian. Diguyur gerimis, akhirnya gue melajukan Sera dan pulang ke
kost dengan serantang pengalaman, dan pastinya buku buku pilihan. Tak lupa, gue
berterimakasih kepada Miss Dian yang menawarkan pengalaman berwarna di awal
Maret ini, tentang bagaimana harus berebut kursi saat berjejalan di
TransJakarta, bagaimana kesabaran kita begitu diuji saat diPHPin sama
TransJakarta yang tak kunjung datang terhalang macet, juga menemui manusia manusia Jakarta yang rupa rupa warnanya.
Hanya saja nggak gue pegang erat erat. Mereka nggak akan meletus, hanya
emosinya saja yang mudah meletup dorrrr!
oleh ole gue |
Sekitar jam 1 gue merebahkan
diri dan mulai meretas harap untuk keesokan harinya. Eits, ini belum usai!
Perjalanan gue menjelajah Jekardah akan gue lanjutkan esok hari. Berbeda
partner, berbeda tujuan.
Kemanakah gue di Minggu
pagi??
Apa yang akan terjadi
dengan gue?
Apakah gue tersesat??
Apakah Roger Danuarta
akhirnya akan dikirim ke panti rehabilitasi?
Just let’s see!!!
Haseek Mey..
BalasHapusgila banget tuh, pameran buku segede itu.. kalo gue pasti bakalan stres ngeliatnya, pengen ngeborong semua ..
btw, buku2 borongannya bagus ya.. mending kalo kepengen ikut lomba2 nulis yang lebih kompetitif gue saranin gabung di grup Untuk Sahabat, infonya ada di postingan terbaru gue.
buku 990 066 itu juga hasil dari lomba itu..
keren deh! pelajarin juga gaya bercerita para penulis di buku Asem Manis Cinta .. ihiiir~
Meykeeeeeeeee kamu selalu sukses bikin aku envy huhuhuu
BalasHapuskapan ya bisa ke Istora n nonton lautan buku gitu?
hmmm btw emang jakarta rupa-rupa orgnya, ada yg kaya dan ada yg miskin, banget
itu acara berjubelan gitu, untung kamu gak nyasar n tersesat hahaha
ms Dian baik bgt yaaaa
eh ada buku Asam Manis Cinta jg
good job Meykke
Wuidihh.. Asoy nih bisa ngeborong buku, ada #AsemManisCinta -nya BE lagi. Dan buku inceran gue yg belum ada sampe saat ini Skripsit -_- keren..
BalasHapusPerjalanan yg mengasyikan, yah. Bisa keliling jakarta, mampir di book fair kek gitu.
klo gue stress duitnya kayanya kaga sanggup bayar klo liat buku bagus2 terus pingin beli tu buku :D
BalasHapusBaru di postingan ini deh gue liat pameran buku yang gede nya nauzubillah.
BalasHapusPake acara diskon pula.
Kuat banget kak Mey bertahan yaa.
Kalo gue, udah udaaah, kapan lagi dapet 30%off? Kapan lagiiiiiiiiiii #sesat
Gue belom pernah ke Jakarta kak Mey.
Mungkin nanti ada saat nya menapakkan kaki disana, decak kagum dan sedih memenuhi muka gue yaa.
Begitu kontrasnya perbedaan orang-orang jakarta antara si kaya dan si miskin.
Hiks
Foto selfie nya gaya kak Mey ._.v gitu yaaa.
Di 3 foto, pasti ._.v haha
Miss Dian cantik banget
Kakmeeyy, aku dari dulu selalu nggak kesampean buat ikutan acara pameran buku. Selalu nggak sinkron sama jadwal dan tempat. Kamu beruntung banget sih kak, dapet oleh-olehnya banyak pula:(
BalasHapusBeruntung kali ya ada Mbak Dian. Kalo nggak ada, gimana nasibmu nanti? Haha
Denger cerita tentang jakarta, aku sih jarang ke sana. Tapi emang ngeliat kondisi di sana keras banget ya. Aku juga suka denger cerita yang intinya nggak gampang banget hidup di sana. Semoga orang-orang yang tinggal di sana, terutama yang kurang mampu, bisa terus bertahan hidup. Amiinn *edisi religi*
Btw, liat buku Penjaja Cerita Cinta karya Pak Edi itu aku jadi inget waktu kampus fiksi di Bandung 2 Maret kemaren. Aku dapet langsung dan ttdnya juga. Haha *Malah curhat* *nggak penting*
Patut ditiru nih.. orang cerdas ya seperti kak Meyke..
BalasHapusRajin, suka baca buku, dan berkunjung ke book fair..
Pemirsa! Pemirsa! Jangan ditiru ya, berkunjung sekalian beli bukunya aja, jangan hanya numpang baca aja terus pulang... ini bukan perpustakaan.. hehehehe
Pameran bukunya bener-bener gede bingiit :o pasti susah deh ngenahan napsu buat beli buku ini buku itu, untung ga ke sana, bisa abis ini duit -_- eh Miss Dian cantik banget ya kak, anggun, kalem, kaya aku *plak
BalasHapusciee kak Meyke udah dapet buku Asem Manis Cinta, aku masih nunggu nih -_-
buku yang dibeli mbak mey bikin ngecesss *lap iler
BalasHapusseneng ye mbak pamer? seneng?! aaaaaaaaaaaa *nangis dibawah hujan*
tapi hebat loh mbak mey bisa bener-bener manfaatin book fair-nya :D setuju amat sama meyke boros :p haha
hidup meyke boros!!! *Loh
Wah, kemarin jadi borong buku di IBF? Saya baru kesana Jumat tgl 7. Banyak tuh yang dibeli, Mey:D
BalasHapusSesekali gpp asal ga keseringan saja borosnya ya:D
OMG!! Itu SURGA!!!! SURGAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!
BalasHapusDisini mah jarang ada diskon besar2an gitu, sekalinya ada diskon eh Dompet ini lagi miskin :(
Ka meyke beli bukunya sam skripsit, kerenn tuh... Hahaha.. Mau beli juga tp nabung dulu. :3
Mentang-mentang bukunya banyak & lengkap trus dipamerin, dijual lagi. Dasar tukang pamer.. huhu..
BalasHapusGitu ya, tiap kali ngelihat sesuatu yang 'menarik', selalu muncul sisi-sisi lain dari kita. Satu sisi boros, sisi yang lain hemat, sisi yang satunya lagi biasa aja. Harus pinter-pinter memilah mana kebutuhan dan mana keinginan :)
Meykke... thanks so much udah pamerin foto buku Sembilan Sembilan Kosong :D
BalasHapusHihi...I found my name mentioned here ^^
BalasHapusYou're most welcome Miss Meykke...I'd love to be your guide exploring this small yet big city. We can learn about life and how to be grateful for His blessing on us. (: