Dengan semangat menderu
deru gue kayuh pedal sepeda, menukik ke kanan kemudian berbelok ke kiri,
berkelok kelok melewati sepanjang pelataran Museum Fatahilla yang berdiri megah.
Mentari menyorot pedas, tapi happ!!! Gue lawan. Jelas jelas gue lawan, topi segede
gaban bertahta anggun mengitari jilbab kecoklatan. Set! Set! Set!! Dengan sigap
gue mencari celah di ratusan kaki dengan puluhan sepeda onthel klasik khas kota
Tua. And now, I am riding a super classic and vintage bycicle EVER!!
Where???
KOTA TUA, JECKARDAHH!!
--
AWAL PERJALANAN....
Minggu, 2 Maret 2014
“Ke?”
“Hmm? Gimana Ka?”
“Bukain pintu, aku udah
di luar..” Dalam keadaan sadar dan tidak sadar gue mencoba menganalisa keadaan.
Dengan mata terkatub katub, gue meraba raba tombol lampu. Sudah pagi. Ika sudah
di depan pintu kost. Dan gue baru bangun tidur. Awesome!!
Beberapa saat kemudian,
kita sudah ada di warung soto depan kompleks dan melahap habis demi perjalanan
yang gue lihat lihat lumayan jauhh..
Benar!! Jauuuuh...Lebih
jauh lagi karena kita salah naik bis. Iya. Gue yang sedang duduk sambil manggut
manggut menahan kantuk yang masih menyerang tiba tiba dicolek Ika.
“Ke, turun depan...” Gue
yang sangat tidak tahu apa apa dan gue sedang ada dimana juga gue benar benar
nggak paham, gue ikuti langkah Ika.
“Ke, kita tersesat...Kota
Tua ada di daerah Jakarta Pusat...”
“Sekarang kita dimana
Ika??”
“Cempaka Putih, Jakarta
Utara..kita kebablasan banyak...”
“Owh...” Gue yang emang
sudah terbiasa tersesat dan kadang tak tahu arah jalan pulang, aku tanpamu
butiran debu, tidak terlalu panik. Pada akhirnya, hanya dengan 3500 rupiah saja
kita bisa naik Trans Jakarta berkali kali.
Shelter di daerah Jakarta
Utara teramat sesak dengan manusia rupa rupa warnanya. Gue yang diwanti wanti
sama Ibuk untuk tetap waspada terus mengetatkan posisi tas. Sebelum pintu bis
terbuka, gue dan Ika berpegangan erat takut nak berpisah. Gue berasa kayak di
scene kapal Titanic akan tenggelam dan kita berbondong bondong berebutan
sekoci. Peluh sebiji jagung membanjiri wajah gue. Sumuk, begitu Ayah bilang.
Begitu pintu bis dibuka,
apakah yang dilontarkan oleh petugas TransJakarta??
“Awas copeeet!!! Awassss
tas nyaa, dompetnyaaa...awas copeeettt!!!”
Lalu, gumpalan daging
hidup berbondong bondong keluar dan masuk. Gue dan Ika langsung merangsek
masuk. Takut tidak kebagian tempat. Lalu, sampailah kita di suatu shelter untuk
selanjutnya menuju daerah Grogol, dan berpijak ke Stasiun Cawang.
Masih sama, manusia di
Jakarta tak ada habisnya. Di setiap pojokan, mereka ada. Rupa rupa warnanya. Tapi
karena mereka nggak hijau kuning kelabu merah muda dan biru, nggak gue pegang
erat erat.
Jalan agak panjang
setelah shelter di Cawang, akhirnya stasiun ada di depan mata. Beli kartu
sekali jalan sebesar 8ribu dengan biaya jaminan 10ribu, gue melangkah masuk
menunggu kereta kereta asoyyy. KRL, kata orang Jakarta.
jangan lupa sampai stasiun poto dulu |
Kereta datang, dan lagi
lagi gue dan Ika harus berdesakan. Meraih pegangan di atas kepala dengan banyak
mas mas bersumpelan dimana mana. Fiuuh!! Kereta berhenti sejenak, penumpang
beberapa turun dan kita akhirnya bisa mendaratkan pantat di tempat duduk
panjang mengular di tepi tepinya.
Sejam sudah berlalu.....
FINALLY!!! HERE WE ARE !
Sempat mengisi perut di
salah satu tempat makan di dalam stasiun Jeckardah, akhirnya kita keluar dari
gagang gagang panjang bangunan putih kusam.
sumber |
Stasiun Jakarta Kota. Kita
kemudian menyelusuri pinggiran jalan dengan banyak bajaj, taksi, dan beberapa
pengamen yang melepas penat di tepian jalan.
“Ika, yang mana??”
“Itu, yang banyak
orangnyaaa...” Ucapnya. Yah, benarrr....Di ujung mata gue, ada lapangan super
lebar dengan background bangunan klasik maha besar, diitari oleh bangunan
bangunan bergagang besar lainnya.
sumber |
sumber |
Patung patung hidup
dengan bermacam macam rupa berserakan di antara meriam kuno dan kolam kecil di
tengah lapangan. Ada ala tentara, ada ala Si Pitung, ada None Belanda kelewat
subur, ada pula Vampire. Menginjak siang, bahkan ada patung Evil emo serba hitam.
Tak peduli matahari menyengat begitu terik, toh lapangan Fatahillah langsung
tersulap menjadi lautan manusia. Untuk bisa berfoto bersama mereka, kita bisa mengisi kotakan yang disediakan di depan patung masing masing. Begitu uang dicemplungkan, mereka bergerak dan berfoto bersama kitaaaaa!!! Soal pose, boleh bebasss!!
Berpose bersama ketua genk Manusia Patung!! |
Kira kira ini ikutan patung siapa hayo?? |
Patung anti-mainstream. Semoga rejeki lancar... |
Pose siap perang! |
Pose duduk di awang awang! |
Eittsss, tak hanya itu.
Di ujung lapangan bahkan ada pertunjukan serupa reog dengan personil satu
keluarga. Ada bapak, ada Ibu, dan juga anak anaknya. Mereka dengan begitu
semangat diimbangi gendang bertalu talu mengayunkan pecut. Cetarrrr!! Cetarrrr!!
Pecut super panjang terus membabi buta menampar beton lapangan. Bahkan, ada
satu pertunjukan dimana si bapak ini berulang kali memecut anaknya!! Tapi,
kebas meeennn!! Orang cari uang memang rupa rupa.
Sebenarnya banyak museum
di kawasan Kota Tua ini. Hanya saja, museum paling terkenal, Fatahillah sedang
ditutup karena masih dalam proses renovasi. Bila museum Fatahillah di sebelah
kiri, dan gue menoleh ke sebelah kanan akan berdiri tangguh sebuah Cafe bernama
Cafe Batavia. Gue lihat dari balik jendela isinya bule bule. Well, bule bule
memang gemar main ke sini. Mereka menikmati sisi lain Jeckardah di kawasan ini.
Kota Tua memang penuh dengan history dan keunikan tersendiri.
Sebenarnya, kota tua itu
tidak hanya kawasan lapangan Fatahillah saja. Kawasan Kota Tua mempunyai luas
lebih dari satu km melintasi Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Asal tahu aja ya,
kota Tua wisata Jakarta mendapat julukan “Permata Asia” dan “Ratu Dari Timur”
sekitar abad ke-16 oleh pelayar dari Eropa. Dahulu kala, Kota Tua merupakan
pusat perdagangan di benua Asia karena lokasinya yang sangat strategis dan
sumber daya yang melimpah!! Kawasan Kota Tua sebenarnya meliputi Museum
Fatahillah, Museum Bank Indonesia, Toko Merah, Jembatan Kota Intan, dan pelabuhan Sunda
Kelapa. Tapi, yang paling penting di masanya adalah Museum Fatahillah di zaman
pendudukan Belanda, gedung ini merupakan balai kota, pengadilan, sekaligus
penjara bawah tanah yang mengerikan!!
Ah, gue jadi ingat dengan
Kota Tua di kota asal gue, Semarang. Tiga tahun yang lalu, bersama dengan
sahabat SMA gue, kita berputar ria mengunjungi banyak bangunan bangunan jaman
Belanda yang berkumpul menjadi satu, di Kota Tua Semarang!!
Tempat klasik emang
kurang serrrru kalau nggak ada museumnya. Sama seperti saat gue mengunjungi
kawasan kota Tua Semarang, di Kota Tua Jakarta ini juga ada museum museumnya.
Berhubung museum Fatahillah ditutup, gue dan Ika menyambangi museum wayang
dengan banyaaaak ragam jenis wayang khas Jawa Barat di dalamnya. Dari wayang
golek, wayang kulit, wayang dari serupa serabut atau batang padi, dan masih
kaya lagi. Bermodal 5ribu saja, kita sudah bisa mengayakan mata di dalamnya.
Ruangan yang modern dan bersih menjadikan museum ini walau klasik tetapi tetap
masa kini. Bahkan, saat gue berkunjung di dalamnya, pertunjukan wayang sedang
berlangsung di sebuah auditorium.
Unyil dan keluarganya |
sepasang kekasih di dunia wayang.. |
Begitu kita keluar dari museum, ada jalan satu ruas sedemikian rupa dengan banyak penjaja barang antik dan souvenir di sisi kanan dan kiri, semacam pasar dadakan. Kita bisa melihat banyak mobil antik yang beberapa di antaranya sedang melakukan sesi foto pre-wed, ada juga kalung kalung batu dan vintage lainnya, sampai ada tukang tato dan juga tukang ramal!! Lengkap dan padaaaattttt!!! Jangan lupa juga mencoba es potong yang gue lihat lihat mirip sama es kado di tempat asal gue!!
Mas ramalnya pecahh!! |
exotic necklace 10k only!! |
widihhh banget!! |
--
THE BEST PART!!
Yang terkenal dari Kota
Tua ini bagi gue adalah sepeda klasiknya yang dicat warna warni lengkap dengan
topi rajutan besar senada dengan cat sepedanya.
“Berapa pak??”
“20 ribu setengah jam...”
walau harga selangit, pengalaman ini sangat tidak boleh untuk disia siakan.
Kapan lagi bisa mengayuh sepeda seklasik ini di bumi Jakarta yang teriknya
membakarrr kulit arii??
Dengan gegap gempita, gue
mulai memajukan pedal di kaki kanan, bersamaan dengan mengubah berat badan di
sisi kanan, roda sepeda mulai berputar, meliukkk liuuk dan liuuuk dari ujung
kanan ke ujung kiri, lalu berputar dan menukik!! Bahagia sekali gue dah!! Mau
panas, mau gosong jelas nggak gue hiraukan.
Ika yang duduk nggak
santay di belakang gue tertawa cekikikan begitu girang. Gue jadi ingat jaman SD
kala berputar dari pangkal ke ujung desa, berjamaah, siang siang dengan tawa tergelak
gelak. Rasanya baru kemarin gue mengecap masa SD dengan sepedaan setiap siang
dan petang, sekarang gue udah menginjak puluhan dua dengan satuan yang senada.
Tapi, gue tetap hobi bersepeda!!
Kali terakhir gue
bersepeda saat gue mengunjungi Bandung. Bersama sahabat gue lainnya, gue
mengitari Jalan Dago di Minggu pagi dengan sepeda biru ciamik sekali. Di SINI!!
Puas berputar putar, gue
dan Ika harus segera pulang. Jalanan Jakarta susah ditebak kayak hati gebetan.
Salah salah kita bisa sampai larut malam.
Sekali gue tengok
pelataran Museum Fatahillah yang masih dibanjiri manusia. Rupa rupa, sepeti yang
gue bilang. Ada yang ngajak pasukan dengan kaos seragam yang gue analisa mereka
adalah anak anak SMA, ada yang pake baju sama cowok dan cewek yang gue sinyalir
sebagai pasangan,ada pula romboongan bule berbaris dengan satu laki laki
berwajah Indonesia mahir berbahasa Inggris, juga ada yang datang lengkap
seperti iklan layanan masyarakat; 2 anak saja cukup.
Maka, hari itu gue tutup
edisi jalan jalan gue di Jeckardah dengan ucapan alhamdulillah dan bismillah
semoga selamat sampai tujuan.
Kembali melajukan langkah
menuju stasiun yang super padat, lalu turun ke daerah Kober, Depok dan naik
angkot tiga kali. Superrr sekali!!
Lalu, mau kemana lagi
kita???
References :
http://www.readersdigest.co.id/travel/destinasi/wisata.kota.tua.jakarta/006/001/57
http://infowisatamurah.com/wisata-murah-di-kota-tua-jakarta-barat/
seperti nya kamu harus mencoba ke Malang :v
BalasHapusenak bener yaak yang jalan jalan ke kota tuaa yang begitu megah .. apalagi mengingatkan pada jaman lalu :3
semoga kota tuanya tetap tua namun energinya tetap muda. Supaya para muda banyak nengok kesana dan melihat Indonesia dulu. Semoga saya nanti bisa mampir dan mengabadikan kenangan di kota itu. Indonesia Indah dan Menakjubkan
BalasHapusdi kota tua ada cosplay ya kak? wahahaha
BalasHapustempatnya pas banget buat para jomblo yang mau pacaran. :D
uwaa
BalasHapuspingin makan kerak telor di sana.
*belom pernah nyoba :D
waw nice.. :D
BalasHapusaku juga kepengen jalan jalaan~
kapan kapan ikutan post tentang jalan jalan ah :D
Wah kak Meyke... Lapangan Fathalillah lagi dipenuhi tentara, none belanda, si Putang dan dipenuhi pengunjung.. kak, kok ngga ngajak-ngajak sih kalau ada acara seperti itu, aku kan ingin ikutan juga..!
BalasHapuslucu mbak muka-muka patungnya, jadi pengen ngegampar. haha\
BalasHapusbtw gue belom pernah sama sekali ke kota tua.. ya iyalah gue kan di Palembang, haha
pokoknya keren deh travelingnya :D
waaah di tengah kesibukan kerjaan, ngeblog, nulis sampai nerbitin enem buku antologi, masih sempet jalan2 juga haha Meykke emang produktif banget..
BalasHapuswisatanya keren lagi di kota tua jekardah.. mungkin sama kayak kota lama semarag tapi enggak sekeren itu.
seru banget Mey :D
jd kepengen ngepost cerita jalan2 ... udah lama gak traveling lagi soalnya .. udah lama juga mendekem di gua hantu -_-
BalasHapuskeren pemandangannya :D
waah jalan2 terus nih, awalnya masuk murah 5 rbu, malah sepedaan 20 ribu setengah jam, tapi gak apa, diliat dari fotonya seru banget, fotonya juga keren2.
BalasHapuswahh kota tua jakarta lebih kerenn dari kota lama semarang yaa... ada sepeda2an juga, ada musium juga, ada pertunjukan wayang juga, kalo di kota lama semarang adanya cuma pertunjukkan penampakan wanita jembatan pas malem doang *ehh* ajak aku ke sana kaakkk
BalasHapusWew kota tuwirrr.. Pas banget ya sama kak mey, sama-sama udah tuwirr #ehh
BalasHapusIya pernah lihat tuh di TV orang2 yg dandan kek patung, hahaha... Cari uang emang syusyahh.. ( ._.)/
Kapan-kapan kita kesana yuk kak, naik sepeda aku boncengin #eeaa
cantik ya, sepedanyaaaaa~
BalasHapusgilak itu harga sewa nya kelewat murah. Murah bingitz ngitz deh kak. Seharusnya bawa sepeda sendiri kak. Lumayan 20rb bisa buat makan.
Gue belom pernah ke jakarta. Moga nanti bisa menapak kaki disana ya kak.
Waaa, seru banget yaaa~ Pengen kesana deh jadinya X( Ajak aku dong kak kalo jalan2 *cian gak suka jalan2*
BalasHapus