Sejauh mata menyapu,
hamparan air dengan ombak minimalis berkilat kilat diterpa sinar mentari siang.
Jauh di batas pandang, kapas langit putih bersih berarak arakan. Bertumpu di
geladak depan paling ujung, menyambut angin sepoi sepoi, dan ujung jilbab berkibar berjuntai...Tinggal berdiri lalu menelentangkan tangan ke samping rata
rata air...Pas. Kalau di Titanic, Rose dan Jack lalu berasyuk masyuk, kalau saya
tinggal nyebur. Dah...tamat.
Hap!! Jam menunjukkan
pukul 2 kurang 8 menit ketika kita melangkahkan kaki ke Waduk Kedungombo, Kecamatan
Sumberlawang, Kabupaten Sragen (± 29 KM dari Solo atau ± 31 KM dari Sragen).
Setelah menghela nafas dan menunaikan sholat di mushola terbuka di area Waduk,
kita melanjutkan perjalanan kedua kita. Untuk bisa menapakkan kaki di sini
bukannya tanpa tantangan. Jalannya subhanalloh cenderung inalillah. Uma yang
dibonceng Agam berasa seperti naik kuda binal. Jalannya rusak sangat parah
dengan aspal yang hancur berkeping keping. Dugaan saya jalannya gagal move on.
“Waa!! Agam!
Aaa..Waa...Waa!!Agam Aaa!!” Agamnya stress.
Saya yang dibonceng Angga
menyerahkan sepenuhnya nasib saya padanya. Sedikitpun saya tak bergeming.
Berkata kata pun tidak. Entah kenapa, saya malah mengantuk.
Alhamdulillah dengan
cukup 3.500 rupiah per tubuh, kita bisa sepuasnya menikmati kilahan air sejauh
mata memandang. Luarrrr biasa!
Kebahagiaan serasa
memuncah muncah melihat air yang memuncah muncah seperti ini. Luasssss sekali.
Ombo!! Jelas ombo, kawasan Waduk Kedung Ombo mempunyai area seluas 6.576 Ha
yang terdiri dari lahan perairan seluas 2.830 Ha dan lahan daratan seluas 3.746
Ha. Waduk yang mulai dibangun pada tahun 1980 dan selesai pada tahun 1991 ini
terletak di 3 (tiga) wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Sragen, Kabupaten
Boyolali, dan Kabupaten Grobogan. Waduk Kedung Ombo dibangun pada pertemuan
Sungai Uter dan Sungai Serang yang terletak di Dukuh Kedungombo, Desa Ngrambat,
Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan. Daebak!!
Tanpa ba bi bu, kita
langsung memasang badan dan...cekerek!!
Pengunjung yang
didominasi para remaja dan pemuda pemuda dimabuk cinta terlihat menyemarakkan
kawasan waduk. Keluarga keluarga pun juga terlihat di beberapa sudut. Tidak
lupa para pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya di sekitar bibir waduk
bagian atas.
Jauh di sana tampak
jembatan merah bermuara pada sebuah bangunan di samping kiri waduk. Andai akses
untuk ke sana tidak ditutup, berfoto di tengah jembatan akan membawa sensasi
tersendiri.
Penuh antusias kita
berpose berlatar belakang jembatan dengan lautan air tawar berwarna coklat susu
Bendera.
Karena matahari semakin
terik dan kita tidak sabar menyambangi kapal dan ikut berkeliling waduk, kita
segera turun.
Uma yang mempunyai
pengalaman buruk dengan benda terapung ini sedikit takut. Syukurnya, dia bisa
menguasai rasa takutnya dan mengambang bersama kita.
“Kapalnya berapa pak?”
“10ribu mbak..”. Takjub!
Perkiraan kita biaya naik kapal bisa mencapai 30ribu, dan ternyata semua itu
bisa dilakukan hanya dengan mengiklaskan selembar rupiah bergambar Sultan Mahmud
Baharuddin II!! Sebagai traveller penganut paham backpacker hati saya melonjak
lonjak.
“Horeee...muyaaaah!!!”
And here we go.
Serombongan keluarga juga ikut ambil bagian, mengambang bersama kami. Yang membuat
kami semakin takjub adalah sang ‘kapten’ kapalnya.
Serupa ini.
You cannot judge the book
just by looking at the cover, indeed!!! Pelajaran hidup number 37.
Tubuh seminimalis itu
mampu melajukan kapal ke tengah sebelum mesin kapal mengambil alih. Keren
sekali!
Dan kita ada di barisan
tengah.
Di tengah perjalanan,
saya melihat ada bapak bapak naik dan duduk di geladak depan kapal. Pikiran
saya langsung berkonflik.
“Mey, mumpung Mey! Cobain
Mey!”
“Duh, malu..banyak orang,
dan juga atut..”
“Tsaaaah..Mey Mey...kapan
lagi coba. Mumpung ada kesempatan, nanggung banget! Tinggal jalan bilang, “amit..amitt..”,
naik dan merangkak ke ujung, duduk, dadah sama kamera, beres perkara.”
Agam mengamini mimpi
saya.
Saya bersama Agam,
partner perjalanan saya yang paling bermuka ceria menunduk dan merangkak naik
di geladak kapal.
“Seph, rene..sini..kapan
lagi Seph, mumpung!!! Enak lho berayun ayun menggempur ombak di sini Seph!
Ayoooo!!”
Giliran Uma berkonflik
batin.
Dan akhirnya, kedua
kalinya dia bisa menguasai rasa takutnya. Dengan begitu, berakhir pula rasa
takutnya naik kapal.
Well, once you feel
scared with something, the only way out of it is just face it!!! Once you
succeed, no more afraid, no more fear. Pelajaran hidup nomor 59.
Lalu, kemana Angga??
Kemana dia??? Dan kita mendapati Angga sedang serupa ini. Angga, semangat!!!!
Dari pertengahan
perjalanan sampai hampir menyentuh bibir waduk lagi, saya jadi keasyikan duduk
di geladak kapal paling ujung. Dari sini saya bisa merasakan ayunan kapal
menghempas air berombak. Langit yang biru cerah seakan menggambarkan suasana
hati saya dan ketiga hati teman saya.
Di tengah waduk kami
mendapati semak semak yang menyembul, Ada pula bedeng dengan banyak bangau
bertengger di bambu bedeng. Bedeng serupa rumah sederhana yang biasanya di
bagian bawah difungsikan untuk ternak ikan. Yang paling menawan adalah pohon
yang berdiri sangat tegar di tengah waduk. Well, dulunya waduk ini memang
daratan dengan dengan 37 desa di 7 kecamatan yang dihuni sekitar 5628 keluarga. Lalu, karena proyek inilah rumah sebanyak itu ditenggelamkan. Itu mengapa masih ada pulau pulau kecil bermunculan di tengah waduk, dataran tinggi tempo dulu.
Sekitar 30 menit kita
mengapung, kita harus kembali ke habitat asal. Daratan.
Lagi, si ‘kapten’ cilik
mengendalikan laju kapal dan menyandarkan kapal ke bibir waduk.
Dan berakhirlah hembusan
angin waduk, terpaan sinar mentari terik, ayunan gelombang air waduk, dan
sapaan burung bangau di tengah waduk.
Tidak hanya wisata air seperti ini, Waduk KedungOmbo juga menyuguhkan tempat mengail ikan, wisata kuliner ikan bakar, lalu ada juga pacuan kuda bernama Nyi Ageng Serang. Dan bagi kamu yang ingin melewatkan malam di Wadung juga bisa mencoba kegiatan homestay, menginap, menyelami kehidupan para penduduk, dan merasakan sensasi 'Jika Aku Menjadi' di rumah rumah penduduk sekitar waduk. Tidak hanya itu, di Waduk KedungOmbo pun telah dicanangkan untuk semakin dibangunnya potensi pariwisata. Just wait!!
Bunyi ‘klutuk klutuk’
menggema, saatnya menyantap kudapan yang ada. Hanya saja, kami memilih untuk
makan di luar dan hanya menghabiskan segelas es degan sambil memuaskan mata
mengeksplorasi setiap sudut waduk KedungOmbo sambil bercengkrama tepat di bibir
waduk.
Es degan terasa nikmat
tiada tara kalau diminum saat seperti ini.
Pukul 3. Saatnya pulang.
Kami melambaikan tangan
pada Waduk.
“Kami pulang dulu
yaaaa....terimakasiiii...you made our day!”
Kembali, kami harus
menerjang jalanan gagal move on, meniti aspal, melewati jalan bertepikan hutan,
dan kembali ke Salatiga dengan hati puas. Sekerat kenangan tentang Waduk Kedung
Ombo bersama teman teman yang mengasyikkan menjadi hiasan tersendiri di bulan
Mei.
Terimakasih! Ayo kita
jalan jalan lagi, sebelum masa menggapai asa mencabut kesempatan yang ada.
Sepulangnya dari Sragen,
nafsu jalan jalan saya semakin membludak.
- Mengitari Goa Pindul
dengan mengambang bersama ban
- Berkeliling kota Jogja
naik TransJogja
- Melihat kemegahan
perayaan Waisak di Candi Borobudur
- Berarum Jeram
- Menikmati sunset di
tepi pantai –sambilngesot- dan camping di tepi pantai.
- Naik flying fox
- Naik Banana Boat lalu
jatuh di air.
- Berendam di bawah air
terjun
- Lihat sunset di gunung
Bromo dan Srikunir, Dieng.
- Menikmati suasana luar
negeri di Kawah Putih
- Menemui Gili Trawangan
dan Karimun Jawa.
- Menyapa Raja Ampat.
Aaaaaak, semakin mengada
ngada. Kalau dibayangkan sekarang rasa rasanya mustahil.
Lalu, apakah...saya....bisa....mengatamkan...segala...hasrat...terpendam..saya??
Nantikan jawabannya sesaat lagi. Entah kapan..
-to be continued if God’s
willing-
Aamiin.
References :
Happy Traveling... wah senangnya bisa terus ber-advanture ria.. ini bisa termasuk kategori mempromosikan daerah juga mba..
BalasHapusterimakasih cc Ghea!:D
Hapushehehe, iya ayo ayo semuanya main ke siniii...biar rame, seru banget lo mumpung muda masih banyak waktu dan energy :D
beeeh... mbak seorang Mbalang (Mbak-mbak perualang) sejati nih...
BalasHapusbukti kalo cewek berhijab gak selalu pasif...cakep dah, gue aja kalah...hahah
wehehehehe, iya, bener banget..mau pasif gimana, adanya malah hiperaktif..hahahaha
Hapusasem, foto pas galau jare. hahahah itu sebenere aku lagi menikmati hembusan angin dan riak air mey. :p
BalasHapusanyway, di Dieng adanya Sikunir meyk bukan Kemunir. Hohoh.
hahaha, alibi tidak diterimaaaa...:p
HapusAh, aku maluuuu..abis ini edited!!!:D
mantap keren banget pemandangannyaa gilee
BalasHapushooh Pino, ga sia sia lagi ke sana menerjang jalan sebegitu rusaknya :3
Hapusasik yah, tp itu gak mabuk laut mey naik perahu? kalo di papua itu namanya kole-kole, dan tiap gue naik gituan di jamin isi perut naik semua -_-
BalasHapusnggak Yan, itu tu asik bangeeeeeet Yan!:3 waduuuh, eman eman ya mabok laut gitu :( waaah, berarti aku kemarin naik kole koleee..asik!:D
Hapuswuiih keren2 gambarnya mbak,
BalasHapusmbak meyke ini kyaknya traveller sejati yah, jalan2 mulu nih kayaknya, haha
hehehe, makasih Willy..Aamiin maunya sih begitu Wil, jadi traveller sejati terus bisa muter muter alam Indonesia yang gemah ripah loh jinawi ini :3 Doakan yaaaa....:D
Hapusmain terus nih :P
BalasHapusiya alhamdulillah Gulungan Pita :3
Hapustunggu dulu..
BalasHapuskalo mbaknya jalan-jalan terus ngeblognya kapan??
masa sih make hape??
gak mungkin ahhh
hahaha, kan jalan jalannya waktu siang nulisnya waktu malam, jadi pas..nggak tidur -______-
Hapuskerennn!!! jadi pengen.... ikan bakarnya hehehe...
BalasHapustapi itu pohon yang ditengah waduk, kira2 dalam waduknya berapa meter yah?
makasih Triyan!!:D tsaaaah...emang keliatan bahenol banget gitu ya ikannya :3
Hapusnah itu dia gue juga nggak tahu, coba di google Yan @.@
ahhh perjalanannya keren loo :D mauu ikutt
BalasHapusmakasiiiih :D
Hapuskok di samarinda nggak ada waduk ya :|
BalasHapustapi mungkin karena ada sungai sih hahaha
oh ya? wah aku juga pingin bisa menginjakkan kaki di Samarinda nih Kuh..kapan ya..hehehehe
Hapuswuidiihhhh, keren bnget. gue belom pernah jalan'' kyak gtu. kyaknya lo enak bnget yak jlan'' mlu -________-, emang mental'' backpaper itu smua harus seerba murah, bner ga ??
BalasHapusitu bneran ada phon d tgah waduk ??? subhanallah
hehehe, iya nih alhamdulillah mumpung ada kesempatan gitu... iya bener banget, pergi sejauh jauhnya, sebahagia bahagia nya dengan modal seminimal minimalnya!
Hapusseru banget yaa..jadi ngiri nih. aku ntah kapan bisa traveling lagi..
BalasHapus:(
serba murah ya disana, hhkapan2 ajak aku dong :D
btw blog ini pakai font defaultnya apa ya? aku suka fontnya
iya seru luar biasa lah deh Yan..hehehe..ayo segerakan rencana travellingmu :3
Hapusiya, murah banget, makin bahagia travelling di sini. hahaha, oke cini cini cama akyu :3 hahahaha
font apa ya, ada kok di setting cari aja Yan, aku lupaaa..:(
yaa ntar kalau liburan traveling lagi deh :D
Hapusfont yang dipakai buat nulis postingan ini maksudnya..mungkin udah bawaan template kali ya..hehe
hooh :D
Hapusiya, font nya namanya chewy Yan :D
waaaaaaaaaaah, keren. itu kok bisa ada pohon di tngh -tengah waduk ya? gmn bisa tuh?
BalasHapusiyaa...Alloh Maha Besar ya Vas...:)
Hapushehehe, nggak kok nggak kecemplung..khan udah berdoa sebelum berangkat kemarin..:3
BalasHapusBlog sebagus ini kok dibilang abal-abal sama pemiliknya sendiri lagi. hadeehh:(
BalasHapushihihi, soalnya yang lain cakupannya udah sampai ke luar negeri kk...doakan biar makin bagus kk/ :D
Hapusmemang begitu indah tetapi di dlm keindahan itu terdapat kenangan yg mendalam di blik ini semua banyak jerit dan tangis sebelum terciptanya keidahan yg hanya sesaat, tak ada yg lebih indah dibandingkan mu ya Allah. tafakkurlah
BalasHapusDi Sragen ada waduk kedung ombo juga to, aku kira cuma ada di Grobogan. Apa jangan jangan ini tempat yang sama?
BalasHapus