I look down a wide blue sea
with amazing bright blue sky meeting in a line. I open my arm, I open as wide
as I can, I look around me. Sea is everywhere, waving water is lying down as
far as I can see, sun shines bright like a diamond, and sky is just like my
heart. The sound of nature, the relaxing and refreshing wind blowing, the
incredible sea and sky mixing, Oh God, one of the most beautiful God’s
creatures I have ever seen is in front of my eyes right now right here!
Pok Tunggal Beach seen from
the top of Panjung Hill!!!
Horeee!!!
Perjalanan saya setelah
mengatamkan keinginan saya melarungkan diri di Kali Oyo yang diawali dengan
susur Goa Pindul, saya dan sahabat saya melanjutkan perjalanan ke pantai!
Yap,
kalau ke Wonosari tapi nggak ke pantai itu kurang afdol kayak nulis tapi nggak
minum kopi, karena deretan pantai pantai cantik menunggu untuk diintip!
Setelah makan mie ayam demi
dompet yang tidak terlalu kurus, sahabat saya dan saya melanjutkan perjalanan
ke pantai. Pantai mana?
“Sep, pantai Indrayanti kata
bapaknya yang deket, kata Google emang iya, pantai Indrayanti sama Pantai
Sadranan.”
“Okeeeh...”
Dan sekitar 1,5 jam sambil mengiwirkan
baju dan rok agar cepat kering, kita menyusuri jalan Wonosari sambil terus
mengamati papan petunjuk. Ada krakal, Baron, Panjang, Siung, Kukup, Sundak,
daaaan masih banyak lagi. Tetapi, karena Indrayanti termasuk pantai baru dan
langsung naik daun, maka namanya belum terpasang di papan seng itu.
“Nganan nganan...”
“Eh, itu petunjuknya ke kiri
sep...”
“Bentar bentar, itu
bentuknya kayak begitu maksutnya nganan ke sana apa ke sana?”
“Owh, bener bener...iya
itu...”
Kebablasan.
Tiap ingin mengunjungi
tempat wisata baru kalau nggak tersesat itu feelnya kurang dapet emang, kecuali kalau pas mendaki gunung, khan nggak bisa tanya sama manusia, mau tanya sama ilalang yang bergoyang?? atau bertanya pada langit cuma langit tak mendengar??? Jadi,
ceritanya kita kebablasan dan meminta petunjuk kepada mbak mbak...Kita putar
arah, dan mengikuti bis bis raksasa yang kita pikir tujuannya pun senada.
Alih alih ingin wisata di
tempat yang anti-mainstream kita bergegas untuk pindah haluan saja.
“Iya sep, jangan Indrayanti,
pilih yang sepi ajaaah... Pantai kalau banyak manusianya itu rasanya kayak di
kolam renang waktu ‘padusan’ sebelum Ramadhan datang. Serupa cendol.”
“Iya. Itu nggak asyik..”
Melihat patok bertuliskan
Pok Tunggal melemparkan angan saya ke Mbah Google yang waktu itu saya buka
tentang 30 pantai di Jogjakarta lewat yogyes.com, salah satu yang eksotis
adalah Pok Tunggal ini. Dan jadilah kita ke sanaaaaaa....
Lokasi Pantai Pok Tunggal terletak di Desa Tepus,
Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta, tepatnya di sebelah Timur
Pantai Watulawang dan di sebelah Barat Pantai Ngetun, sekitar 50 km dari kota
wonosari atau sekitar 2 jam dari Jogja.
Pantai Pok Tunggal ada di antara Pantai Siung dan Indrayanti. Oke sip.
Dan memang benar, karena pantai
ini juga belum genap setahun diresmikan seperti yang dituturkan oleh mbak
penjaga WC dan mushola, jalan ke sana dari jalan raya itu cukup menantang. Walau
pun hanya berjarak 1 km dari jalan utama, tetapi jalannya belum aspal. Bahkan,
di sebagian jalannya masih berupa jalan dengan batuan kapur yang membuat para
pengendara menjelma menjadi pengendara kuda. Uma yang sedari tadi memegang
kendali atas motor hanya bisa berusaha, dan sayanya...hanya bisa berdoa. Hina
sekali...
Tapi nggak papa, karena
usaha jari jari tangan dan kaki Uma, usaha kita berdua tidak sia sia. It’s
worth-struggling!! The sea is damn beautiful!!!
Setelah menghela napas sekaligus sholat ashar di mushola dekat parkiran, kita mulai mengedarkan pandangan ke segala penjuru! Dan sholat dengan alunan deburan ombak itu subhanalloh syahdunya!! Apalagi tidur dengan alunan yang senada. One day lah itu...
Nah, pantai Pok Tunggal ini seperti diapit oleh dua bukit karang yang menjulang tinggi di sisi kanan dan kiri. Dan kenapa pantai ini disebut Pok Tunggal? Karena oh karena ada satu pohon Duras yang berdiri sendiri di bibir pantai, dan merupakan ikon pantai ini. Khan dia sendiri doaaang, dia khan tunggal..nah, jadilah Pok Tunggal...
pohon Duras sebelum Pok Tunggal terkenal |
waktu saya berkunjung, sudah banyak ornamen pantainya.
bukit kiri sebelah kiri yang terlihat lebih menantang |
Begitu kita mencapai bibir
pantai, pantai ini beda dengan serupa Baron atau Sundak. Kalau di Baron atau
Sundak, pantainya itu pasir semua, kalau ini setengahnya pasir putih, dan
begitu nyeblok air tak berombak, karang karang dengan biota laut yang cantik
dan menggelikan akan terpampang. Jadi, kayak berasa liat karang gitu (lha emang
liat karang), tapi, itu nggak dalem jadi nggak perlu nyelam gitu. Langsung bisa
dilihat, diamati, dan bahkan diburu oleh sebagian nelayan sebagai modal
memancing. Indaaaaaaaaahhhh banget!!!
Dan saya juga sempat
menikmati ombak dari dekat, jadi jalan agak jauh ke tengah, dan ombak berlarian
menjilat jilat ujung kaki saya. Karena hari sudah sore, laut di sisi kanan saya
berkilat kilat memantulkan cahaya matahari yang mulai menguning keeemasan. Dan
karena pengunjungnya tidak terlalu banyak, kita bisa menikmati pantai dengan
bahagia, sentosa, sejahtera, luarrr biasaaaa...
Puas menikmati deburan ombak
dari dekat, sekarang saatnya kita menikmati kilahan air dari atas!!! Ini wajib
banget! Kalau ke pantai yang ada bukitnya dan kita tidak mendaki itu rasanya
ada yang kurang. Kayak waktu saya di Baron dulu, tidak sempat mendaki karena
keburu ke Malioboro. Padahal saya di Malioboro Cuma beli sendal bertali kayak
yang dipakai Angling Dharma seharga 20ribu saja.Bahahaha...
Jadi, sekarang hukumnya
fardhu a’in! Kita harus mendaki. Dan kita dihadapkan pada dua pilihan. Mau mendaki
bukit sebelah kanan atau kiri. Sebelah kanan, penggarapan saung di bukit dan
tempat pendakiannya belum sampai puncak, jadi nanggung gitu dan ujung bukitnya
tidak mengarah ke laut lepas, melainkan masih di sisa bibir pantai. Dan yang
kiri, jalannya itu pakai meniti tangga bambu dan juga melewati jembatan yang
nemplek di dinding tebing begitu. Dilihat saja keren sekali. Dan jadilah kita
ke pilihan kedua, karena pucuk bukitnya juga langsung ke laut luas! Deburan
ombak menghempas kaki bukit dan menghasilkan suara khas yang menggetarkan (alah
opo toh)
Dan sebelum kita menamatkan
perjalanan di hari Sabtu, 22 Juni 2013 ini, we have to hike! We have to enjoy
the sea scenery from above!
Dan akhirnyaaaaaaaaaaa.....
Dan memang kita kalap sekali foto foto. Hampir di setiap spot kita kasih di mari. Saya pun senang bukan kepalang bisa ke sini, apalagi mendaki bukit karang. It is my first time hiking a hill in the beaches! Sooo fabulous!! It is what I want!!
Keren lah pokoknya. Walau pun keringat bercucuran, muka semakin gelap eksotis, dan kaki rasanya kayak goyangnya Anisa Bahar, it is sooooo worthwhile!! Feelingnya itu waktu udah sampai atas dan melihat segala keindahan yang terhampar luas itu rasana kayak ketemu bidadari yang jatuh dari syurga terus selendangnya diambil nggak bisa pulang terus akhirnya minum kopi Good Day ajah.
Walau pun muka dan tangan jadi makin gosong eksotis, saya mengukuhkan hati untuk ikhlas...dikit.
Ndak papa, besok usaha lagi...sekarang nikmati dulu apa yang disuguhkan di depan mata. Nggak tiap hari bahkan tiap bulan bisa melihat kilahan air berkejaran dengan hamparan langit yang saling bertemu di sebuah garis memanjang di batas pandang, di batas cakrawala.
The world is soooo amazing!!!
Dan kita, seperti biasa mulai bergayaaaa....
Selesaaaai!!!! Karena sudah
pukul 4.30 PM, dan dihadapkan pada kenyataan kalau kita masih harus menempuh
durasi perjalanan selama 2 jam an, kita harus segera melangkah dan mengakhiri
semuanya.
“Aku capeeek...aku udah
capek dengan semua ini...”
Dan subhanalloh bener lah si
Uma itu. Dia memboncengkan manusia absurd manis seperti saya berputar
putar di Gunung Kidul, mencari goa dan terus mencari pantai, dan masih
pulangnya lagi, dan she was the only one who drove the motorcycle, I was the
only one who prayed. Oh my!
Dan akhirnya kita sampai
rumah sekitar pukul 7 PM. Dan saya langsung menggelepar di lantai. Dan apa yang Uma lakukan setelah sampai? Revisi skripsi, saudara saudara!!! Inalillah sekali...Bahkan rasanya mau mandi dan makan saja saya sudah tidak ada daya tersisa.
Terimakasih untuk Umami yang
baik hati, tidak sombong, suka menabung dan juga suka beramal yang menemani
saya seharian itu, ke tempat tempat yang sangat saya inginkan demi sebuah misi.
Misi rahasia (sok misterius). Pokoknya 4 jempol saya buat Uma semua yang sangat
perkasaaaa.... Waktu di Goa Pindul, saya kira dia sempat diam diam nyolek batu
perkasanya. Hayo, ngaku nggak??! Ngaku???!!!
Tapi, saya masih menyimpan
satu harapan, untuk bisa melihat sunset di pantai karena seingat saya, setelah
sayai akil baligh, saya belum pernah menikmati tenggelamnya matahari sambil
duduk di bibir pantai. Juga, saya ingin kapan kapan bisa bertenda di tepi
pantai. Jadi, bisa tidur sambil mendengarkan deburan ombak menghempas, tapi
tidak menghempaskan hati saya. Jangan, kasihan... Jadi, saya juga ingin bisa bergabung ke dalam salah satu komunitas travelling. Tapi entah kapan... Yang penting berharap dulu..as long as we don't put hope to.....
Dan perjalanan saya ke pantai kali ini membuat hati saya serenyah suara gulungan ombak, pikiran saya se sepoi-sepoi angin yang semilir, dan jiwa saya sebebas kilahan air di bak raksasa buatan Alloh. Intinya, berjalan jalan dan menikmati pemandangan yang subhanalloh begini menaikkan level kebahagian para pengunjung termasuk saya, dan rasa rasanya hidup itu.....kayak pantai. Luas tak terhingga sejauh mata memandang, berkejar kejaran demi sampai di bibir pantai, dan lalu menarik mundur untuk kembali ke laut lagi, ada kalanya matahari terbit dan ada kalanya terbenam kembali, kadang pasang dan kadang surut, tetapi bagaimana pun, banyak hal cantik yang tersembunyi. Pantai...hidup. Errrr....
Baiklah.
Eits, it is not the end!!!
Karena keesokan harinya,
setelah wisata alam, saya dan teman teman akan berwisata dengan mengusung tema
budaya dan sejarah. Ceritanya, biar pinter gitu... Kita ke benteng yang
menyimpan sejuta cerita tentang kemerdekaan Indonesia yaitu Benteng Vredeburg, lalu tempat yang sarat
nilai budaya dan sejarah dari Prabu berdarah biru di Jogjakarta lengkap dengan tempat
pemandiannya. Horeeeeeeeeeee!!!!
Reference :
widih jalan2nya ke Yogyakarta membuat saya kangen ngebolang ke kota itu lagi mbak huuuufttt
BalasHapusayo mbak ke Jogja lagi dijamin nggak akan bosen!:D
Hapushoho, fotonya cantik-cantik yaaa :D
BalasHapusboleh minta satu nggak? :)
hehehe, makasih cc Vera..sok atuh ambil semuanya nggak papa..di save ajah..hehehe
Hapuswidihhh yang liburan terus..... aku disini sendiri meratapi sepi menanti semester segera terakhiri.... *eh* wkwwkw
BalasHapusfoto pohon duras dngn latar belakang sunset yg atas keren.... pemandangan yg indah (y)
behehe, sebelum menceburkan diri ke hutan belantara ini Zim! :D
Hapusiya pingin bisa menyaksikan sendiri :D
wow elu emang bener bener traveler sejati mey TOP banget foto fotonya
BalasHapusbhehehe, makasih a lot ya Pandu! semoga bener bener bisa jadi traveller sejati yang cakupannya nggak cuma se jawa-tengah dan sekitarnya, tapi cakupan nasional bahkan bisa internasional..haha..ngarep bener. aamiin..
HapusWaduh, jalan2 terus..
BalasHapusKalo gue boro2, ngendep dirumah aja -_-
Pantainya keren..
Gue suka pasirnya :D
hehehe, iya nih alhamdulillaaaah :D
Hapusiya, bagus banget pasirnyaaaa
meyke duitnya banyak, jalan-jalan mulu haha
BalasHapuspantainya bagus untuk ukuran nasional hehe
hahaha, ini malah ala gembeeel, aku cma bawa uang 400 di jogja buat 4 hari 3 malam u knowwww :p
Hapuspemandangannya bener2 keren..
BalasHapusapalgi ngeliat laut dari ketinggian..
it is what I always wanna do!!:D akhirnya kesampaian, horeeeee
Hapuswaaa.. kangen pantai ini...
BalasHapusmari ksini lagi!:D
Hapus