Assalamualaikum...
Alhamdulillah salah satu
keinginan gue tercapai. Tanpa harus merogoh dompet, gue akhirnya bisa baca
salah satu buku Oki Setiana Dewi. Gue menemukannya di perpustakan Daerah
Ambawara. Perpustakaan Daerah is daebak!!!!
Ini adalah buku kedua Oki
setelah dia berhasil merebut perhatian pembaca Indonesia yang haus akan
pencerahan, just like me.
Dan gue akan segera
mengatamkan keinginan gue untuk membaca semua buku Oki Setiana Dewi,
yaitu Melukis Pelangi, Sejuta Pelangi, Cahaya di Atas Cahaya, dan Jilbab I'm in Love.
Banyak sekali yang
dibahas di buku Oki ini. Bahasanya sangat sangat halus, Oki banget. Umur gue
dan umurnya hanya terpaut dua tahun. Dia sudah sedemikian bermanfaatnya untuk
orang lain, dan gue belum bisa berbuat banyak bahkan untuk Ayah dan Ibu, dan
kedua adik gue. Syedih.
Bila gue baca di resensi,
buku pertama Oki menceritakan bagaimana dia berjuang hidup di Jakarta hingga
akhirnya terpilih menjadi pemain utama Ketika Cinta Bertasbih, masa kecilnya di
Batam, dan juga tentang nadzarnya memakai jilbabnya bila Ibunya sembuh dari
sakitnya. Di buku yang kedua ini lebih kepada kumpulan cerita dan kisah hidup
orang lain yang Oki saksikan disertai refleksi di setiap ceritanya.
Cerita yang menyentuh
buat gue adalah saat Oki menyambangi salah satu yayasan anak penderita kanker. Ada
yang menderita kanker mata bernama Feby yang di akhir bukunya Oki bilang dia
meninggal dunia. Lalu ada anak lain yang karena kanker harus diamputasi
kakinya. Pantang menyerah, dia mengerahkan seluruh kemampuannya. Dia menjual
bros bros cantik.
“Yang aku punya adalah
tangan utuh yang sehat, maka akan aku maksimalkan tanganku untuk membuat
sesuatu yang berguna.” Luar biasa.
Lalu di depan cermin
besar gue bercermin, kadang aja gue,
“ah, nggak ada kopi,
nggak jadi revisi nunggu besok beli dulu ah.”
“Duh, hati lagi
kececeran, males mau ngapa ngapain! Sumpek! Stress!”
“Duh, sumeng! Nggak jadi
ngelesin ajah. Bobok imut di rumah.”
Yaelah Cuma karena
halangan halangan kecil gue sering loyo semangatnya, seakan akan tanpa kopi
elektron elektron otak gue tidak bisa merambatkan sinyal, seakan akan hati
kececeran itu menyebabkan otak bumpet dan saluran pernafasan terganggu, seakan
akan Cuma sumeng dikasih Kom*k untuk batuk berdahak dan pilek yang warnanya
biru saja sembuh membuat kaki susah melangkah. Tipis sekali...
Lain cerita, di bukunya,
saat di salah satu panti asuhan anak dengan kebutuhan khusus, dia bilang ada
anak yang mata kirinya lebih kecil. Saat dia bertanya kepada pengurus panti
asuhannya, dia bilang itu karena saat dia ditemukan, bayi itu ada di kuburan
dengan mata kirinya dirubung semut! Bayangkan!!! Ibu dengan jenis setan apa
yang mampu dan kuasa membuang anaknya di kuburan!
Baiklah kalau mau dibuang
khan bisa di depan panti asuhan, atau di mana yang ramai dan peluang ditemukan
oleh orang yang punya hati itu besar.
Ada pula anak yang autis,
tidak dapat menangkap rangsangan dari lingkungan luar. Ada juga yang kepalanya
membesar mengidap hydrosepallus berusia 8 tahun. Dan mengapa mereka semua di sini??
Karena Ayah dan Ibunya yang menghendaki untuk tidak hidup bersama anak anak
seperti mereka. Banyak yang malu, banyak yang menganggap ‘tidak sanggup
menanggung derita ini’. Derita apa?? Derita atas anugerah diberikan anak
seperti ini. Tanpa bisa membayangkan bahwa derita anak itu atas derita ini
berlipat lipat, ratusan lipatan lebih menderita dan sakit daripada yang
‘membuat’ mereka yang bilang tidak sanggup menanggung derita.
Dan berkaca pada apa yang
ditulis Oki, gue bersyukur luar biasa. Alloh memberikan tubuh yang tidak ada
kekurangan suatu apapun. Dengan wajah ya...ada hidung lubangnya dua, ada gigi
32 buah, ada bibir bisa mengatup, mata bisa melihat, yang kalau organ itu
dikumpulkan, walau pun menjadi rupa standard, alhamdulillah masih sempurna...kaki
tangan sehat, organ dalam insyaAlloh sehat...otak lumayan encer..Alhamdulillah
tidak terkira.
“Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya adzabku sangat pedih” (Q.S. Ibrahim
<14>:7) 14>
Yang gue tangkap dari
buku Oki, yang tidak sempurna saja bisa berkarya, masa yang sempurna berleha
leha?
Dan yang gue tangkap dari
kepribadian Oki yang luar biasa adalah, dia mengamalkan banyak waktunya untuk
bisa menolong orang lain. Mengunjungi lapas anak, mengunjungi lapas wanita,
mengunjungi rumah sakit jiwa, mengunjungi panti asuhan, menulis buku motivasi
seperti ini, memberikan motivasi islami di televisi, menjadi guru TPA, dan
masih banyak lagi.
Gue jadi inget kata guru
ngaji beberapa tahun silam saat gue masih SMP dan unyuk unyuk. Beliau berkata
yang pastinya juga dikutib dari sebuah hadist yang kurang lebihnya seperti ini.
Sebaik baiknya manusia
adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain.
I gain a lot of
inspiration and motivation from her.
Ada dua lagi cerita yang
gue suka di buku ini tentang Cinta akan Rosulullah dan Menikah Dini atau Nanti
sehubungan dengan Cinta Akan Sesama yang Bukan Muhrim. Nanti.
-be continued-
25.04.2013
9:59
jadi termotivasi nih,,, iri lihat mbak oki yang bisa manfaatkan tangannya untuk menulis danbermanfaat untuk orang lain, saya yang ,enulis dari waktu ke waktu ngga pernah kelar lantaran malas
BalasHapusiya sama aku juga iri, semoga bisa jadi motivasi, inspirasi biar kita bsa lebih baik lagi, terutama aku yang dikatakan baik aja belum tentu sampe.hehe
Hapusterkadang kita belajar dari apa yang orang laon tulis untuk memotivasi diri sendiri untuk menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat bagi manusia lain dan tentunya juga dalam pandangan ALLAH :-)
BalasHapusiya, :D hehehe
Hapusaku enggak cuman berleha2 lho, udah berkarya lewat blog
BalasHapus