Assalamualaikum.....
Wah, rasa rasanya sudah
lamiii sekali saking lamanya saya nggak nulis di mari. Bukan karena apa apa,
tapi saya baru aja selesai minggat melancong ke Jogja. Bukan, ini bukan
melancong biasa serupa one-day trip bersama segerombolan teman lalu berkunjung
ke pantai dan berakhir di Malioboro sore harinya.
Alih alih ingin melarikan
diri sejenak dari rutinitas dan bebanhidup masalah masalah duniawi yang
semakin seru, saya bertekad akan berpiknik 4 hari 3 malam ke Jogjakarta.
“Sep, pokoknya kalau
skripsiku udah memperlihatkan habis gelap terbitlah terang, aku akan ke
Jogja Sep.. Nanti kita bobok bareng..”
Dan dia mengamini dengan
berkata,
“ Oke, I’ll take you
wherever you want!”
Horeeeee....
Singkat cerita,
tertanggal 21 Juni, hari Jumat, subuh subuh saya udah mulai packing.
Akhirnya saya akan ke
Jogja!! Bedanya, saya akan ke Jogja melalui kota Solo. Ibarat segitiga sama
sisi ABC, yang seharusnya dari A langsung ke C itu bisya, saya nya ambil rute
A-B-C. Jadi, saya muter dulu ke B, dan baru mencapai C setelah menghampiri titik
B.
Yap, yang seharusnya
langsung dari Ambarawa saya sangat bisya langsung ke Jogja, karena ingin
sesuatu yang beda, saya nya ke Solo dulu.
Ngapain???
Dengan mengemban satu
misi. Naik kereta api tut tut tut.
Sama siapa??
Sendirian.
Emang tau jalan??
Oh jelas...nggak.
-_______-
Dan menurut saya ini
letak keseruannya. Entah ini maksutnya mau challenge diri sendiri atau nekat.
Dua duanya.
Bagi sebagian orang mungkin, “alaaah..cuman gitu doang
mah....keciiiil..”
Tapi bagi saya ini adalah
pengalaman pertama pergi sendiri tanpa bawa peta kayak Dora The Explorer atau
pun kompas kayak di film 5 CM.
Sebenarnya ide ini saya dapatka dari seringnya baca blog blog para traveller yang suka menjelajah alam Indonesia sendiria. Mereka bilang, solo travelling... Mereka bisa memutuskan apa saja, kemana saja, kapan saja, tanpa perdebatan. Paling paling berdebat sama diri sendiri. Blog yang sering saya kunjungi adalah blog milik Velysia Zhang bernama "Keep Walking, Keep Traveling". Dia menjelajahi serupa Wakatobi, Cangke Island, Lanjukang, dan buanyak lagi tempat tempat eksotis dengan bersolo carier travelling alias sendirian. Dari berburu tiket, transport ke sana, sampai mencari tempat penginapan dan juga ke tempat wisata sendirian. Luarrr biasaaaa...
Dan saya mencoba memulainya dengan ini dulu. Masih beda level sama dia..
Naik Safari sampai
Safarinya berhenti di terminal terakhir di Solo, sampai Stasiun Tirtonadi,
turun, tanya pak polisi kemana kaki ini akan melangkah kalau mau naik kereta
Prameks ke Jogja. Naik kereta, lalu kalau ada tanda tanda udah mau sampai
Stasiun Lempuyangan, siap siap, sampai deh ke Jogja.
Emang situ tahu stasiun
Lempuyangan?
Ya jelas dong...nehi.
Tapi itu pikir nanti waktu udah di kereta. Sekarang pikirkan dulu dari Bawen ke
Solonya.
Pukul 8.30 saya
berangkat. Tas punggung menempel erat dan berat di punggung, ditemani dengan
tas serempang yang juga berat. Pas, saya udah berasa kayak mau minggat travelling.
Ayah saya udah ngasih
banyak petuah petuah serupa, ati ati di jalan, tanya pak polisi kalau tersesat,
HP nya ada pulsanya nggak, dicharge nggak, suruh nyatet nama Lempuyangan di
telapak tangan kalau kalau waktu di kereta saya mendadak amnesia, udah makan
belum dan pertanyaan pertanyaan lainnya. Saya yang Cuma mau ke Jogjakarta
berasa kayak pamit jadi TKW ke Arab Saudi.
Pukul 9.30 saya udah
anggun duduk dengan bijaksana di salah satu seat bis Safari Royal Patas yang
dengan patas segera berangkat membelah jejalanan menuju kota Solo, Terminal
Tirtonadi.
Saya yang biasanya naik
bis SARI dengan AC langsung dari alam, dengan seat yang tak pernah seempuk ini
merasa bahagia.
Lewatlah Kemiri, Salatiga
tempat saya menimba ilmu dan rejeki, lalu lewatlah Terminal Tingkir untuk berhenti sebentar dan kemudian melanjutkan perjalanan lagi ke kota Solo.
Kencring!! 20 ribu biaya
transport dari Bawen ke Solo. 10 kali lipat dari biaya naik bis SARI. Perasaan
terakhir 15 ribu, dan BBM naik keesokan harinya tanggal 22 Juni 2013. Tapi
kenapa ini udah naik 5ribu???
Kenaaaapaaa???
11.30 AM
Sampailah saya di Terminal Tirtonadi setelah sempat tidur dan melamun di bis
selama kurang lebih 2 jam. Dan sekarang mulai dipikirkan cara ke stasiun kereta
dari terminal Tirtonadi ini.
Alhamdulillahnya saya
udah pernah sampai terminal ini beberapa bulan yang lalu, dengan tujuan sama.
Jogjakarta. Bedanya, saat itu saya cukup menginjakkan kaki ke terminal
Tirtonadi dan dijemput. Lalu, kita ke Jogja bersama sama. Nah ini, the only one
I can rely on is myself.
“Pak, kalau mau ke
stasiun kemana ya?”
“Stasiun apa mbak?”
“Adanya apa pak?”
“Lho? Mau ke Purwosari
atau Balapan?”
“Balapan kayaknya pak..”
“Nanti ke kanan terus ke
kiri..”
Ucapnya sambil menyobek
karcis masuk ke ruang tunggu terminal dan gantian menyobek karcis untuk
penumpang lainnya.
“Owh..makasih pak...”
Inalillah.... petunjuk macam apa itu...
“Pak, kalau mau ke
stasiun lewat mana pak? Stasiun yang kalau mau naik Prameks pak..yang bayar
10ribu itu...”
Saya mendekati 3 pak
polisi yang sedang berjaga jaga.
“Owh..ya Purwosari
aja..kalau Balapan itu buat yang bisnis sama eksekutif ke Jakarta..”
“Apa iya pak?”
“Iya..ini lho ngojek
aja..”
“Kalau jalan pak?”
“Ya kasihan kamu wong
terminal Purwosari tu jauh...”
“Apa Balapan pak?”
“Prameks di Purwosari...”
Setelah pamitan, sayanya
dibawa oleh ketua tim ojek ke salah satu bawahannya..
“Mau naik Prameks ni..”,
ucap mas bertopi kepada salah satu bapak ojek. Dan singkat cerita saya diantar
ke stasiun Balapan.
“Prameks lewat Balapan
kok mbak...Balapan aja yang deket...”
“Owh gitu ya Pak...ya
udah Balapan pak..”, ucap saya
“Ash...sembarang lah
pak..”, batin saya.
Benar saja, saya diantar
ke stasiun Balapan yang ada di belakang terminal Tirtonadi, dan lembaran 10
ribu berpindah tangan dari dompet saya...
“Ini dimanaa...”
Lalu, ada dua mas mas dan
mbak mbak berjilbab. Dengan kekuatan sok kenal sok dekat, saya menghampirinya.
“Saya baru pertama kali
ke sini, bareng ya...”
Dan mereka nya senyum
senyum risih geli takut malu khawatir gimanaaa gitu. Mungkin muka saya serupa ibu
ibu di jalan yang sok kenal, lalu tiba tiba curhat dan berakhir pada kalimat..
“Iya mbak...ini udah 10
hari nggak makan, ini mau ke Jogja tapi uang saya dirampok orang...saya nggak
tahu harus bagaimana...saya syedih...”
Dan kita berjalan bersama
sampai di loket pembelian karcis.
13:00 yang artinya akan
berlabuh pukul 1 siang nanti dan sekarang pukul 12. Masih satu jam lagi.
“Mbak..karcis Prameks 3
ya..”
Prameks adalah singkatan dari Kereta Api Prambanan Express. Kereta api Prambanan Ekspres merupakan nama bagi layanan transportasi kereta api (KA) yang menghubungkan Kutoarjo, Yogyakarta, dan Surakarta (hingga Stasiun Palur di timur kota). Saat ini beroperasi sepuluh kali pulang pergi dan dikelola oleh PT Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta.
Saya dibayarin dulu. Lalu, saya langsung mau kembaliin. Dan uang saya juga 50an. Dan mereka bilang, udah bawa aja. Saya jadi mikir, apa saya bener bener kayak ibu ibu itu??? Apa iyaaa????
Saya nggak bisaaa...Lalu, saya minta nomor HP milik masnya, dan setelahnya saya keluarkan kekuatan penjual pulsa yang saya kuasai hampir 3 tahun ini. Buahaha...
Selesai. Akhirnya saya duduk di ruang tunggu di bagian dalam stasiun yang sebelumnya kayak orang bloon ikut duduk di bangku antrian kereta entah kemana lah itu yang ada di samping loket pembelian karcis..Setelah saya liat orang tiap bayar di loket Prameks terus masuk ke dalam, sayanya terus ikutan.
Terakhir kali saya naik kereta itu waktu semester 3 awal bersama teman teman yang mau ikut lomba Debate di Jekardah dan saya ikut di dalam bagiannya..Bukan, bukan sebagai peserta debate. Saya sebagai juri...juri abal abal trainee. Meant a lot to me. Uhm..baiklah, akan saya klarifikasi. Ini adalah naik kereta kedua saya, dan yang ke Jekardah itu adalah kereta pertama seumur hidup saya. Oke fine.
Menurut saya yang baru pertama kali melaksanakan solo travellig abalabal ini, dalam bertravelling, kita harus fleksibel. Artinya, harus mau berinteraksi dengan orang lain, mencari kenalan di perjalanan. Dan nantinya kita akan menemukan banyak variasi manusia. Dan itu menyenangkan. Sendirian, di tempat yang cukup asing. The only one you can relay on is yourself. Melatih keberanian diri. Katanya, hidup ini kejam. Jadi, harus mulai belajar dari sekarang.
Akhirnya saya duduk di sebelah neng geulis yang ternyata anak UGM. Namanya Arnes. Dan akhirnya kita kenalan, lalu saya cerita ngalor ngidul tentang perjalanan saya ini, tentang asal usul saya, dan sebagainya. Dia pun bercerita tentang kuliahnya di politik pemerintahan, tentang usahanya yang kadang suka pulang pergi naik kereta yang akhir akhir ini suka ngaret karena kesalahan teknis, dan pengalamannya belajar Bahasa Inggris di Pare, Kediri. Sayangnya, kita nggak foto bareng. Syediiih...
Dan akhirnya kereta datang. Kalau ini dia nggak ngaret. Begitu datang, saya dan temen baru saya masuk dan memilih seat yang dirasa asoy.
Dia juga yang duduk sebelahan sama saya di kereta. Keretanya asik. Ada yang khusus wanita.
Jadinya nggak perlu terlalu khawatir karena isinya kaum hawa semuaaaa... Horeeee...
1 PM
Jogja, I’m comiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing!!!!!
Berhasiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiil!!!!!
Perjalanan kurang lebih 1,5 jam. Membelah hamparan sawaah, lalu berhenti kalau tidak salah 2 kali untuk mengangkut penumpang... Sepanjang perjalanan saya banyak berpikir, banyak merenung, banyak instropeksi diri... Biar kayak di film film gitu. Saya memandang jauh ke luar jendela, angan angan saya berterbangan menembus jarak dan waktu, menggali masa lalu dan mulai meneropong masa depan... Tentang hal hal yang kudu ditinggalkan dan hal hal yang harus segera dilakoni..Tentang...hidup.
Jesejesejesejes....
Stasiun Maguwo....
Lalu....
“Ini udah mau nyampe ya?”
“Iya mbak...”
“Saya ke sana dulu ya, makasih yaaaaa....ati ati yaaaaaaaaaaaaaa....”
“Iya mbak..ati ati...”
Terimakasih Arnes, see you bila Alloh menghendaki... J
Stasiun Lempuyangan di ambang mataaaaa...
Setelah SMS sahabat saya, Uma alias Sepha, saya turun dan mulai berjalan ke arah banyak orang berjalan. Ya pokoknya ngikut aja. Dan setelah keluar dari stasiun Lempuyangan, jalan raya menghadang.
‘Meykke...udah Jogja Meykke... berhasiiiiil....’ Lalu saya nari rumbai di exit door stasiun Lempuyangan.
Menunggu sekitar 15 menit sambil melihat orang berlalu lalang dengan banyak variasi, ada bule juga, akhirnya Uma datang.
Dan di sini piknik saya dimulaiii..
Dan pengalaman saya membolang sendirian kali ini mengantarkan niatan saya untuk bisa membolang yang lebih daripada ini. Tapi, itu pikir besok lagi. Sekarang saya mulai melaksanakan rancangan destination bersama sahabat sahabat saya yang baik hati, tidak sombong, suka menolong, dan gemar jalan jalan juga.
Kemana kita sekaraaaang?????
1. Mencicipi Lidah Drama Korea Daebak di Dae Jang Geum Resto, Jogjakarta.
2. Bermandikan Cahaya Malam di Taman Pelangi, Jogjakarta
3. Cave Tubing Pindul dan River Tubing Oyo yang Asoy di Jogjakarta
4. Mengintip Kilahan Air Berkilat kilat dari Pucuk Bukit Panjung, Pantai Pok Tunggal, Jogjakarta!!!!
5. Menjejaki Masa Lalu Indonesia Tercinta di Benteng Vredeburg
1. Mencicipi Lidah Drama Korea Daebak di Dae Jang Geum Resto, Jogjakarta.
2. Bermandikan Cahaya Malam di Taman Pelangi, Jogjakarta
3. Cave Tubing Pindul dan River Tubing Oyo yang Asoy di Jogjakarta
4. Mengintip Kilahan Air Berkilat kilat dari Pucuk Bukit Panjung, Pantai Pok Tunggal, Jogjakarta!!!!
5. Menjejaki Masa Lalu Indonesia Tercinta di Benteng Vredeburg
Wassalam..
References :
Sudah dimulai yak?
BalasHapusAku belum. Mau traveling sendirian. Belum boleh. Huhuhu. T.T
ditunggu cerita selanjutnya ^_^
iya sudah, ini pertama kali cc Vera! hehehe...
Hapusoke, dituunggu ya..:)
sumpah kamu sendirian? kok berani sih? mana keretanya rame pula.. wah wah..kalo aku sih ga berani. heheheheheee
BalasHapusiya ni cc permaisuri, demi melatih diri sendiri biar lebih kebal terhadap hidup ...hehehe
Hapus